Kasus Saham Karyawan Jawa Pos (2)

Jeritan Hati Minar dan Harapannya kepada Bu Eric Samola

Atminarimah (no 2 dari kiri) dan ibu-ibu mantan karyawan Jawa Pos saat berjumpa dengan Zainal Muttaqin (paling kiri, mantan Direksi Jawa Pos), medio April 2024. (FOTO: Cowas JP)

COWASJP.COM – Namanya Atminarimah, usia 66 tahun. Biasa dipanggil Minar. Perempuan ini lulusan SMEA Negeri 2 Kranggan, Surabaya pada 1976. 

Tiga tahun setelah mengantongi ijasah SMEA dia mulai bekerja di Harian Pagi Jawa Pos. Ketika itu Jawa Pos masih berkantor di Jalan Kaliasin. "Saya bertugas sebagai korektor," kenangnya.

Karena memang terbilang senior di Jawa Pos, maka Minar bisa berkomentar banyak tentang perseteruan manajemen Jawa Pos dan ratusan mantan karyawan Jawa Pos yang kini ditangani oleh Polda Jawa Timur itu. Yaitu kasus "penggelapan" saham dan deviden para karyawan Jawa Pos. 

Di mata Minar, sumber konflik di Jawa Pos tak lepas dari gaya kepemimpinan Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos. "Harus diakui, Dahlan sangat berhasil menempatkan Jawa Pos sebagai perusahaan media ternama di tingkat nasional," jelas ibu 2 orang anak ini.

Namun, keberhasilan Dahlan tidak diiringi dengan pencapaian manajemen yang sehat. "Sejak Pak Eric Samola meninggal tahun 2000, kemudian posisi Pak Eric digantikan oleh Dahlan, sesungguhnya muncul gap di antara karyawan," jelasnya.

BACA JUGA: Goenawan Mohamad Dkk Hadir di Polda Jatim, Ratna Dewi Segera Dipanggil Ulang​

Pak Eric yang dimaksudkan Minar adalah Eric Frits Hermanus Samola, SH, petinggi PT Grafiti Pers yang menerbitkan Jawa Pos.

Pak Eric meninggal di Singapura pada usia 66 tahun, tepatnya 10 Oktober 2000. "Ketika Pak Eric meninggal, kami sangat berduka," ucap Minar.

Di masa kepemimpinan Pak Eric Samola, seluruh pegawai Jawa Pos merasakan tingkat kehidupannya meroket. Makmur. 

"Kami pernah mendapatkan 18 kali gaji dalam setahun," cerita Minar. "Saya lupa persisnya....mungkin awal tahun 1990-an," lanjut dia.

Karena itu pula Minar berhasil membangun rumahnya menjadi 2 lantai dan berpagar cantik. "Kalau tidak ada masa emas kepemimpinan Pak Eric,, mana mungkin saya sanggup merenovasi rumah hingga berlantai 2," katanya blak-blakan tentang rumahnya yang berlokasi di Perumahan Gunungsari Indah, Surabaya itu.

PILIH KASIH

Namun kisah manis sebagai karyawan Jawa Pos pelan-pelan terkikis sejak Jawa Pos dikendalikan penuh oleh Dahlan. "Sebagai jurnalis dan pemegang mandat dari PT Grafiti Pers, Dahlan memang hebat. Tetapi, banyak sikapnya yang justru menjadi sorotan negatif pegawainya," ungkap Minar.

Minar berpendapat, Pak Dahlan sering menunjukkan sikap ketidaksukaan atas anak-buahnya yang berani bersikap kritis. "Beberapa orang senior Jawa Pos segera disingkirkannya, lantaran berani mengkritisinya," ucap Minar.

Itu pula sebabnya banyak staf Jawa Pos yang kemudian mencari muka ke Dahlan. "Pak Dahlan justru menaruh respek ke mereka yang mencari muka, sehingga pada akhirnya muncullah gap di antara kami para karyawan," papar Minar yang mengakhiri kariernya di Bagian Umum Jawa Pos pada 2000.

Terkait dengan konflik manajemen Jawa Pos dan ratusan mantan karyawan Jawa Pos yang tergabung dalam Yayasan Pena Jepe Sejahtera, Minar sangat berharap para pemegang saham Jawa Pos untuk bersikap bijak.

"Saya dan teman-teman di yayasan sekarang ini menuntut hak kami yang kami duga telah diselewengkan oleh Pak Dahlan yang ketika itu bekerja sebagai CEO Jawa Pos," kata Minar.

Menurut dia, kekisruhan tersebut tidak akan terjadi jika Pak Dahlan benar-benar jujur dan amanah dalam mengemban tugas sebagai CEO Jawa Pos.

Dari lubuk hati yang paling dalam, Minar juga mengetuk hati Bu Dorothea Sara Luntungan (isteri Pak Eric Samola) untuk mengambil sikap yang lurus.

"Saya dan teman-teman di Yayasan sangat yakin, bahwa para pemegang saham Jawa Pos di Jakarta adalah pengusaha yang masih punya hati terhadap mantan karyawannya," kata Minar. "Apalagi Bu Eric ... tentu masih ingat kebijakan dan kebapakan Pak Eric dalam mengelola Jawa Pos," ucapnya.

Dengan demikian, lanjut Minar, kasus saham dan deviden para karyawan bisa terselesaikan dengan baik. Mencapai titik temu yang sama-sama menyenangkan bagi kedua belah pihak.

"Kita adalah generasi tua. Seharusnya memberikan contoh terbaik bagi generasi di bawah kita," pesan Minar. 

Di masa tua kita ini marilah kita selesaikan masalah hak dan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya. Agar tidak ada ganjalan lagi di antara kita. Semua pihak memperoleh kemuliaan. Aamiin.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda