COWASJP.COM – Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) bersama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur (PWNU Jatim) bersama-sama memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2024, di Aula Gedung Pascasarjana ITS, Selasa 19/11 2024.
Kali ini peringatan HSN digelar sebagai ajang introspeksi dalam penerapan nilai resolusi jihad dan nilai perjuangan 10 November 1945 kepada para mahasiswa.
Wakil Rektor II ITS, Dr Ir Machsus ST MT dalam sambutannya menekankan, bahwa sebutan santri tidak sebatas bagi mereka yang belajar di pesantren. Para santri juga merupakan para individu yang mengamalkan nilai-nilai etika dan praktik yang diajarkan oleh para tokoh Islam besar terdahulu.
“Semangat tersebut dapat diaktualisasikan dan ditanamkan di dalam jiwa-jiwa muda. Terutama mahasiswa-mahasiswa ITS sebagai bagian dari Kampus Perjuangan, ” jelasnya.
Machsus menambahkan, keterkaitan peringatan Hari Pahlawan 10 November dengan revolusi jihad sejatinya merupakan sebuah catatan sejarah penting dalam perjalanan bangsa. Bertepatan dengan nuansa Hari Pahlawan, momentum ini juga dijadikan sebagai aktualisasi semangat 10 November di Kampus Perjuangan.
“Hari Santri ini sejalan dengan spirit yang terus kita jaga sebagai inspirasi dalam menghadapi berbagai tantangan kebangsaan,” ungkapnya.
Dosen Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) tersebut menjelaskan perbedaan fatwa jihad dan resolusi jihad. Fatwa jihad merupakan seruan keagamaan dari ulama untuk melawan penjajah, sedangkan resolusi jihad merupakan realisasi dari fatwa tersebut.
Kedua peristiwa ini menunjukkan sinergi nilai keagamaan dan nasionalisme, dengan ulama dan santri sebagai inspirasi moral sekaligus pelaku perlawanan.
Seminar yang dibalut gelar wicara ini juga menghadirkan Wakil Ketua PWNU Jatim Prof Drs Kacung Marijan MA PhD untuk membahas aktualisasi nilai-nilai perjuangan bangsa. Kacung Marijan menyoroti peran revolusi jihad dalam melahirkan semangat 10 November.
“Generasi muda harus berani melawan hal yang bertentangan dengan ideologi bangsa, dan selalu berlandaskan nilai-nilai resolusi dan fatwa jihad,” pungkasnya.
Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR) ini memaparkan keterkaitan antara spirit 10 November dengan resolusi jihad yang menjadi latar belakang lahirnya semangat perjuangan. Hal tersebut menjelaskan bahwa tanpa adanya peristiwa resolusi jihad, semangat perjuangan ini tidak mungkin akan muncul.
Dalam kesempatan yang sama, dosen Komunikasi Publik UNAIR Dr Suko Widodo Drs Msi juga menekankan pentingnya interaksi sosial sebagai penguat intelektualitas dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan, sebagaimana semangat yang hadir pada Peristiwa 10 November.
“Pintar saja tidaklah cukup, interaksi sosial menjadi salah satu hal penting yang dapat memperkuat intelektualitas dalam menyelesaikan berbagai persoalan,” paparnya.
Ia menambahkan, dalam menjalankan spirit perjuangan sikap srawung atau interaksi sosial sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, para pahlawan pada peristiwa bersejarah tersebut senantiasa menerapkan sikap itu.
“Menjalankan semangat juang ini membutuhkan sikap srawung,” tandasnya.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR tersebut mengatakan, seminar ini menjadi ajang refleksi dan aktualisasi semangat perjuangan bangsa. Sekaligus mendorong integrasi nilai kepemimpinan dan semangat kebangsaan dalam diri generasi muda.
Kegiatan ini juga menjadi ruang kolaborasi strategis dalam menanamkan spirit kebangsaan di kalangan mahasiswa dan santri untuk mencetak pemimpin masa depan.(*)