COWASJP.COM – JUMAT malam nanti, 26 April 2024, selamatan 40 hari wafatnya KH. Imam Syafi’i. Almarhum adalah ketua Yayasan Pendidikan Islam Arrahmah, Dusun Gendis, Desa Purwotengah, Kecamatan Papar, Kediri.
Pria yang akrab disapa Pakde Pingi ini, wafat 8 Ramadhan lalu.
“Pakde Pingi insya Allah sangune akeh (bekalnya banyak)”, kata H. Masruhin, M.Hum, sahabat dekat Haji Syafi’i.
Yang dimaksud Haji Masrukin, Pakde Pingi sangune akeh adalah, selama hidupnya banyak melakukan amal shalih, sebagai bekal sowan menghadap Gusti Allah Ta’ala.
Salah satu amal shalih Pakde Pingi pada akhir-akhir hayatnya adalah, mempelopori kegiatan Jum’at Berkah, di Masjid Arrahmah. Kegiatan yang diikuti sekitar 350 orang lebih tersebut dilaksanakan setiap Jum’at awal bulan. Mereka bukan hanya berasal dari Purwotengah saja. Tapi juga dari desa-desa sekitar. Seperti Wanengpaten, Kecamatan Gampengrejo, Minggiran Kecamatan Papar, dan Bangsongan Kecamatan Kayenkidul.
Dimulai sekitar pukul 02.00 dini hari, dengan qiyamul lail, diteruskan jamaah shalat subuh, dzikir sampai terbit matahari, shalat isyraq dan diakhiri shalat duha juga berjamaah.
“Usai shalat dhuha kita sarapan pagi bersama, dan memberi bingkisan beras untuk para warga yang miskin, “ kata Dr. Rudi Zaki Pahlawan, putra sulung Pakde Pingi.
Yang jarang diketahui orang banyak, di masa-masa akhir hidupnya, Pakde Pingi juga fokus membaca dan mendalami Al-Qur’an. “Pakde Pingi bilang pada saya, sebenarnya dia menargetkan sampai 60 kali khatam Al-Qur’an. Ternyata baru 30 khataman sudah ditimbali Gusti Allah, “ ujar H Masruhin.
Di luar itu, kata Haji Ruhin, kalau dirasa fisiknya sehat segar, waktu Pakde Pingi digunakan untuk ngopeni dan mengisi pengajian ibu-ibu di masjid dan mushala serta ngimami shalat jamaah di masjid.
Pakde Pingi (sapaan akrab KH Imam Syafi'i). (FOTO: Kang Abu Muslich)
Pakde Pingi adalah putra pasangan almarhum Haji Bisri dengan almarhumah Hajjah Mariyatin. Dia adalah adik landes pengusaha sukses Almarhum Haji Imam Muhayat Syah (HIMS).
Tamat SD, pria kelahiran 1954 ini mondok di Pesantren Gedongsari, Kecamatan Prabon, Nganjuk. Awal 1970-an sekolah di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) 4 tahun Al-Hikmah Purwoasri. Sewaktu sekolah di Purwoasri itulah saya bertemu dan kenal Pakde Pingi.
Beliau satu kelas di atas saya. Walaupun beda kelas, tapi kami bersahabat akrab, karena sama-sama dari Kecamatan Papar. Kemudian juga sama-sama aktif di IPNU dan GP Ansor.
“Waktu sekolah di Al-Hikmah dulu, Kyai Imam Syafi’i orangnya lencir (langsing), kuning, duwur (tinggi), rambutnya keriting, ganteng, “ kenang KH. Abdul Nasir Badrus, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri, yang juga Rois Syuriah PCNU Kabupaten Kediri.
Pakde Pingi menyelesaikan sekolah guru agama di PGAN 6 Tahun di Kediri. Sedangkan S-1 dan S-2nya, diselesaikan di Universitas Islam Kediri, setelah menjadi pengusaha sukses.
Sejak remaja, Pakde Pingi sudah pintar bisnis. Tamat PGAN 6 Tahun Kediri, dia bermitra dengan HIMS, mendirikan Pabrik Limun Gendis Jaya. Waktu itu Limun Gendis Jaya, sempat berkibar sampai di berbagai kota di Jawa Timur. Bahkan sampai ke Yogyakarta.
Karena persaingan yang keras dengan minuman 7-up, Sprite, dan Coca-cola, Limun Gendis Jaya akhirnya berhenti berproduksi.
Pria kelahiran 1954 ini tidak patah semangat. Dia membantu Haji Imam Muhayat Syah mengembangkan bisnisnya. Mulai dari pembelian tanah-tanah untuk usaha bisnis tebu. Kemudian, peternakan sapi di Pace, Nganjuk, usaha SPBU dan kelapa sawit di Kalimantan.
Pakde Pingi (tengah) bersama almarhum Haji Imam Muhayat syah (memakai topi koboi) dan Haji Ikrom Kasani. (FOTO: Kang Abu Muslich)
Sebagai santri sejak kecil, Pakde Pingi bukan jenis orang ibarat kacang lupa lanjarannya. Dia juga menyambungkan silaturahim HIMS dengan beberapa ulama terkemuka. “Pertama kali yang mempertemukan Kang Yat dengan almarhum KH. Imam Yahya Machrus (salah satu pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Red.) adalah saya, “ ujar Pakde Pingi sewaktu masih hidup kepada saya.
Pada tahun 1981, Pakde Pingi bersama Almarhum KH. In’am Mansuri, Almarhum KH. Imam Suhadi dan H. Masrukin, SH, M. Hum mendirikan M.Ts. Arrahmah. Pada awal berdirinya madrasah ini, saya ikut menjadi salah seorang guru pengajar. Saya masih ingat, kelas pertama M.Ts. Arrahman, muridnya 23 orang. Protol 5 orang, tinggal 18 orang.
Di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Arrahmah, yang di situ Pakde Pingi menjadi ketua yayasannya, lembaga pendidikan Arrahmah terus berkembang. Selain M.Ts, Yayasan Arrahmah sekarang memiliki lembaga pendidikan PAUD, RA, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Aliyah, SMK, pondok pesantren dan Panti Asuhan Yatim Piyatu. Jumlah total muridnya sekitar 2.500 orang.
Kembali pada kegiatan Jumat Berkah. Waktu itu, awal tahun 2019, Pakde Pingi berobat ke Surabaya. Malam harinya menginap di rumah Helmy Wicaksana, salah seorang putranya. Dalam perbincangan santai, Helmy menceritakan bahwa kegiatan keagamaan di masjid-masjid Surabaya luar biasa makmurnya.
“Waktu itu abah bilang, mosok Le?.Waktu subuh saya ajak jamaah shalat subuh di Masjid Baitul Makmur, dekat rumah. Masjid penuh,” jelas Helmy.
Dari pengalaman itu, kemudian muncul ide untuk membuat kegiatan yang kemudian diberi nama Jumat Berkah, di Masjid Arrahmah Gendis. Helmy masih ingat. Waktu itu Pakde Pingi mengundang tahlilan tokoh dan masyarakat Purwotengah. Kemudian disampaikan tawaran kegiatan untuk memakmurkan masjid tersebut.
“Gusti Allah niku adil. Bahkan untuk orang yang belum memiliki harta untuk pergi haji, Allah menyediakan fasilitas dengan pahala berhaji, sempurna, sempurna, sempurna”, kata Helmy menirukan ucapan abahnya waktu itu.
Pakde Pingi kemudian menyitir hadis Nabi Muhammad Saw yang artinya, “Barang siapa yang melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian melaksanakan shalat dua rakaat, maka dia mendapat pahala seperti haji dan umrah”. Beliau pun bersabda, “Pahala sempurna, sempurna, sempurna”.
Ajakan Pakde Pingi ini mendapat sambutan hangat masyarakat. Pria kaya yang tidak sombong ini kemudian menindak lanjuti dengan mengajak keluarga Bani Haji Bisri untuk mendukung penuh acara Jumat Berkah tersebut.
Akhirnya disepakati keluarga almarhum Haji Imam Muhayat Syah dan putra-putrinya, keluarga Pakde Pingi dan putra-putrinya, keluarga Haji Ikrom Kasani dan putra-putrinya, dan keluarga adik-adik Pakde Pingi yang lain, urunan mengumpulkan beras bingkisan untuk jamaah yang kurang mampu.
Setiap acara Jumat Berkah disediakan bingkisan beras masing-masing 5 Kg. Jumlahnya sampai 2 ton beras. “Bagi jamaah yang kurang mampu dipersilahkan mengambil sendiri beras bingkisannya. Sesuai yang dibutuhkan, “ kata Haji Masruhin.(*)
*Penulis adalah Wakil Ketua PCNU Kabupaten Kediri dan veteran wartawan Jawa Pos.