COWASJP.COM – BANDUNG - Bagi banyak orang, saat pensiun sering dianggap sebagai akhir masa “kejayaan” atau sebagai garis finis untuk berkarya. Sebaliknya bagi mereka yang selalu berpikiran positif, menyikapinya sebagai masa pembebasan dari rutinitas kerja dan menikmati “hari tua” bersama keluarga.
Seperti yang diberitakan sumedang.jabarekspres.com, bagi yang sama sekali tidak siap, memasuki pensiun seolah sebagai terompet penanda kiamat yang meluruhkan semua kehebatan semasa bekerja, punya pangkat, atau memegang suatu jabatan.
Hal itu disampaikan Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana. Pria rendah hati tersebut kembali melawat ke Kota “Parijs van Java” Bandung. Di kota berhawa sejuk tersebut, doktor komunikasi yang telah berbicara di depan jutaan publik di dalam negeri dan mancanegara itu untuk kedua kali menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi di kampus Universitas Islam Bandung (Unisba).
Pada Jumat 2 Agustus 2024 pagi, pria dengan jejaring pertemanan sangat luas itu berbicara kepada para tenaga kependidikan di lingkungan Unisba yang segera menghadapi masa purnakerja atau pensiun dari kepala bagian, kepala seksi, hingga staf administrasi.
Dr Aqua Dwipayana menyampaikan materi Sharing Komunikasi dan Motivasi bertajuk “Menghadapi Masa Pensiun dengan Tenang dan Bahagia”. Sharing berlangsung di Vila Air Natural Resort Kompleks Vila Istana Bunga, Jl. Kolonel Masturi Km 09, Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat.
Ini merupakan kali kedua dalam waktu kurang dari sebulan, Dr Aqua Dwipayana berbicara di Unisba. Sebelumnya, pada Selasa 9 Juli 2024, bapak dua anak itu sharing kepada pejabat struktural Unisba bertajuk “Menjadi Perguruan Tinggi Islam Berdaya Saing Global di Era Society 6.0”.
Sharing yang dirangkaikan dengan rapat kerja itu diikuti lebih dari seratus peserta. Dari para unsur pimpinan di lingkungan Unisba, dan berlangsung di Swiss Belresort Dago Heritage Jl. Lapangan Golf Dago Atas No. 78 Bandung.
BACA JUGA: Pramugari Garuda pun Tak Membangunkan Aqua Dwipayana dari Tidurnya​
Dr Aqua Dwipayana menegaskan, pensiun bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari petualangan baru. Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Pusat itu mengajak peserta untuk mengubah mindset tentang pensiun, dari sekadar berhenti bekerja menjadi kesempatan untuk mengejar minat dan passion yang selama ini tertunda.
Mantan wartawan di banyak media besar yang dikenal luas sebagai ahli komunikasi dan motivator kawakan. Sudah berkeliling Nusantara bahkan mancanegara. Dia melontarkan pernyataan yang menyentuh, “Masa pensiun bukanlah akhir dari perjalanan hidup, tetapi sebuah awal baru yang penuh dengan potensi dan kesempatan. Banyak orang merasa cemas atau khawatir saat memasuki fase ini, namun dengan persiapan yang tepat dan sikap yang positif, pensiun bisa menjadi babak paling bahagia dalam hidup.”
BACA JUGA: Disambut Hangat Danlanal Semarang Kol. Laut Joko Andriyanto
Dr Aqua Dwipayana menyampaikan beberapa tips menjelang pensiun, yakni sebagai berikut.
Pentingnya Persiapan Mental: menekankan bahwa persiapan mental jauh lebih penting daripada persiapan finansial. Dengan mental yang kuat, seseorang akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan dan menikmati masa pensiun.
Membangun Hubungan Sosial: Memperkuat hubungan dengan keluarga, teman, dan komunitas sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional di masa pensiun.
Menemukan Passion Baru: Masa pensiun adalah waktu yang tepat untuk mengeksplorasi minat dan bakat baru. Dengan menemukan passion baru, hidup akan terasa lebih berarti dan menyenangkan.
Menjaga Kesehatan Fisik: Kesehatan fisik yang baik akan mendukung kualitas hidup di masa pensiun. Rutin berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat.
Dr Aqua Dwipayana menekankan pentingnya persiapan mental dan spiritual dalam menghadapi masa pensiun. Staf Ahli Ketua Umum KONI Pusat Bidang itu memberikan tips-tips praktis untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, membangun hubungan sosial yang positif, serta menemukan passion baru di masa pensiun.
“Para pensiunan diharapkan untuk rutin berolahraga, menjaga pola makan sehat, dan cukup istirahat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Selain itu, kita juga harus menyadari pentingnya membangun hubungan sosial yang positif dengan bergabung dalam komunitas atau mengikuti kegiatan sosial. Menemukan passion baru seperti belajar bahasa asing atau mengikuti kursus memasak juga bisa memberikan semangat baru di masa pension,” ucap Dr Aqua Dwipayana menegaskan.
TENTANG UNISBA
Unisba adalah salah satu perguruan tinggi swasta tertua dan paling prestisius di Indonesia yang berkedudukan di Kota Bandung. Lahir atas gagasan para tokoh umat Islam dan tuntutan masyarakat Jawa Barat akan adanya perguruan tinggi yang bernafaskan Islam dan melahirkan intelektual muslim.
Unisba memiliki tujuan pendidikan dalam mewujudkan mujahid (pejuang), mujtahid (peneliti) dan mujaddid (pembaharu) dalam suatu masyarakat ilmiah yang Islami.
Visi:
“Menjadi Perguruan Tinggi Islam yang Mandiri, Maju dan Terkemuka di Asia Pada Tahun 2033”.
Misi:
1.Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang menghasilkan sumber daya manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah sebagai mujahid, mujtahid, dan mujaddid;
2.Menyelenggarakan penelitian yang menghasilkan pemikiran, konsep dan teori-teori baru bagi kemaslahatan umat;
3.Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan; dan
4.Mengelola Perguruan Tinggi yang mengedepankan good university governance berlandaskan nilai-nilai Islam.
Nilai-nilai Unisba telah melalui berbagai tantangan untuk mengembangkan diri menjadi perguruan tinggi Islam yang konsisten dengan cita-cita yang sudah ditorehkan oleh para pendirinya.
Kiprah yang dicita-citakan para pendiri Perguruan Islam Tinggi yang kemudian diubah namanya menjadi Unisba tersebut adalah mencetak sarjana muslim yang berwawasan luas, berakhlakul karimah, dan menjadi mujahid (pejuang), mujtahid (ilmuwan), mujaddid (pembaharu).
Tagline untuk memperkuat posisi Unisba adalah “Excellent in Islamic Spirit”.
Pimpinan: Prof Dr Edi Setiadi, SH. M.H (Rektor Unisba).
Nilai-Nilai yang selalu ditekankan Rektor kepada semua jajaran: Implementasi Ruhul Islam dalam setiap kegiatan.
SEJARAH
Tahun 1957 sejumlah tokoh umat Islam Jawa Barat bersama beberapa ulama yang pada saat itu menjadi anggota Konstituate, menggagas kaderisasi pemimpin umat yang faqih fiddin di masa mendatang.
Pada tanggal 15 Nopember 1958, gagasan tersebut diwujudkan melalui pendirian Perguruan Islam Tinggi, di bawah Yayasan Pendidikan Islam dengan Akte Notaris Lie Kwie Nio, nomor 42.
Para pendiri yang tercantum pada akte Notaris yaitu : Prof. Sjafie Soemardja, dr.H. Chasan Boesoiri, Drs. Achmad Sadali, Oja Somantri, R. Kosasih, R. Sabri Gandanegara, dan Dadang Hermawan.
Pada tahun 2007 Yayasan Pendidikan Islam diubah dengan Akte Notaris Dadang Abdul Haris Kosidin, SH., Nomor 07, tertanggal 22 April 2007, menjadi Yayasan Universitas Islam Bandung (Yayasan Unisba).
Secara filosofis, di balik semua itu terkandung harapan akan pelaksanaan ajaran Islam, dalam arti yang seluas-luasnya, terutama dalam menyiapkan manusia Indonesia yang berpendidikan tinggi, bertanggung jawab terhadap bangsa, negara, dan umat manusia yang berdasarkan pada pencapaian ridha Allah Swt.
Kehadiran perguruan tinggi ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat, khususnya akan adanya perguruan tinggi bernapaskan Islam di tengah bermacam corak perguruan tinggi pada waktu itu.
Pembentukan perguruan tinggi ini mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat Jawa Barat melalui para anggota DPRD-GR Propinsi Jawa Barat.
Untuk pertama kalinya, kegiatan perkuliahan diselenggarakan di Gedung Muslimin, Jalan Palasari, nomor 9, Bandung. Setahun kemudian, pada tahun 1960, kegiatan akademik dipindahkan ke Jalan Abdul Muis, nomor 73, Bandung. Pada tahun 1967, Perguruan Islam Tinggi (PIT) berubah menjadi Universitas Islam Bandung (Unisba) yang dipimpin oleh Prof. T. M. Soelaeman, M.Sc., EE.
Sejak tahun 1972, seluruh kegiatan universitas diselenggarakan di kampus biru, yaitu di Jalan Tamansari nomor 1 Bandung, di atas tanah seluas 10.808 m2, yang disediakan Pemerintah Daerah Kotamadya Bandung.
Berbekal swadana dan swadaya kaum muslimin, didirikan bangunan-bangunan semi permanen untuk ruang kuliah, kantor, perpustakaan, fasilitas akademik, Masjid Al-Asya’ari Unisba, dan aula serbaguna. Karena jumlah mahasiswa semakin bertambah dan program akademik semakin banyak pada tahun 1980, dibangun kampus II di Ciburial Dago, lebih kurang 7 km dari kampus di Tamansari.
Kampus II tersebut dibangun pada lahan sumbangan dari H. Amir Machmud (Menteri Dalam Negeri pada waktu itu).
Sejak tahun 1987, seluruh kegiatan akademik dan kemahasiswaan dipusatkan kembali di kampus Jalan Tamansari, sedangkan kampus II Ciburial digunakan untuk kegiatan pesantren mahasiswa, pertemuan-pertemuan ilmiah, penataran, dan pelatihan.(*)
Sumber: sumedangekspres.com