COWASJP.COM – Oleh: Nasaruddin Ismail, Mantan Wartawan Jawa Pos.
SELAMA sepekan saya berada di Barito Utara, Kalimantan Tengah, pada Februari 2024. Meski sudah tidak jadi wartawan. Namun, kegiatan di pedalaman Kalimantan ini, sama seperti dulu. Yaitu investigasi.
Saya menyamar jadi kernet. Mobil tangki 24 KL. Yang mengangkut gas dari pemboran di atas gunung ke tangki darat. Untuk menampung.
Ceritanya. Volume yang diangkut dari lokasi pemboran gas, ke tangki darat, susutnya cukup banyak. Melebihi 1,5 persen. Dari 0,50 persen yang ditentukan.
Sebetulnya keberadaanku di pedalaman yang jaraknya 14 jam dari Banjaramasin ini merupakan kali ketiga. Sejak Desember 2023.
Namun, tugasku di tengah hutan kali ini, yang paling menantang. Juga beresiko. Tapi menyenangkan.
Karena pekerjaan investigasi merupakan bagian dari kehidupan saya ketika jadi wartawan. Tapi, itu dulu.
Yang saya investigasi kali ini beda. Yaitu driver. Yang diduga menyalahgunakan muatannya.
Caranya, saya menyamar jadi kernet mobil skiedtank. Dari atas gunung di Barito Utara, ke jetty, di Luwe.
Jaraknya tak seberapa jauh. Hanya 42 km. Namun, bisa ditempuh berjam-jam. Bahkan bisa tidur di tengah hutan. Bila hujan turun. Karena jalannya licin. Tidak bisa dilewati.
Maklum yang dilalui hutan belantara. Tanpa penghuni. Dan tak kenal musim panas. Hampir tiap hari hujan turun. Dan cuaca sulit diprediksi.
Karenanya, doa sepanjang jalan. Memohon agar tidak turun hujan.
Standar operasi yang harus saya jalani harus dua kali pulang pergi (PP). Padahal, satu kali perjalanan pulang pergi, paling tidak memakan waktu 6 jam. Baru tiba kembali. Karena antre loading.
Bila hujan, bisa sehari semalam di jalan. Di tengah hutan. Yang jauh dengan perkampungan.
Tapi, perlengkapan sudah saya siapkan. Seperti nasi bungkus, air mineral untuk minum. Bahkan sajadah pun ada di tas.
Lucu. Sopir yang saya ikuti sebetulnya sudah mencurigai kalau saya sebenarnya bukan pengawal. Bukan kernet untuk menjaga mereka.
Usiaku sudah kepala 7. Ini yang membuat mereka tak yakin kalau saya sebagai pengawal. Seperti yang diceritakan kepada mereka.
Mereka sudah curiga kalau kehadiran saya sebetulnya untuk memata-matai mereka.
Tapi saya berusaha, untuk meyakinkan sopir. Saya berusaha agar lebih akrab dengan mereka. Seakan tak terjadi sesuatu.
Makan bareng. Ngopi bareng. Bahkan tidur bareng. Layaknya sopir dengan kernet. Saya juga sering beli makanan untuk mereka. Tak ketinggalan durian hutan khas Kalimantan. Yang kecil, tapi enak itu.
Lantas apa hasil penyamaran itu. Tentu saya rahasiakan. Karena menyangkut rahasia perusahaan. Tempat saya bekerja. (BERSAMBUNG)