COWASJP.COM – Rais Syuriah PBNU Prof KH Mohammad Nuh menegaskan bahwa gelar pahlawan saja tidak cukup bagi pejuang NU. Apalagi sekadar namanya dijadikan nama jalan di sebuah kota. Sebab, bagi para pahlawan yang lebih utama justru menagih realisasi empat janji kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945.
"Perhatian pemerintah kepada NU (ulama) itu justru wajar, karena 50 persen warga Indonesia adalah NU (50-58 persen)," ujar Prof. M. Nuh dalam Mujahadah Pejuang NU di Gedung HBNO (Kantor PBNU pertama pada 1926) di Surabaya, Sabtu (9/11/2024) malam.
Acara mujahadah itu dihadiri Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KHA Matin Djawahir, Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz, Rais Syuriah PCNU Surabaya KH Dzulhilmi, Ketua PCNU Surabaya KH Masduqi Thoha, dan para pengurus NU se-Jatim.
"Kemerdekaan RI memang tak lepas dari Resolusi Jihad NU di Kantor HBNO. Jadi, perhatian pemerintah kepada NU itu sesuai kontribusi NU kepada negeri ini. Bahkan kalau tidak perhatian justru menyalahi fakta," katanya dalam acara yang berlangsung hingga larut malam itu.
Namun, perhatian itu bukan sekadar pemberian gelar pahlawan, nama jalan, dan lainnya, karena gelar atau nama jalan saja itu tidak cukup. Sebab, para pejuang justru berharap pengorbanan mereka dihargai dengan realisasi empat janji kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945.
Apa empat janji kemerdekaan itu?
Empat janji kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945 adalah:
*Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
*Memajukan kesejahteraan umum.
*Mencerdaskan kehidupan bangsa.
*Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
**
"Kepahlawanan atau pengorbanan pahlawan itu ibarat ruh, modal, atau investasi dari kemerdekaan. Namun realisasi empat janji kemerdekaan dalam Pembukaan UUD 1945 itu justru lebih penting untuk kemajuan bangsa dan negara ini," katanya.
"Untuk memenuhi janji kemerdekaan itu, ada tiga langkah penting. Yakni investasi pendidikan, kesehatan, dan potensi ekonomi. Pendidikan yang berkualitas untuk generasi sekarang adalah investasi masa depan, karena merekalah pemimpin pada 20 tahun ke depan," tambahnya.
Investasi yang juga penting adalah kesehatan dan potensi ekonomi, karena tahun 2040 akan lahir 70 persen penduduk produktif di Indonesia. Karena itu, kesehatan adalah kekuatan fisik dan ekonomi adalah kekuatan non-fisik yang penting pada era itu (tahun 2040).
"Kalau tiga langkah itu tidak ada, maka kuantitas akan menjadi disaster," kata Nuh dalam Malam Mujahadah Pejuang yang juga diisi dengan ijazah oleh Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KHA Matin Djawahir dan istighotsah oleh Syuriah PCNU Surabaya itu.
Dalam acara yang juga diisi dengan pembacaan Naskah Resolusi Jihad NU yang diberi pengantar oleh Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz itu, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengingatkan pentingnya "sami'na wa atho'na" (tegak lurus ulama/pemimpin) dalam NU.
"Apalagi, saat ini kebebasan sudah desruptif dan daulat banyak dipegang rakyat tanpa tabayyun (klarifikasi) dan tatakrama (akhlak). Padahal para ulama NU justru menghadiahkan kebersamaan sebagai bangsa dan negara serta merangkul berbagai perbedaan dengan dakwah ala walisongo, karena itu 'tegak lurus' itu penting," katanya.(*)