Catatan Kecil dari Rumah Sakit (2)

Perahu Pencuri Kondensat Meledak dan Terbakar, ABK Hilang

Dua perahu terbakar di Sungai Barito, 10 ABK hilang. (FOTO: pedomanrakyat.com)

COWASJP.COMDI SEMUA lokasi terpasang CCTV. Sehingga bisa dipantau di HP. Lebih dari 100 armada operasional. Mulai L300, sampai tronton dan treiler, dipasang GPS. Untuk memudahkan pantauan lewat HP.

Berkat GPS itu pula saya sering lakukan operasi tangkap tangan (OTT). Para sopir yang nakal, di antaranya saat kirim tabung ke Sutos. Ketika mencuri BBM di halaman parkir Delta Plaza, dan lain-lain.

Begitu juga di kapal. Karena minimnya listrik, menggunakan CCTV tenaga surya dan GSM. Sehingga tetap bisa dimonitor melalui HP pula.

Ada lima orang anak buah saya yang menjaga di kapal. Mulai dari pedalaman Kalimantan Tengah (Kalteng) hingga ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel). Perjalanan ditempuh hampir satu minggu menelusuri Sungai Barito.

Di atas kapal, ada Razianur, Barliansyah, Edi Dayat, Taufik Rahman, dan Aidil. Semuanya suku Dayak, yang lahir dan besar di pedalaman Kalimantan Tengah. Mereka umumnya bermukim pinggir Sungai Barito. Merekalah yang menjaga di atas kapal tongkang.

PERAHU MELEDAK

Suatu ketika pada akhir bulan Ramadhan yang lalu. Sekitar pukul 00:20 saya sedang tidur pulas, telepon berdering. Saya tersentak bangun. 

Dengan suara tergesa di hujung telepon sana terdengar suara Taufik. Dia melapor kalau kapal yang ditambat di sebelah kapalnya terbakar dan meledak.

Itu terlihat dari jauh. Karena Taufik pulang sahur di rumah. Jaraknya, lebih dari 1 kilometer. 

“Pak kapal meledak. Ini saya lihat dari rumah. Api membubung tinggi,” kata Taufik dengan tergesa-gesa.

"Anda kok tahu?"

BACA JUGA: Dipalak Puluhan Kali dan "Digoda" Para Penjaja Makanan yang Cantik di Sungai Barito

"Tadi ada yang telepon. Minta tolong diantar dengan perahu. Takut ditangkap polisi," cerita Taufik. Katena takut polisi itulah yang membuat Taufik curiga.

Saya terkejut. Bisa dibayangkan, tongkang yang muat 1.000 ton lebih kondensat yang baru keluar dari perut bumi itu terbakar. 
Pasti meledak. Pasti mencemari Sungai Barito yang luas itu. Pasti membawa korban banyak. 

Itulah ciri khasnya kondensat, yang kami angkut dari pemboran gas, melalui Sungai Barito itu.

Razianur, pengawalnya, saya telepon berkali-kali tidak diangkat. “Waduh. Sudah ikut terbakar,” dalam pikiranku.

Penasaran, telepon tak henti-hentinya saya lakukan. Namun, setelah pagi hari, baru tersambung. Ternyata dia lari dengan perahunya. Takut tersambar api.

Paginya baru tahu kalau yang meledak itu dua perahu milik pencuri. Berisi sejumlah drum penuh kondensat.

Saat itu mereka mencuri kondensat yang kami angkut. Mungkin dia tidak tahu kalau gas yang satu ini sangat sensitif terhadap api. 
Sedikit saja ada percikan api pasti meledak. Sifatnya mengejar panas.

nasaruddin.jpg1.jpgPuing-puing perahu yang meledak, saat penjarahan. (FOTO: Nasaruddin Ismail)

Bisa dari api  rokok. Bisa juga dari pompa yang digunakan untuk mencuri  di tongkang itu.

Dua perahu hancur berantakan. Termasuk drumnya.

Dari kondisi itu diduga pencurinya ada yang terbakar. Tapi semuanya melarikan diri. Sehingga tak diketahui nasibnya.
“Semua anak buah kapal melarikan diri. Termasuk pengawal yang saya kendalikan.”

Beruntung, kapalnya tidak meledak. Sisa api dipadamkan oleh warga. Disemprot dengan busa sabun.

“Semua sudah aman. Api sudah padam. Kami gunakan Damkar desa,” lapor H. Warah, salah satu tokoh warga melalui HP nya.

Maling yang kerja sama dengan ABK ini cerdas juga. Agar tidak terdeteksi, kamera dibungkus dengan kain hitam. Dengan demikian mereka dengan leluasa mencuri. Kami pun tidak bisa mendeteksinya. 

"Waduh. Kameranya dibungkus dengan kain hitam," kata H. Warah.
Lantas bagaimana dengan pengawal? Dia ternyata tidur di tug boat. Sehingga tidak tahu kalau tongkangnya dijarah maling.

Dia mengetahui setelah mendengar suara ledakan yang memecahkan anak telinga.

Takut terkena ledakan, dia pun kabur menyelamatkan diri. Hingga polisi juga curiga, jangan-jangan dia ikut sekongkol dengan maling.(Bersambung)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda