COWASJP.COM – SAYA memang jarang sakit. Tapi, sakit kali ini betul-betul bikin KO. Berat badan dari 72 kg turun menjadi 69 kg. Lumayan. Sekalian diet.
Selama sakit, sangat banyak dibantu teman-teman lama. Sehingga banyak meringankan beban yang saya dialami. Baik sisi biaya maupun kemudahan. Tentunya, doa sekian banyak dari teman sangat berharga buat saya.
Di Nasional Hospital, tempat saya dirawat, banyak dibantu Niken. Sahabat lama di tempat kerja dulu.
Di RS Muhammadiyah Lamongan, dibantu dr Asro SpU, spesialis urologi.
Ceritanya, sebelum masuk rumah sakit saya coba konsultasi ke sahabat lama itu.
BACA JUGA: Kata Perawat: Waduh Pak Enaknya
Dulu relawan Jawa Pos yang menangani bencana di berbagai daerah bertahun-tahun lamanya. Sifat sosialnya sangat tinggi, membuat relawan lainnya akrab dengan dia.
Tapi sekarang dia dokter spesialis urologi yang cukup terkenal di RS Muhammadiyah Lamongan. Berkat kemampuan dialah rumah sakit mampu menginvestasikan peralatan canggih seharga Rp 7 miliar. Buat operasi batu ginjal. Yang bisa belok-belok sampai ke sasaran. Sedangkan di rumah sakit lain hanya bisa lurus.
Saat itu, satu-satunya rumah sakit yang dilengkapi peralatan modern tersebut hanya di Jawa Timur. Itu beberapa tahun lalu. Dokter Asro harus bolak-balik belajar di Samarinda karena di sanalah peralatan itu ada. (Baca tulisan Dahlan Iskan, tentang Dr Asro SpU).
Melalui WA, saya sampaikan: “Dr Asro, rasanya saya terkena prostat. Besok rencana ke rumah sakit. Di Surabaya, dokter mana yang jago ya?”
Belum satu menit pertanyaan saya langsung direspons dr Asro, yang lazim saya sapa dengan Asro itu.
“Ke saya aja Pak. Besok pagi jam 10 saya tunggu di RS Muhammadiyah Lamongan,” jawabnya.
“Alhamdulillah. Saya usahakan ke sana,” jawab saya lagi.
Saat itu tanggal 26 Mei 2024. “Sampai jumpa besok pagi jam 10, insya Allah,” tulisnya.
Keesokan harinya saya di WA oleh Dr Asro. “Jadi ke sini Pak ?” tanyanya.
“Saya sudah dalam perjalanan," jawab saya.
Untuk memudahkan saya menuju Gedung Sujak yang berada di belakang tempat dia praktik, dia kirimkan google map. Bahkan perawat yang melayani di pintu masuk juga sudah dikabari. “Kaya orang penting saja,” kata saya.
Alhasil saat masuk saya langsung diarahkan ke ruang praktiknya.
Seperti biasa. Dia mengajak ngobrol dulu karena sejak Covid tak pernah bertemu. Komunikasi di antara kami hanya melalui WA.
Setelah itu mulai diperiksa. Di USG, lalu periksa dalam, karena saya memiliki riwayat ambeien.
Baru periksa pancaran kencing di Laboraturium. Sebelumnya saya disuruh minum sebanyak-banyaknya. Satu jam kemudian baru disuruh pipis.
Dari cara seperti itu terdeteksi kalau saya prostat. Daya pancar pipis lemah. Jumlah air seninya pun, sangat sedikit. Meski minum banyak. Belum lagi dengan sakitnya yang luar biasa itu.
Bahkan kalau sudah parah, katanya, bisa bengkak. Air seni campur darah. Ini berbahaya. Bisa saja kanker prostat.
Karena itu, jangan remehkan penyakit kutukan Tuhan itu.
Harus diperiksa sedini mungkin.
Bila ada gejala sering pipis, sakit saat pipis, pancaran air kencing lemah, volumenya sedikit, harus segra konsultasikan dengan dokter ahlinya.
Setelah diberi obat, surat pengantar ke Laboraturium untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saya pun pamit pulang. Lantas saya tanya biayanya berapa? Karena tidak hanya periksa, bahkan dibekali obat dan pengantar ke lab.
“Dr Asro. Biayanya berapa,” tanya saya.
Spontan dia jawab dengan nada kelakar: “Pak Din sudah banyak tabungannya di saya. Saatnya mengambil.”
Saya pun terkejut. “Tabungan apa?” tanya saya sedikit ngeyel.
“Sudahlah. Yang penting Pak Din sembuh," katanya. Dia menyapa saya dengan Pak Din, karena terbiasa mengikuti teman-teman di JP.
“Seandainya tidak jauh dengan rumah, operasi di sini saja. Pasti lebih murah kok. Peralatannya, juga tak kalah canggih,” tuturnya.
Dia memang sudah akrab dengan keluarga saya. Anak-anakku satu per satu ditanya oleh alumnus kedokteran Unair itu.
Dari dua hal di atas, saya merasa banyak dibantu teman. Karena itu, jangan abaikan hubungan baik dengan teman -teman. (Bersambung)