COWASJP.COM – Minggu 20 Oktober 2024 Indonesia mempunyai presiden baru. Presiden Jokowi digantikan Presiden Prabowo Subianto. Wakil Presiden Ma'ruf Amin juga diganti.
Menjelang purna bakti tersebut Kiai Ma'ruf Amin bersama istri, Wury Ma'ruf Amin, menghadiri silaturahmi yang diselenggarakan oleh jajaran Sekretariat Wapres beserta perangkatnya.
Acara berlangsung di auditorium Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis 17 Oktober 2024 malam.
Kepala Sekretariat Wapres, Ahmad Erani Yustika menyampaikan testimoni atau pengalamannya selama mendampingi Kiai Ma'ruf Amin yang akrab disapa Abah. Menurutnya, Abah bukan hanya sosok seorang wakil presiden, tapi juga seorang ulama besar, pemikir, rendah hati, dan bijak dalam mengambil keputusan.
Erani mengambil contoh saat menjelang pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Ada kelompok yang menolak karena vaksin yang dibuat di China itu dianggap haram. Maka, Abah berdiri terdepan, menjamin vaksin halal digunakan saat dalam keadaan darurat.
“Saya tidak bisa membayangkan kalau bukan Abah yang bicara. Ia divaksin setelah Presiden Jokowi. Meskipun Abah sudah sepuh (tua), usianya 81 tahun, tapi tak mengenal lelah. Terima kasih Abah telah memberi contoh dan menjadi guru kami yang baik," puji Erani Yustika dengan rasa haru.
Wury, isteri Ma'ruf Amin yang duduk di samping Wapres terlihat beberapa kali menyeka air matanya. Demikian pula orang orang yang merasa dekat dengan Abah yang sesaat lagi akan ditinggalkan.
Testimoni juga disampaikan oleh wakil Paspampres dan dokter kepresidenan yang selama ini mendampingi mantan Rais Aam PBNU ini. Wapres disebut tidak punya pantangan, makanan dan camilan apa saja yang disuguhkan pasti dimakan. Kalau sudah begitu, dokternya yang bingung. Maka tim dokter yang harus datang lebih awal untuk menyeleksi makanan yang akan dihidangkan kepada Wapres.
TETAP MENGABDI PADA NEGARA
Mengawali sambutannya, Wapres menyatakan rasa gembira sekaligus sedih. Gembira karena merasa terhibur, terutama dengan pembawa acara yang menyenangkan. Tapi juga sedih karena akan berpisah dalam pekerjaan di kantor Wapres.
Meskipun bukan wakil presiden, silaturahmi diminta jangan putus, tetap terjalin sebagai keluarga.
"Sekarang saya sudah 81 tahun. Tidak perlu menghitung berapa lama yang sudah dijalani, tapi berapa sisa yang ada. Kita manfaatkan sisa hidup ini untuk pengabdian kepada Allah, karena hidup adalah ibadah? Hidup adalah perjuangan yang tidak pernah berhenti, jalani dengan baik," pesannya.
Bagi para pegawai yang tidak melanjutkan kerja di kantor sekretariat Wapres diimbau supaya berkiblat di tempat lain. Wapres sendiri juga akan terus mengabdi di tempat lain.
Wapres menegaskan, pengabdian untuk negara tidak boleh berhenti, apa pun lapangannya, sampai akhir hayat. Kiai Ma’ruf Amin merasa bergembira ditakdirkan Allah menjadi Wapres, karena bisa mengabdi untuk negara ini. Dikatakan, beliau tidak pernah bercita-cita jadi wapres.
Orangtuanya hanya menyiapkan mantan Ketua Umum MUI Pusat itu menjadi kiai.
"Alhamdulillah, saya tetap di jalur itu, sampai menjadi Rais Aam dan pimpinan tertinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, serta Ketua Umum Majelis Ulama. Tapi kemudian saya diberi tugas belok menjadi wakil presiden. Sekarang, saya kembali lagi ke dunia kiai dan ulama, untuk terus memimpin umat atas kehendak Allah,” ungkap Kiai Ma'ruf Amin yang kini juga menjadi Ketua Dewan Syuro DPP PKB ini.
Menurut Wapres, mau ditempatkan di mana pun, jalani saja dengan baik. Ketika menjadi wakil presiden, terjadi begitu saja, min haythu la yuhtasam atau sesuatu yang tidak diperkirakan.
"Saya tidak pernah pasang gambar atau kampanye untuk jadi wakil presiden. Bahkan, istri saya baru tahu setelah diumumkan di televisi. Anak-anak saya pun begitu. Tapi kalau Allah berkehendak, apa yang terjadi, terjadilah. Jadi, apapun tugas Allah, terima dan jalani dengan niat baik. Sebab, jika niat baik, semua yang kita lakukan bisa jadi ibadah dan berpahala,” tuturnya.
“Allah berjanji, wala nudzziyannahu bihasana ma kani ya'malun atau siapa pun yang berbuat kebaikan, laki-laki atau perempuan, dan beriman, akan diberi kehidupan yang baik di dunia, dan dibalas lebih baik lagi di akhirat. Kehidupan baik itu bisa berupa materi, ketenangan jiwa, atau kenyamanan. Tidak enak hidup dalam ketakutan. Tapi kalau tenang, hayatan thayyibah, itu nikmat. Dan di akhirat nanti akan dibalas lebih baik lagi,” sambung alumnus Ponpes Tebuireng Jombang ini.
Ia lantas mengajak siapa saja untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan. Ditempatkan di mana saja, syukuri saja. “InsyaAllah kita akan diberikan kehidupan yang baik. Bekerja lima tahun di sini bersama saudara-saudara sekalian, saya merasa puas dan nikmat, karena kita bisa bekerja dengan baik, saling membantu,” tuturnya.
“Seperti dalam Alquran, kita diibaratkan bangunan yang saling menopang, yasuddu ba'duhum ba'da. Jika dalam satu bangunan malah saling sikut dan penuh permusuhan, itu tidak baik. Di sini, selama lima tahun, kita bekerja sebagai keluarga besar, saling menopang, sehingga hasilnya terasa. Terima kasih,” tandasnya.
TAK BUTUH PERSONAL BRANDING
Wapres menutup sambutannya dengan mohon maaf jika selama kepemimpinannya ada kekurangan. "Saya hanya berusaha sesuai kemampuan yang Allah berikan. Tidak perlu dilebih-lebihkan, biarlah apa adanya saja. Saya tidak butuh personal branding, apalagi kebohongan atau iftira," jelasnya.
“Siapa yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan kepada Allah? Jadi, apa adanya saja. Ambil yang baik, buang yang buruk. Seperti kata pepatah Arab, khudz ma safa wa da' ma kadar atau ambil yang bersih dan baik, buang yang keruh. Kalau ada yang baik dari saya, ambil. Yang buruk, buang saja,” tutur Ma’ruf Amin.
“Sekali lagi, saya mohon maaf atas segala kekurangan. Jika ada yang baik, ambil. Jika tidak, buang saja. Saya juga berterima kasih kepada wartawan yang membantu memberitakan apa yang kami kerjakan. Saya berharap, wartawan terus bekerja dengan wakil presiden yang baru, dengan sepenuh hati, agar hasilnya lebih baik lagi,” pungkasnya.
Silaturahmi diakhiri dengan pemberian cindera mata kepada Wapres masing masing dari Setwapres, Paspampres, tim dokter kepresiden dan dari wartawan, dilanjutkan dengan foto bersama.(*)