Tahan Emosi, Garuda Muda!

Kadek Arel Priyatna (kiri) menyundul bola dihadang penjaga gawang Timnas Timor Leste Alexandre Oscar Lima (kanan) di babak penyisihan Grup A. (FOTO: ANTARA/Rizal Hanafi - tempo.co)

COWASJP.COMLAJU Garuda Muda Indonesia U-19 ke semifinal diraih dengan sempurna. Tiga kemenangan diraup dalam tiga laga penyisihan Grup A Piala AFF U-19. 

Rekor ini tentu patut diapresiasi, meskipun lagi-lagi pasukan Indra Sjafri belum menyajikan permainan yang diharapkan. 

Laga terakhir menghadapi Timor Leste  memang menghasilkan angka penuh. Namun, skor 6-2 ini juga menyiratkan kecemasan. Dua gol Timor Leste bermula dari kesalahan Kadek Arel dkk. 

Bagaimana bila mereka nanti menghadapi lawan setangguh Malaysia di semifinal, Sabtu (27/7/2024) nanti? Kesalahan sedikit saja akan berakibat fatal. Apalagi mental Garuda Muda belum teruji dalam tiga laga sebelumnya. Mereka belum menghadapi tim yang setara dan yang lebih kuat. 

Pada tulisan kami sebelumnya sudah dibahas mengenai miskinnya kreativitas tim. Cukup melegakan sudah ada keberanian melepaskan tembakan dari luar kotak penalti oleh para gelandang serang, terutama Kafiatur Rizky. Tetapi, permainan tim ini masih sangat mudah dibaca lawan. Serangan monoton dari kedua sayap atau mengandalkan gol dari tendangan sudut dan lemparan jarak jauh Mufli Hidayat. 

BACA JUGA: Menanti Kreativitas Indra Sjafri, Arsitek Garuda Muda​

Belum ada keberanian untuk melakukan aksi individu atau skema gol yang terbangun secara tim. Bisa dibandingkan dengan tim muda era Egy Maulana Fikri dan Witan Sulaiman.

Lini serang juga masih perlu diragukan. Gol Jens Raven belum menunjukkan kelas pemain diaspora ini sebagai pencetak gol ulung. Begitu juga Arkhan Kaka. Gol-gol kemenangan Garuda Muda lebih banyak dicetak pemain belakang. Itu pun, lagi-lagi, bukan lahir dari open play atau skema serangan yang terbangun secara tim.

Malaysia bukan lawan mudah. Bisa dibilang pasukan muda Harimau Malaya setara dengan Garuda Muda. Beruntung Indra Sjafri memiliki pemain dengan kualitas individu yang baik dan sebagian tertempa di kompetisi senior. Secara individual, pasukan muda ini memang cukup mumpuni. Yang perlu dimatangkan adalah mengurangi kesalahan lepas bola dan saling pengertian antar-pemain.

Di semifinal nanti, anak-anak muda ini tentu diharapkan mampu menyajikan permainan terbaik. Seringnya kehilangan bola akibat kesalahan sendiri atau kecerobohan pemain belakang ketika diserang menjadi titik krusial yang dapat dimanfaatkan penyerang Malaysia. Di sinilah peran Dony Tri Pamungkas dan Iqbal Gwijangge, dua palang pertahanan terakhir.

Ujian sesungguhnya memang baru dimulai di semifinal. Tiga kemenangan sebelumnya bolehlah dianggap sebagai ajang pemanasan. Ya, karena Filipina, Kamboja, dan Timor Leste bukan lawan berat. Ketiganya juga setara dengan sama-sama mengoleksi tiga poin. Sama-sama sekali menang dan dua kali kalah.

Indra Sjafri sudah menyampaikan akan menyiapkan strategi setelah mengetahui lawan di semifinal. Namun, pelatih ini dikenal sangat percaya diri pada pola permainan yang dimainkan. Hampir tidak pernah ada perbedaan cara bermain di tim yang dia tukangi. Tentu, kecemasan ini harus dibantah melalui permainan apik di semifinal nanti. 

Semoga coach Indra bisa memberikan sedikit kebebasan berkreasi kepada para pemainnya.

Indra Sjafri memiliki modal sangat baik: kualitas individu dan fisik para pemain. Anak-anak muda ini menjanjikan masa depan gemilang. Potensi mereka masih sangat mungkin dioptimalkan. Dan, pembuktiannya adalah laga semifinal. 

Bila mampu melewati Malaysia, laga final akan menjadi pertarungan sengit. Di final, segala kemungkinan bisa terjadi. Australia diperkirakan melaju mudah ke final. Australia memang sangat perkasa, tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan. 

Laga semifinal ini diperkirakan bakal menguras emosi. Keharusan menang dan sejarah pertemuan dua negara bertetangga bakal menaikkan tensi pertandingan. Pasukan Garuda Muda harus mampu menghindari provokasi yang mungkin sengaja dilakukan Malaysia untuk merusak irama permainan. Menghindari pelanggaran tidak perlu juga penting.

Satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah transisi dari menyerang ke bertahan. Seringkali pemain kita terlambat turun, sehingga pemain belakang harus bekerja ekstra keras ketika diserang balik. Dalam tiga laga sebelumnya, kelemahan ini begitu tampak. Ingat, Malaysia melakoni tiga laga sebelumnya dengan meyakinkan.

Masih ada waktu mematangkan permainan tim. Masih ada waktu memilih pemain sesuai dengan skenario pelatih. Masih ada harapan. Masih ada masa depan.  Selamat berjuang Garuda Muda! (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda