COWASJP.COM – SUAMI istri hidup LDR (long distance relationship)-an antarkota masih dalam satu provinsi itu biasa. Beda provinsi tapi masih satu pulau sudah mulai memikirkan ongkos transportasi darat. Begitu beda pulau yang harus nyeberang laut, sudah pasti nambah ongkos transportasi udara atau laut.
LDR-an beda negara di satu benua, misalkan di Benua Asia, sudah kalang kabut berapa bulan sekali pulangnya ke Indonesia yaaa. Nah kalau sudah hidup merantau jauh dan beda benua terus LDRan gimana rasanyaaa tuuh?
Dari tahun pertama menikah sudah bekerja di kota yang berbeda bersama suami. Satu di Gresik satu di Pandaan. Lumayan lah ya bisa dibilang masih di sekitar Surabaya. Bertahap hingga akhirnya LDRan Surabaya – Jakarta dan Surabaya – Filipina. Tambah nano-nano lah rasanya. Pengeluaran tetap dua dapur, tambah ongkos pesawat kalau mudik, dan biaya tak terduga lainnya.
Begitulah perjuangan pasangan muda yang pernah melewati fase lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan.
BACA JUGA: KBRI Gelar Pasar Kuliner Indonesia 2024 di Lisabon
Selama di Portugal pekerjaan suami sedikit berbeda dengan dahulu di Swiss. Saat di Swiss tidak ada jadwal traveling ke luar. Sejak tahun 2023, Papi Fariz (suami penulis) sudah mulai dijadwalkan bisnis trip ke luar Portugal. Hal ini menjadi momok pengalaman baru bagi saya, karena pertama kalinya ditinggal suami dinas dan hanya bersama anak-anak.
Lho, di Indonesia apakah tidak pernah ditinggal bisnis trip? Pernaaah doong, seriiiing bahkan. Hahaha. Karena kami tinggal di rumah orang tua jadi selalu merasa banyak bala bantuan untuk menjaga anak.
Kini di Porigal, suami busuness trip pertama ke Turki selama 1 minggu. Penulis merasa cemas dan kepikirannya sudah sejak 2 minggu sebelumnya. Harus berani nyetir sendiri antar anak sekolah dan handle DoubleZ (Zirco dan Zygmund) sendiri. Tidak ada bala bantuan keluarga sekampung.
Untungnya teman-teman terdekat selalu support. Alhamdulillah. Persiapan belanja, memasak, cemilan sudah dipersiapkan sebelumnya. Belanja mingguan ke supermarket seperti ditinggal 2 minggu saja. Sampai kulkas dan freezer penuh. Hahaha.
BACA JUGA: UMR Rp 14 Juta Tidak Cukup untuk Bayar Sewa 1 Kamar Apartemen di Pusat Kota Lisbon
Sudah dipersiapkan masak makanan yang anak-anak suka supaya nyaman.
Yeeey, akhirnya ditinggal trip bisnis pertama kali sukses besaaaar!!!! Ini suatu pencapaian tersendiri bagi saya pribadi. Agak lebay berlebihan ya?? Well, karena selama 29 tahun saya tidak pernah merantau alias selalu berlindung di rumah orang tua. Jadi, pengalaman menjadi perempuan mandiri seperti ini adalah sesuatu yang sudah saya angankan sejak dulu.
Banyak sekali overthinking di benakku. Seperti “apakah saya bisa mengatasi 2 anak sendirian kalau suami harus trip bisnis?”, “apakah saya bisa membagi waktu memasak, bersih-bersih rumah, memastikan anak-anak dalam kondisi baik, dan sebagainya?”
Trip bisnis kedua ke Austria, ketiga ke Yunani, dan baru saja kemarin pulang dari Belgia. Terasa lebih mudah dan tidak overthinking. Justru Zirco yang lebih posesif ke papinya. Tanya kapan pulang, jam berapa, detail sekali pokoknya.
Sebelum pagi berangkat ke bandara Papi Fariz selalu foto bersama. (FOTO: Dok. Okky Putri Prastuti)
Kini saya tidak pusing lagi masak apa, cukup masak simple atau beli makan di luar yang ramah di kantong. Tidak belanja berlebihan karena sudah bisa nyetir santai, bisa mampir supermarket bahkan pergi ke mall bertiga sama DoubleZ.
Apa saja yang dilakukan bersama DoubleZ selama ditinggal suami trip bisnis?
Jadwal bangun lebih pagi dari biasanya. Sebelum membangunkan DoubleZ jam 07.00 WEST (Western European Summer Time) sudah wajib mandi pagi, rapikan diri, siapkan sarapan dan bekal anak-anak sekolah. Menu makan siang dan malam sudah dimasak di sore/malam hari sebelumnya.
Supaya tidak terlalu hectic pagi hari, menu sarapan cukup roti bakar/ cereal/ yogurt/ buah/ susu/ kopi/ teh. DoubleZ selesai mandi, sarapan, dan bersiap ke sekolah.
BACA JUGA: Tidak Ada THR, tapi Pekerja Terima 14 Kali Gaji per Tahun
Sebelum jam 09.00 WEST, Zirco sudah tiba di sekolah kemudian lanjut antar Zygmund ke sekolah yang berbeda. Karena Zygmund pulang sekolah jam 12.00 WEST, maka antara jam 9.30 – 11.45 WEST adalah waktu me time buat saya. Mengisi ulang energi setelah digunakan di pagi hari. Selain digunakan untuk jalan pagi disekitar pantai tak lupa nongkrong di cafe untuk membeli kopi. Hihihi.
Kadang-kadang janjian bersama teman untuk sarapan bersama juga. Kalau mommies apa nih me time favoritnya?
Sebelum menjemput Zirco di sore hari, ada waktu berdua bersama Zygmund. Makan siang, mandi setelah pulang sekolah, bermain, snack time, bersih-bersih rumah, dan masak.
Malam waktunya bersantai bersama anak-anak. Menemani Zirco mengerjakan PR, video call bersama Papi, membersihkan mainan di ruang tv, dan membaca buku sebelum tidur. Kalau ditanya capek tidak? Jelaaas capeeek sekali. Jadi harus memanajemen kegiatan mana yang prioritas dan yang bukan, supaya energi tidak sampai habis. Kalau habis nanti bisa stress sendiri dan uring-uringan ke anak.
BACA JUGA: Kedubes Indonesia Lestarikan Tradisi Halal Bihalal dan Sungkeman
Rumah berantakan sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Berdamai dengan diri sendiri karena merapikan rumah tiap hari bukanlah prioritas pertama. Kok bisa begitu? Sebelum ditinggal suami bisnis trip, kami berdua sudah sama-sama membersihkan rumah. Dari menyapu, mengepel, dan deep cleaning kamar mandi. Sisanya selama survive bertiga, saya hanya fokus menyapu area ruang makan dan dapur. S
Zygmund bermain sendiri di taman sambil nunggu kakaknya, Zirco, sekolah. (FOTO: Okky Putri Prastuti)
Setiap sebelum tidur, seluruh mainan anak yang berada di ruang tamu dibersihkan bersama DoubleZ. Rumah tidak perlu dipel setiap hari karena beruntung kami tinggal di lantai 4, tidak terlalu banyak debu yang masuk ke dalam rumah.
Oleh-oleh yang selalu dibawa oleh Papi Fariz saat trip bisnis adalah magnet kulkas dan beberapa cemilan dari negara tersebut. Serta yang tak kalah penting adalah jajanan Indonesia. Haha. Kebetulan di Vienna – Austria, Athena – Yunani, dan Brussel – Belgia terdapat toko Indonesia. Yang pasti menjual Indomie dan kecap. Apabila di Lisbon ada, maka yang dibeli adalah yang tidak ada di Lisbon. Mostly yaitu jajan ciki dan juga pop mie.
BACA JUGA: Asyiknya Bukber Bersama Teman dari Pakistan, China dan Amerika
Sengaja membawa koper besar karena setengah dari isi koper adalah oleh-oleh jajan Indonesia. Jangan tanya terkait harga karena semua harga di Eropa rata-rata sudah 4x lipat dari harga di Indonesia. Misal harga 1 cup pop mie di Indonesia Rp.5000, di sini (Portugal) hampir 2 Euro (Rp 34.000). Malah lebih dari 4x lipat, ya kaaan…
Petualangan bertiga bersama DoubleZ tidaklah mudah. Berantem kakak adik, salah satu menangis atau keduanya menangis. Besar kemungkinan mengurangi kadar kesabaran. Tidak semua Ibu memiliki kesabaran layaknya Nikita Willy. Kadang bisa jadi singa, kadang jadi dinosaurus, kadang jadi ibu peri.
Recharge kesabaranku biasanya dengan menikmati kopi dan snack di pagi hari saat anak-anak sekolah. Baca buku di taman ditemani pemandangan ijo. Lihat drama Korea saat Zygmund tidur siang.
Mengutarakan 20.000 kata video call sama suami cerita keseharian dari A sampai Z. Kata orang, “Jika Ibu dalam kondisi bahagia, maka seluruh alam semesta akan mengirimkan energi positif kebahagiaan ke seluruh anggota keluarga dan juga rumah yang ditinggalinya”. Sudahkah mommies membahagiakan diri sendiri?(*)