COWASJP.COM – MEMBACANYA dari jauh saja ikut tegang: pejabat tinggi Kejaksaan Agung diintai saat makan malam. Yang mengintai salah satu anggota pasukan antiteror.
Lalu Gedung Kejaksaan Agung diputari pasukan motor bersirine. Yang dikomando mobil bersirine pula.
Masih ada lagi: Gedung Kejaksaan Agung dibayang-bayangi drone. Sampai aparat di gedung menyiapkan senjata untuk menembaknya.
Anda sudah tahu: semua diduga terkait dengan pembongkaran kasus korupsi timah di Bangka. Rp 271 triliun. Yang kian hari kian melebar.
Pun ke nama-nama yang selama ini sulit tersentuh seperti RBT atau RB atau apa pun singkatannya. Juga ke jenderal bintang empat yang sudah purnawirawan berinisial B.
Ketegangan yang ikut saya rasakan di Amerika ini justru akan menaikkan reputasi Kejaksaan Agung. Secara drastis. Khususnya di mata rakyat.
Nama Kejaksaan Agung khusnul khotimah di akhir pemerintahan Presiden Jokowi. Namanya akan berubah harum dibanding tahun berapa itu --yang Kejagung dipakai alat politik.
Lalu siapa yang membuntuti, mengintai, mengirim sirine dan menerbangkan drone itu?
Tujuannya sudah banyak dibahas: untuk meneror Kejaksaan Agung. Khususnya Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Febrie Adriansyah. Ia orang Jambi yang hebat. Yang juga membongkar soal korupsi BTS. Soal Jiwasraya. Soal Asabri. Dan banyak lagi yang semuanya jadi puting beliung.
Tapi siapa yang menggerakkan teror itu belum diungkap. Mungkin tidak sulit: kalau mau.
Salah satu pengintai makan malam itu sudah ditangkap. Namanya sudah beredar di medsos. Lengkap dengan foto identitasnya: dari kesatuan mana dan pangkatnya apa.
Karena dari kesatuan yang jelas maka muncul pertanyaan: apakah itu terkait dengan jendral berbintang 4 berinisial B? Untuk mengirimkan teror agar tindak korupsi Timah Rp 271 triliun tidak diperluas ke dirinya?
Kasihan jenderal purnawirawan yang lain, yang juga berinisial B. Yang tidak terkait dengan kasus itu. Terutama yang masih menjabat di badan tertentu yang punya kekuasaan tinggi.
Kasihan ia. Jadi ikut terduga dari mulut ke mulut. Misalnya jenderal B yang kini menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Hanya karena namanya juga diawali huruf B.
Padahal menurut sumber kuat Disway, B yang satu ini jauh dari urusan timah itu. Memang pernah dekat dengan RBT tapi sudah lama sekali. Ketika pangkatnya baru bintang satu. Lalu tidak berhubungan lagi soal gituan dengan RBT.
Kelihatannya B yang lain pun bukan yang menggerakkan itu. Berarti ada nama-nama lain yang mulai diincar Febrie. Yang nama-nama itu belum beredar di medsos.
Harvey Moeis tersangka pertama kasus ini masih teguh: tidak mengungkap siapa pun di balik dirinya. Kecuali bahwa ia adalah suami Sandra Dewi, artis lima 'i' asal Bangka yang kaya raya itu.
Nama 'Moeis' di belakang Harvey juga sempat jadi tebak-tebakan siapa ia. Sempat banyak yang menduga anak Moeis yang tokoh PDI-Perjuangan.
Saya sempat menelepon Moeis. "Hahaha..." jawabnya. Semua baru jelas ketika wajah Moeis yang Harvey tampil di media.
Moeis yang 'hahaha' adalah tokoh asli Kaltim, anak pejuang kemerdekaan. Sedang Moeis yang timah hampir tidak pernah disebut media latar belakangnya.
Berarti bukan Moeis yang melebarkan ke nama-nama besar lebih jauh --meski pun nama-nama itu tidak lebih tinggi dari B.
Tentu ada tersangka lain yang bernyanyi: ke mana saja uang dari Bangka itu mengalir sampai jauh.
Febrie tentu tidak takut atas semua teror itu. Dukungan padanya begitu luas. Apalagi sudah ada berita terbaru: TNI kirim tim pengamanan menjaga Kejaksaan Agung.
Anda pun mudah menduga: siapa tersangka yang baik hati itu --dan apakah layak jadi justice collaborator.(*)
Komentar Dahlan Iskan di Disway Edisi 26 Mei 2024 Berjudul Vina Meritokrasi
djokoLodang
-o-- DOA UNTUNG Seorang maling mencuri keranjang seorang penangkap ular. Dipikirnya, keranjang dengan penutup di atasnya itu pasti berisi sesuatu yang berharga. Langsung dibawanya pergi. Sebelum ketahuan. Si penangkap ular menangisi nasibnya. Ular yang ditangkapnya dengan susah payah telah hilang, Lenyap pula harapannya untuk mendapatkan uang hasil penjualan ular itu. "Tuhan, tolong kembalikan keranjang ularku ...". Sementara itu si maling membuka penutup keranjang. Ular yang terkurung dalam keranjang langsung mematuknya, dan lari ke semak-semak. Si maling tergeletak di samping keranjang, terkena bisa ular. Tak lama kemudian, datang lah si penangkap ular yang melewati jalan yang sama, dan mengenali keranjangnya yang hilang. Melihat ada seseorang tergeletak di sebelah keranjang yang sudah kosong, dia langsung sadar. "Dia lah yang mencuri keranjangku. Pasti lah dia digigit ular yang kemarin kutangkap. Ternyata racun bisa ular itu melebihi perkiraanku". Ditolongnya si maling, dibawanya ke puskesmas terdekat, seraya mensyukuri nasibnya sendiri. "Ular itu bisa juga menggigitku. Untung, keranjangku hilang. Untung, Tuhan tidak mengabulkan doaku dan tidak mengembalikan keranjangku bersama isinya." --jL- * Banyak doa yang tidak Dia kabulkan, karena kasihNya kepada kita.
Bilqis F Nabilah
Yang sulit dari belajar mandiri adalah disiplin dan tekad kuat. Kalau di universitas konvensional, disiplinnya ditagih dalam bentuk absen dan deadline tugas. Ketika covid, ada harapan bahwa sekolah dan universitas akan banyak berubah. Tapi nyatanya, setelah covid pun kembali seperti sedia kala.
Amat K.
Sebagai pemerhati pendidikan (wkwkwkwkwk), saya pikir pembentukan karakter ini menjadi kelemahan sistem pembelajaran daring. Apakah bisa? Mungkin saja bisa, tapi agak sulit. Itu problem yang dihadapi kawan-kawan saya yang guru ketika pandemi kemarin. Dalam definisi mereka mengajar berbeda dengan mendidik. Mengajar diartikan sebagai proses transer pengetahuan atau keterampilan. Sedangkan mendidik berarti lebih luas: membentuk karakter, memberikan arahan, menanamkan nilai-nilai positif, juga keterampilan sosial. Belajar dari yutub, bisa. Tapi, yutub hanya bisa memberikan informasi dengan videonya. Hanyar seorang guru/mahaguru yang bisa mengajar dan mendidik dengan teladan. Dalam hal ini, pembelajaran daring tidak tepat untuk usia sekolah sebab syangat syulit dalam pelaksanaannya. Faktor perkembangan perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, serta sosio-kultural anak sangat cocok dilakukan dengan pembelajaran tatap muka. Berbeda dengan itu, dalam pendidikan tinggi saya mendukung pembelajaran daring sebagai alternatif media pendidikan dengan beberapa catatan yang menjadi perhatian saya. Saya sangat menyayangkan ketika melihat kawan yang lagi belajar daring, ada sambil rebahan, memasak, menyetir, joging, dll. Ini soal sikap, kembali lagi pada pribadi masing-masing bagaimana memberi respek pada dosen dan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, pengaturan penguasaan kelas daring menjadi keterampilan yang perlu dimiliki pengajar.
Mirza Mirwan
UKT 2024/2025 memang lebih mahal ketimbang tahun 2023/2024. Tetapi, menurut saya, masih wajar. Pun masih lebih murah ketimbang "single tuition fee" (UKT) di Filippina, Malaysia, dan Thailand, apalagi Singapura. Pun ada subsidi 25%, 50%, dan 75%, bahkan 100% alias tanpa UKT. Saya ambilkan contoh UKT di UGM untuk Prodi Hukum, Ilmu Komunikasi, Manajemen dan Kebijakan Publik, serta Hubungan Internasional. UKT-nya Rp9.200.000/semester. * subdidi 25% : Rp6.900.000. * subsidi 50% : Rp4.600.000. * subsidi 75% : Rp2.300.000. * subsidi 100%: tanpa bayar. Bagaimana menentukan besaran subsidi, tentu saja berdasarkan kemampuan ekonomi orsng tua atau wali mahasiswa. Dalam kata-kata Mas Menteri Nadiem "yang mampu membayar lebih mahal". Dan itu sebenarnya hanya mengulang istilah "subsidi silang" saat awal penerapan UKT beberapa tahun yang lalu. Kuliah online? Bagi yang punya "passion" menjadi "enterpreneur" memang lebih baik mengikuti kuliah online. Eh, tapi kalau nanti semua jadi pengusaha lantas siapa yang jadi karyawannya?
ikhwan guru sejarah
Menurut saya Abah terlalu menyederhanakan masalah. Kasus UKT itu berkaitan dengan hak warga negara dan pemerataan pendidikan untuk semua warga negara. Bukan soal kuliah bisa online, bisa UT, atau pernyataan semacam “gak kuliah saja bisa jadi pengusaha sukses”. Itu romantisme heroik, bahasa motivator, bukan jawaban atas permasalahan akses pendidikan bagi semua orang. Pada kenyataannya kualitas PTN memang relatif lebih bagus, lulusan lebih bagus, fasilitas bagus. Sehingga banyak anak SMA mimpi mendapatkan pendidikan bagus, dan tentu saja terjangkau oleh ortu mrk. Anak tinggal berusaha sekeras-kerasnya untuk bisa lolos saringan masuk, kuliah dengan benar, dan kelak bekerja dengan benar. Secara tidak langsung akan mendorong kemajuan. Ingat bagaimana Tiongkok maju, ya krn pendidikan. Kalau ada jawaban pejabat bhw kuliah itu tersier, ya itu kebangetan banget, dan menggambarkan betapa tidak pedulinya kepada kemudahan akses pendidikan bagi semua .
Lagarenze 1301
Starlink yang kemarin sore terpasang di pulau milik teman di Teluk Lampung dibuat oleh perusahaannya Mas Elon. Mas Elon pernah kuliah? Pernah. Dua tahun kuliah perdagangan di Queen's School of Business, lalu meraih gelar sarjana ekonomi dan fisika di Wharton School of the University of Pennsylvania. Sempat lanjut studi PhD Fisika di Universitas Stanford, namun ia hanya 2 hari kuliah dan memilih fokus ke bisnisnya. Saat di berada di pulau, sore kemarin, begitu melihat kotak persegi bertuliskan Starlink diturunkan dari kapal dan dibawa melalui dermaga, yang terbayang adalah wajah Mas Elon. Sinyal operator telepon seluler muncul-hilang di pulau. Pengunjung pulau wisata itu mengeluh: tidak bisa live TikTok atau update Instagram dari spot yang instagramable. Begitu Starlink masuk Indonesia, teman tadi bergerak cepat. Dia dapat dua unit Starlink yang harga perangkatnya masih diskon 40 persen jadi Rp 4,6 juta. Karena alat itu stationer di pulau, ia pilih paket Rp 750 ribu sebulan. Instalasi begitu sederhana. Tak perlu teknisi. Bisa pasang sendiri. Berapa kecepatan akses di pulau? Lebih dari 250 Mbps. Sangat kencang. Yang menjadi persoalan sekarang bagaimana membagi sinyal Starlink menjadi hotspot agar pengunjung pulau bisa ikut menggunakannya, dan yang penting tidak sampai kena banned dari Starlink. Sepertinya perlu perangkat lagi. Mas Elon kini hadir di pulau yang nyaris tanpa sinyal operator telekomunikasi nasional itu.*
HANVINCY ADNOV
Selama Hardvard, Stanford, Massachusetts Institute of Technology, Oxford, dll masih berdiri dan dibanjiri mahasiswa China Selama ilmu tekhnik, kedokteran, geology, pertambangan, kedokteran, dll selain rumpun disiplin ilmu sosial masih menggunakan peralatan praktik yang harganya sangat mahal dan adanya di Universitas Selama Jerman masih menjadi jawara untuk melahirkan sarjana tekhnik dan masih menggratiskan kuliah bagi rakyatnya MAKA UNIVERSITAS MASIH SANGAT PENTING UNTUK MEMAJUKAN PERADABAN SUATU BANGSA.
Amat K.
Selamat pagi Om Otong. Kita yang kuliah di universitas kehidupan ini pun berat biaya
m note
urun rembug, kebetulan sy juga bekerja di universitas dan ikut handle penerimaan maba. soal kenapa minat masuk kuliah konvensional masih tinggi mungkin ada bbrp hal. 1. buat kerja. rata-rata lulusan sma sederajat di negeri kita belum siap kerja kecuali karena terpaksa, seperti tidak punya biaya kuliah misalnya. rata-rata lho ya, tentu ada beberapa pengecualian di lapangan. selain itu mayoritas lapangan kerja di sini juga mensyaratkan pendidikan minimal. ada yg menerima lulusan sma sederajat atau di bawahnya tapi biasanya terbatas untuk formasi cleaning service dan security. lainnya, sarjana tentu saja. 2. soal belajar online / mandiri. meski lebih murah, tantangan terbesarnya ada di masing-masing individu. tanpa lingkungan yg terkondisikan seperti di perkuliahan akan berat sekali. belum lagi dengan pandangan tetangga kanan kiri, lulus sma koq gak kerja gak kuliah. itu bodoh, males apa gimana? 3. soal ukt mahal. sebenarnya konsep ukt itu subsidi silang. artinya yg memang secara perekonomian dianggap mampu akan mendapatkan grade ukt yang lebih tinggi untuk mensubsidi mereka yg dapat ukt rendah karena secara perekonomian dianggap kurang mampu. masalahnya penilaian kemampuan ini didasarkan pada berkas2 seperti slip gaji, jumlah tanggungan keluarga, foto rumah, data aset dll yg semuanya sangat mudah dipalsu.
Lagarenze 1301
Santai sejenak. Di sela-sela perkuliahan, Albert nongkrong di perpustakaan. Ia melihat di kursi depan ada mahasiswi cantik. Ia pun mendekatinya. "Apakah kamu keberatan jika aku duduk di sampingmu?” katanya pelan. Gadis itu tiba-tiba menjawab dengan suara lantang, “TIDAK, AKU TAK INGIN MENGHABISKAN MALAM INI BERSAMA KAMU!” Semua mahasiswa di perpustakaan melihat ke Albert dengan tatapan merendahkan. Albert benar-benar malu. Setelah beberapa menit, gadis itu berjalan diam-diam ke meja Albert dan berkata pelan, “Saya kuliah psikologi dan saya tahu apa yang dipikirkan pria. Saya rasa sekarang kamu merasa malu, bukan?” Albert tiba-tiba menjawab dengan suara keras, “SATU JUTA UNTUK SATU MALAM? ITU TERLALU BANYAK!” Semua orang di perpustakaan memandang gadis itu dengan kaget. Gadis itu benar-benar malu. Alex berdiri dan berbisik di telinganya, "Saya kuliah hukum, dan saya tahu cara menghukum orang."
Fiona Handoko
selamat pagi bpk thamrin, bung mirza, bp agus, bp jimmy, bp jo, bp jokosp dan teman2 rusuhwan. selamat ber hari minggu bersama keluarga. berkat tayangnya film "vina sebelum 7 hari". kita dapat pengetahuan baru. 1. bahwa polisi. walaupun ujian saringan masuk, dan pendidikannya luar biasa berat. mereka tetaplah manusia biasa. butuh hiburan, butuh refreshing. terbukti setelah mereka nonton film vina. 8 tahun PR menangkap dpo, bisa diselesaikan. 2. netizen banyak jadi ahli bahasa dadakan. ingin menyaingi guru bahasa abah, bpk bur rasuanto. mereka mengusulkan. padanan kata "stuntman" dalam bahasa indonesia, adalah "PEGI". (pemeran pengganti).
Kartosuwiryo
Tentu saja universitas konvensional masih tinggi peminat. Wong semua perusahaan besar mulai dari swasta s/d BUMN selalu mensyaratkan : "Lulusan PTN/PTS ternama". Jadinya di seleksi administratif saja, untuk rekruitment fresh graduated, perusahaan sudah akan membuang kandidat pelamar lulusan S1 universitas antah berantah.
Rihlatul Ulfa
Abah tanya kenapa film Vina sampai akhirnya kasus Vina viral sekali, bahkan penonton filmnya tembus jutaan penonton. itu sama dengan pertanyaan Abah, kenapa anak jaman sekarang masih berbondong-bondong untuk kuliah.
Johannes Kitono
NBM - Bima. Menyambut program Makan siang gratis Presiden Prabowo. Yang telah berubah menjadi Makan Bergizi Gratis. Hari minggu ini telah diluncurkan Nasi Beras Merah ( NBM ). Dengan resep Chef Arya alumni Elizabeth Institute Bali. Makanan yang bergizi itu terdiri dari : Nasi Merah pulen yang kaya seratnya; Ayam suwir Bali ; Telur omega tiga yang kaya EPA dan DHA ; Aroma Kecombrang yang tercium dari jarak selemparan batu ; Sambal Matah dan daun Kemanggi. Pada saat peluncuran perdana ini lokasinya di pilih di Anggrek Cafe, PL Apartrmen TA, Jakarta. Dan harganya hanya Rp.25 K/ bungkus seperti Nasi Bogana lainnya. NBM tidak mau bersaing diharga tapi dikualitas saja. Ternyata mendapat sambutan luar biasa dari para Pelanggan Anggrek Cafe. Sold out. Dan bagi Pelanggan yang tidak kebagian. Tidak usah kecewa. Nanti hari Rabu ( 29/5 ) NBM akan hadir lagi di Anggrek Cafe. Selamat kepada Pelanggan yang beruntung bisa menikmati NBM. Dan Chef Arya siap menerima saran dan kritik untuk meningkatkan kualitas NBMnya. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Liam Then
Topik hari ini saya merasa sekali. Karena pengalaman pribadi, pilih berhenti di semester 3, kemdian pergi kerja, karena lihat muka bapak yang tiba-tiba menjadi keruh waktu minta uang kuliah. Juga tentang belajar online, yang pada waktu tertentu karena ketertarikan minat hobi, pernah saya jalani secara intens, hasilnya sungguh benar tak mengecewakan, saya sendiri sudah rasakan, dari tak tahu apa-apa, bisa jadi apa-apa tahu, dibidang yang saya tekuni ini. Jadi belajar online secara mandiri, asal tekun saya jamin 100% asli hasilnya. Ilmu yang ada di internet ,terserak dan tercecer dimana-mana. Tapi tunggu dulu, ini ada tapinya. Belajar secara online mandiri, butuh yang namanya, saya tebak-tebak istilahnya, maap saya tak berpendidikan formal, kapasitas komprehensif pribadi. Kapasitas komprehensif seseorang tak lepas dari peran bimbingan guru, mentor dan juga habit-kebiasaan sejak dini. Setuju dengan Bang Amat dibawah, pembelajaran online lebih cocok ketika kapasitas komprehensif seseorang sudah terbentuk, minatnya yang bersangkutan sudah terfokus, ini biasanya ada pada sosok-sosok lulusan perguruan tinggi, yang sudah terbentuk pola pikir ,dan dibentuk sistem berpikirnya waktu kuliah oleh para mentor, dosen di Universitas. Anak muda yang baru lulus SMA, tidak bisa diharapkan belajar secara mandiri, karena sudah jelas, cukup refleksi kembali saja, seperti apa benak dan pikiran kita masing-masing dulu waktu lulus SMA. Jadi anda sudah tahu,sangat sederhana.