Laporan Okky dari Portugal (62)

Tidak Ada Makan Gratis di Portugal, tapi Para Siswa Bebas Uang Gedung dan Iuran

Ajak refreshing anak ke pantai yang cuma 10 menit dari rumah. (FOTO: Fariz Hidayat)

COWASJP.COM – Liburan sekolah telah usai. Saatnya para mama muda sibuk menyiapkan bekal untuk anak. Ada model bekal simple sampai yang ribet. Ada yang cukup bawa snack karena sekolahnya cuma 2 - 3 jam. Ada yang full day sehingga perlu komplit membawa snack dan makan siang. 

Kotak perbekalan merek ternama mulai dikeluarkan. Di sini menjadi salah satu ajang kreatifitas para mama untuk memberikan bekal sehat dan penuh nutrisi untuk anak tercinta. 

Bagaimana cara mama - mama Eropa dalam mengatasi perbekalan anak sekolah?

Sementara itu di tanah air sedang terjadi pro dan kontra soal makan siang gratis. Program yang menelan dana puluhan triliun (bahkan sebenarnya ratusan triliun rupiah)  masih digodog untuk diterapkan. 

 Berhasil atau tidak? Berjalan mulus dalam jangka pendek atau panjang? Mari kita saksikan bersama. Aman dari mark up atau tidak? Anggaran per anak/warga miskin yang semula Rp 15.000 kayaknya mau dikurangi tinggal Rp7.500 per orang. Program belum jalan, anggaran sudah dikepras. 

BACA JUGA: Adakah yang Menggiurkan Bila Hidup di Manca Negara?​

Dengar-dengar membutuhkan dana hampir 500 triliun per tahun. Semoga program ini memberikan dampak positif untuk Indonesia ya. #Edisi mode positive thinking, hihihi. 

ADAKAH MAKAN SIANG GRATIS DI PORTUGAL? 

Di Portugal tidak ada program makan siang gratis. YANG ADA DI PORTUGAL ADALAH FASILITAS MAKAN DARI SEKOLAH. 

Namun, di Portugal tidak ada satu pun sekolah publik yang memungut biaya apa pun dari orang tua siswa! 

Tidak ada uang gedung, tidak ada iuran bulanan. Semua free!! Untuk segala kalangan, baik kalangan bawah, menengah maupun atas. 

oky.jpg1.jpgPergi ke mall untuk naik odong-odong dinosaurus. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Orang tua hanya membayar uang untuk makan. Berapa yang harus dibayar? Sekitar 100 - 200 Euros (Rp. 1.800.000 - 3.600.000) per bulan. Tergantung sekolah masing-masing. Dana sebesar itu untuk snack pagi, makan siang, dan snack sore per siswa. 

Contoh snack biasanya roti isi mentega/keju/selai/coklat, susu, buah, jelly, biskuit, yogurt, dan cereal. Menu makan siang lebih variasi lagi, ada nasi/pasta/kentang, ayam/daging/ikan/telur, tahu/kacang-kacangan, sop, dan sayur. Tidak ada menu daging babi untuk anak sekolah. Ada menu vegan juga untuk alternatif anak yang tidak makan daging. 

BACA JUGA: Tiga Tahun Merantau di Eropa Menguntai Berbagai Pelajaran Kehidupan​

Ortu akan mendapatkan email/pengumuman untuk menu selama seminggu ke depan. Setiap hari menunya ganti jadi anak tidak akan bosan.

TIDAK WAJIB

Membeli makan dari sekolah ini tidaklah wajib. Ortu diperbolehkan tidak berlangganan makanan dari sekolah. Boleh membawa snack dan lunch dari rumah. Wajib bawa karena sekolah sudah memiliki jadwal-jadwal tersendiri untuk makan bersama-sama. Tidak ada warung di depan sekolah yang menjual bakso, siomay, batagor, pentol, dkk. Hahahaha. 

Kantin di sekolah hanya menyediakan makanan yang sama pada hari tersebut. Kalau mendadak ingin beli soto ayam atau gado-gado ya jelas tidak ada.

BACA JUGA: Paling Enak ke Swiss untuk Liburan, Jangan untuk Tinggal Lama​

Bagaimana kalau mendadak tidak bisa membawa bekal dari rumah? 

Bisa membeli harian dari sekolah. Pihak kantin akan mencatat nama murid, kemudian akan menagih ke orang tuanya untuk membayar. Zirco pernah tidak sengaja makan siangnya terjatuh, pihak sekolah menelpon apakah boleh diberikan menu sekolah. Saat ortu memberikan ijin, maka pihak sekolah langsung action. 

oky2.jpgContoh daftar menu di sekolah yang full nutrisi. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Rata-rata tidak banyak orang tua yang ingin repot membawakan bekal ke anaknya. Semua ingin simple dan sederhana. Ortu juga tidak perlu khawatir karena menu di sekolah sudah pasti penuh nutrisi.

Bagaimana dengan DoubleZ? Apakah makan di sekolah atau bawa bekal dari rumah?

Zirco hanya langganan snack sekolah, sedangkan makan siang membawa dari rumah. Khawatir tidak cocok dengan menu Portugis terus akhirnya kelaperan. Sebulan membayar 70 Euros (Rp 1.260.000) hanya untuk bayar 2x snack. Sedangkan kalau tidak beli sama sekali tetap dikenakan biaya 40 Euros (Rp. 720.000) sebagai biaya service di kantin. Nunut duduk makan di kantin sekolah sendiri saja juga bayar lho. 

BACA JUGA: KBRI Gelar Pasar Kuliner Indonesia 2024 di Lisabon​

Zygmund di sekolah yang lama hanya cukup membawa snack. Karena sekolahnya hanya dari jam 9 - 12. Hampir selalu membawa buah. Favoritnya adalah anggur dan blueberry. Karena bentuk buahnya bulat dan simple makannya, tidak perlu bawa garpu atau dipotong-potong. Ini sebenernya karena ibunya tidak mau ribet saja sih, hahaha. 

Namun di sekolah barunya nanti dia akan full makan di sekolah. Perbulan kena 180 Euros (Rp.3.240.000) untuk snack 2x dan lunch.

Kenapa kok tidak bawa bekal dari rumah seperti Zirco? Ibunya males masak yaa?

Di sekolah Zygmund tidak ada pilihan hanya membawa lunch dari rumah. Pilihannya hanya yes or no. Sedangkan kalau pilih no, maka tetap membayar 80 Euros (Rp.1.440.000) untuk service kantin, menyiapkan makanan untuk anak kecil, serta menyuapi Zygmund. Sudah bayar mahal dan repot pula menyiapkan 3 kotak makan. 

oky3.jpgPergi ke taman untuk main di playground sepuasnya. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Dulu ketika Zirco sekolah di Swiss tidak ada program makan dari sekolah. Siswa membawa snack sendiri dari rumah. Pada jam makan siang semua siswa wajib pulang ke rumah masing-masing. Diberikan waktu istirahat untuk pulang ke rumah dan kembali lagi ke sekolah sesuai jadwal. 

Kalau anaknya masih kecil maka yang repot adalah ortunya antar pagi, jemput siang, antar siang, jemput sore. Kalau ortunya bekerja, biasanya mereka meletakkan anaknya di day care. Nah guru day care lah yang bertugas menjemput dan mengantarkan kembali siswanya. 

Tantangannya, untuk mendaftar day care ini tidaklah mudah. Waiting list-nya panjang. Jadi pilihannya antara si ibu tidak bekerja atau kakek/nenek ikut repot menjemput cucunya di sekolah. 

BACA JUGA: UMR Rp 14 Juta Tidak Cukup untuk Bayar Sewa 1 Kamar Apartemen di Pusat Kota Lisbon​

Itulah kenapa sekolah publik di Eropa berdasarkan zonasi tempat tinggal. Supaya waktu tempuh yang dibutuhkan untuk PP (pulang-pergi) sekolah -  rumah itu terjangkau. Hanya hitungan menit saja. Singkatlah maksudnya. 

Dulu jarak dari apartemen ke sekolah cuma 650 meter. Jalan kaki 10 menit atau naik bus 2 menit. Sekejap sampai rumah tanpa stress kena macet. Di Indonesia pun sekarang menerapkan sistem zonasi untuk sekolah publik.

Mengajak anak refreshing karena penatnya kegiatan di sekolah juga cukup simple. Di Portugal banyak playground gratis yang terawat. Cukup membawa DoubleZ piknik ke taman, bawa bekal sederhana seperti nasi, indomie, ayam, dan nugget, serta bebas main di playground. 

Mereka sudah supeeer happy. Semua energinya tersalurkan secara maksimal. Sering juga refreshing ke playground di dalam mall. Hanya main saja, tidak selalu makan di mall ataupun belanja. Apalagi selama di Swiss kami jarang beli makan di luar rumah. Mending uangnya dibuat untuk beli tiket kereta ke luar kota. 

oky4.jpgPergi ke tepian pantai cuma untuk lihat kapal pesiar. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Begitulah kehidupan kami selama merantau 3 tahun di Eropa. Banyak suka, senang, adaptasi, dan stresnya. Hidup pindah negara itu tidaklah mudah, tapi bisa dilakukan. 

Kekayaan bukan hanya soal uang, kami percaya bahwa dengan perjuangan hidup merantau ini akan memberikan kekayaan pengalaman yang tak terlupakan buat DoubleZ. Suatu saat nanti mereka akan paham bahwa dunia itu sangaat besar. Banyak sekali yang bisa dipelajari daripada hanya diam di satu tempat. 

Semoga yang cita-citanya ingin hidup merantau bisa tercapai.

Terimakasih kepada seluruh kawan pembaca yang telah setia mengikuti perjalanan kami 3 tahun mulai dari Swiss dan Portugal. Tanpa support Anda semua “Buku Salam Dari Swiss, Jelajah Negeri Impian Sambil Bekerja” tidak mungkin bisa terbit di Indonesia. Masya Allah. 

Meskipun merantau, hati tetap selalu cinta tanah air Indonesia. Edisi flashback 3 tahun merantau. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda