COWASJP.COM – Rombongan Dewangga Solo yang umroh awal Ramadhan ini berjumlah 35 orang. Mereka berasal dari berbagai provinsi: Jatim, Jateng, dan Jabar. Dari berbagai usia, dari generasi Z sampai lansia.
Rombongan kecil Bu Prof Susy sendiri berjumlah 6 orang, terdiri dari 4 orang yang beliau fasilitasi, 1 orang sepupunya Muntoyah dari Sidoarjo, dan sobat saya Chusnul, keduanya umroh mandiri alias bayar sendiri.
Sedangkan asisten rumah tangga (ART) Bu Prof, yaitu Muhadi (49) yang sudah bekerja lebih 30 tahun di rumah Bu Prof, akan berangkat pada bulan Juni 2025 bersama dengan isterinya.
Tanggal 1 Maret 2025 kami bertiga dari Surabaya berangkat menuju Solo. Mengendarai kendaraan sendiri. Menuju kediaman Bu Prof, istirahat sebentar lalu lanjut menuju kantor Dewangga Travel. Selain ada pemantapan manasik, ada pembagian anggota per kamar hotel, juga pembagian regu masing-masing kelompok. Koper-koper kami pun harus diserahkan kepada Dewangga untuk diberi tanda, dan segera dimasukkan ke bagasi maskapai.
BACA JUGA: Tak Disangka-sangka, Guru Besar UNS Prof Susy Ajak Saya Umroh​
Setelah subuh medio 3 Maret, rombongan Dewangga harus standby di Lanud Adi Sumarmo, Solo. Sebelum berangkat, briefing dulu serta berdoa yang dipimpin langsung oleh koordinator tour/ tour leader ibu Giat Sri Karyawati. Beliau sudah bergabung Dewangga sejak tahun 2016, sudah 9 tahun yang lalu. Setiap tahun bisa sampai 10 - 11 kali mendampingi jamaah umroh Dewangga Solo. Masya Allah.
Pantas saja Bu Giat ini sabar, intonasi suaranya lembut, pembawaannya kalem, tapi tegas. La wong sudah tinggi jam terbangnya.
Mutawif (pemandu ibadah haji dan umroh) Ustad Syu'aib. (FOTO: Ita Lizamia)
Alhamdulillah jam 8 pagi lebih sedikit, rombongan sampai di bandara SoeTa Jakarta, untuk bergabung dengan jamaah dari Jakarta dan Bandung.
Rapi Management Dewangga mengaturnya. Kami tidak perlu ke sana kemari mencari satu dengan yang lainnya. Ada petugas sendiri dari Jakarta yang menangani, sehingga rombongan langsung saling bertemu dan langsung pindah gate. Dari Gate Domestik ke Gate Garuda Internasional.
Bu Prof Susy menggunakan layanan kursi roda untuk bisa mencapai pesawat. Petugas sudah siap, saya yang mendampingi sampai ngos-ngosan karena memang jaraknya lumayan jauh, dari ujung selatan menuju ujung utara.
Untungnya hari pertama Ramadhan saya belum berpuasa. Pertimbangannya selain musyafir, waktu bukanya mengikuti waktu Saudi bisa 18 sampai 19 jam puasanya. Saya takut stamina drop, mengingat hari pertama perjalanan panjang, mulai berangkat dari Solo, ke Jakarta, transit sebentar lalu terbang langsung Jeddah.
Melihat itinerary/ jadwal umroh, tgl 3 sampai 4 Maret sampai setelah subuh, jadwal padat merayap, seolah lari marathon. Namun sebagian rombongan banyak yang berpuasa juga, meski selisih 4 sampai 5 jam waktu berbuka bila dibandingkan dengan waktu di Indonesia.
Tepat pukul 11.35 WIB Garuda take off menuju Bandara King Abdul Azis Jeddah. Alhamdulillah cuaca cerah, boleh dibilang perjalanannya lancar, semua penumpang tenang. Setelah perjalanan panjang kurang lebih 10-11 jam , dengan mulus Garuda landing sekitar pukul 21.30 waktu Saudi. Mulus pula urusan custom, mulus bagasinya, "mulus" semua jamaahnya. Artinya tidak ada yang mabuk udara maupun sakit.
Sambil menunggu bus yang akan mengangkut kita ke Mekkah, waktu dimanfaatkan untuk sholat. Buka puasa ada yang explore sekitar Bandara dan ada juga yang selfi- selfi.
Setalah bus siap, kita pun keluar Bandara disambut dengan hawa dingiiin.
Umroh kali ke-3 penulis Maret 2025 bersama Dewangga Travel Solo. Penulis ke 3 dari kiri kerudung putih. (FOTO: Dok. Ita Lizamia)
O iya di sini Bu Giat memperkenalkan ustad Syu'aib, Muthawif (pemandu ibadah haji dan umroh) yang akan mendampingi dan membimbing kita selama umroh, baik di Mekkah maupun di Madinah.
Ustad Syu'aib ini asli putra Madura, berasal dari Bangkalan. Perawakannya kecil, ramah, suka guyon, apalagi kalau saya goda dengan bahasa Madura abal-abal. Tawanya berderai-derai. Meski sudah meninggalkan tanah air 14 tahun lamanya dan menjadi mukimin di Mekkah, beliau tetap saja tidak mengenal warna hijau. Semua warna hijau dibilang biru. Tomat biru, lombok biru, kresek biru. Padahal semuanya hijau, hahaha. Ini bukan anekdot ya, tapi beneran loh.
Perjalanan dengan bus dari Jeddah menuju Mekkah sangat menyejukkan mata. Kota yang tertata cantik, gemerlap lampu jalanan, gedung-gedung menjulang tinggi dengan cahaya lampu yang terang benderang. (Bersambung)