COWASJP.COM – ADA penderitaan lain yang saya alami usai menjalani operasi. Yaitu gatal di sekitar pantat. Ini akibat mengenakan pempes.
Selama sepekan di rumah sakit, saya memang mengenakan pempes. Ya seperti bayi itu. Bedanya, ukuranku jumbo.
Kalau untuk buang air kecil sudah ada kateter. Bahkan ada infus yang dimasukkan ke kateter tersebut. Untuk menggelontorkan sisa-sisa kotoran selesai operasi. Misalnya darah yang tersisa di saluran kencing akan keluar dengan penggelontoran melalui infus dan air minum itu.
Yang sulit bila akan buang air besar (BAB).
Satu-satunya cara adalah mengenakan pempes siang dan malam. Mau tidak mau ampas kotoran kita tertampung di pempes itu
BACA JUGA: Kata Perawat: Waduh Pak Enaknya
Tapi, setelah pulang terjadi iritasi di sekitar anus. Sehingga gatal tak henti-hentinya. Selama seminggu. “Kalau yang ini tidak termasuk dalam perawatan dokter,” kata anak saya menggoda ketika melihat tangan saya yang tak henti-hentinya menggaruk.
Ada hal yang beda dirawat di rumah sakit yang dinilai terbaik di Surahaya itu. Yaitu ruang perawatannya. Tak berlebihan, bila saya menyebutnya seperti berada di hotel.
Dari lantai tujuh tampak pemandangan cukup indah. Kampus UNESA yang berada di kawasan elit Surabaya barat itu terlihat dari atas. Sehingga pemandangannya pun cukup indah.
Penulis dan isteri saat meninggalkan ruang perawatan setelah dinyatakan sembuh. (FOTO: Dok. Nasaruddin Ismail)
Rimbunnya pepohonan yang berada di sekitar kampus. Yang dihiasi dengan danau yang cukup luas. Menambah indahnya suasana.
Meski begitu, indahnya pemandangan, sejuknya suasana, dan bersihnya ruangan tetap saja terasa kurang nyaman bagi yang sedang sakit.
Yang bisa merasakan keindahan lingkungan itu adalah isteri dan anak saya yang menunggui.
BACA JUGA: Berkat Teman, Periksa Gratis dan Prosesnya Mudah
Itulah yang saya alami selama sepekan tidur di rumah sakit kalangan menengah ke atas itu.
Ruangannya bersih. Pagi dan sore petugas kebersihan datang.
Yang patut saya berterima kasih adalah asuransi Generali yang membiayai rumah sakit.
Sebab, biaya yang cukup besar itu ditanggung oleh asuransi. Petugas asuransi, Nadia, sangat proaktif untuk berkomunikasi dengan saya. Pun rumah sakit. Sehingga bisa diketahui mana yang ditanggung asuransi, mana pula yang tidak.
Dengan alasan itu pula perusahaan tempat saya bekerja memilih perusahaan ini. “Nadia itu enak diajak komunikasi. Karena itu saya memilih asuransi yang dia tangani,” kata salah seorang pimpinan tempat saya bekerja.
“Begitu masuk rumah sakit, dia diberitahu semuanya Nadia yang urus,” tambahnya.
Hal itu pula yang saya alami. Di tengah kebingungan, namun ada saja yang berbaik hati membantu dengan sepenuh hati. (*).