Laporan Okky dari Portugal (78)

Tahun 2025 adalah Tahun ke-4 Lebaran di Perantauan

Sholat Id di taman terbuka Cascais, Minggu pagi 30 Maret 2025.(FOTO: Dok. Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COM – Sugeng Riyadi, Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqabbalallahu minna wa minkum. Selamat Lebaran, Eid Mubarak, Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Tahun 2025 adalah tahun keempat merayakan hari raya Idul Fitri di tanah perantauan bersama kaum minoritas di Portugal. 

Trend velocity, tarian menerima uang unjung-unjung, hingga tukar jajanan sesuai inisial nama menjadi hal wajib dilakukan saat berkumpul dengan keluarga. Apakah ada trend serupa di Portugal?

Persiapan menyambut lebaran di tahun keempat ini cenderung sangat santai. Selama 1 bulan menjalankan ibadah puasa, hanya bukber di luar bersama teman 1x. Sedangkan merencanakan buka puasa di restoran juga hanya 1x. Selebihnya full memasak sendiri di rumah dengan menu kesukaan Zirco (anak sulung) supaya dia semangat belajar puasanya. 

BACA JUGA: Di Bulan Ramadhan Masjid Al Akbar Lisbon Sediakan 2000 Porsi Makan Buka Puasa Bersama​

Sederhana, tanpa harus ada takjil setiap hari. Sederhana, cukup memasak dalam porsi agak banyak supaya bisa dimakan beberapa kali tanpa harus masak setiap hari. Sederhana, tidak wajib ada gorengan, es buah, kolak, dkk, hihihi.

oki1.jpgJamaah Shalat Ied di Cascais sekitar 500 orang. (FOTO: IG Cascais_official)

Zirco semangat puasa maghrib selama 15 hari, bedug lanjut maghrib. Dia nekad belajar puasa, meskipun sedang sekolah karena ada temannya Chan asal Turki yang puasa juga. 

Masya Allah, memang kalau berpuasa bareng teman itu semangatnya lebih besar. Tak heran banyak anak kecil Indonesia yang kuat berpuasa karena serasa asyik puasa bersama. 

Zygmund (anak kedua/bungsu) pun tak mau kalah. Ingin ikut puasa. Saat ditanya, ”Zygmund mau puasa apa?” dengan lantang dia menjawab “Puasa tidak berangkat sekolah”. Serentak kami semua tertawa, karena dia baru belajar kata-kata puasa, sahur, dan buka puasa. Pokoknya tak mau ketinggalan dari kakaknya.

BACA JUGA: KaburAjaDulu Tak Hanya di Indonesia, di Portugal juga, tapi Apakah Semudah Itu?​

Seminggu sebelum lebaran, ternyata Papi Fariz melakukan bisnis trip ke Belgia. Untung tidak lebaran sendirian ya di Portugal, huhu. Namun H+2 lebaran juga sudah terbang lagi ke Yunani, bisnis trip 3 hari. Sehingga dua minggu full menjadi super mom buat DoubleZ (Zirco dan Zygmund).

Masya Allah. Ini juga yang menjadi alasan tidak ada rencana membuat kue kering maupun hidangan khas Hari Raya. Vibes lebaran tidak begitu kental karena aktifitas sekolah dan kerja berjalan normal tanpa ada cuti bersama.

Tradisi membeli baju baru, bersih-bersih rumah komplit untuk menyambut tamu, dan unjung-unjung tidak kami lakukan. Bahkan Zirco pun tidak tahu apa itu artinya uang unjung-unjung. Terkesan seperti sepi ya, namun begitulah kenyataannya tinggal di luar negeri. 

oki2.jpgHalal Bihalal keluarga besar diaspora di Kedubes Ri di Portugal (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Kalau ada keluarga yang menghias rumahnya menjadi suasana lebaran, maka bisa dipastikan effort-nya sungguh luar biasa.

Lebaran di Portugal jatuh pada hari Minggu (30/3), sementara di Indonesia hari Senin (31/3). Maka kegiatan sekolah dan bekerja juga kembali seperti biasa. Papi Fariz langsung kembali bekerja hari Senin 31 Maret. Sedangkan DoubleZ memboloskan diri 1 hari supaya terasa kalau sedang libur Hari Raya Idul Fitri. 

Sholat Id kali ini sangat spesial, karena Cascais – tempat tinggal kami -- menyelenggarakan sholat Id berjamaah di taman terbuka. Hanya 15 menit dari rumah naik mobil. Tahun lalu tidak ada. Lumayan kami tidak perlu pergi ke masjid besar Lisbon untuk cari tempat parkir. 

Kebanyakan jamaah berasal dari muslim Bangladesh, Nepal, dan India. Sekitar 500 orang jamaah berkumpul di taman jam 07.30 WEST (Western European Summer Time) dengan cuaca cukup dingin sekitar 13 derajat Celcius. Tidak perlu pusing mencari parkiran karena mayoritas jamaah datang dengan jalan kaki. 

Kebanyakan dari mereka bekerja di restoran di area Cascais. Karena banyak sekali restoran yang rata-rata pegawainya dari ketiga negara tersebut.

Bagi warga lokal kegiatan ini terlihat aneh dan asing. Melakukan sesuatu kegiatan bersama-sama di taman di pagi hari, bahkan matahari belum sepenuhnya bersinar cerah. Apalagi hari Minggu adalah waktu yang cocok untuk bangun siang. Ada beberapa orang yang berhenti untuk melihat karena saking penasarannya. 

So far warga Portugal menjunjung toleransi antar umat beragama. Meskipun mayoritas dari mereka beragama Katolik, namun mereka menerima kehadiran umat Muslim dengan baik. 

oki3.jpgZirco (anak sulung) yang sudah belajar puasa 15 hari dan bolos sekolah 1 hari. (FOTO: Dok. Keluarga)

Selepas Sholat Id rencananya ingin mencari bubur ayam atau nasi pecel untuk sarapan. Namun apa daya tak ada warung, wkwk. 

Akhirnya mruput ke pastry shop kesukaan Zygmund, yaitu  Pasteis De Belem. Sarapan apa? Pastel de Nata (the most delicious Portuguese Custard Tart), toast, croissant, susu, jus jeruk, dan kopi. Ini adalah sarapan ala orang Portugis. 

Setelah perut kenyang, kami melanjutkan pertualangan naik tram dan kapal ferry untuk pertama kalinya setelah 3 tahun tinggal di Lisbon. 

Tram yang dimaksud bukan iconic tram warna kuning kuno. Lisbon memiliki jalur tram baru dengan desain lebih modern tapi tetap berwarna kuning. DoubleZ juga akhirnya mencoba naik kapal ferry untuk menyeberang Sungai Tagus yang memisahkan Lisbon dan Almada.

Apa saja jenis transportasi di Lisbon? Apakah semua gratis? Ikuti terus petualangan DoubleZ di Lisbon – Portugal.

Setelah puas berpetualang, video call keluarga di Indonesia untuk berlebaran online, ternyata ada rezeki lain datang. Alhamdulillah. Tetangga kesayangan di Cascais yang juga orang Indonesia mengabarkan bahwa lontong sayur telah matang. Karena badan sempat drop sebelum lebaran dan tak kuat memasak, maka tak ada masakan sama sekali di rumah, haha. 

Alhamdulillah dapat kiriman komplit lontong sayur, tempe mendoan, dan cemilan pisang goreng coklat keju. Untungnya masih ada simpanan rendang instan hasil jastip dari teman Indonesia yang ke Portugal. Tanpa effort masak, hari H lebaran masih bisa makan lontong sayur plus rendang dooong.

Kami para diaspora Indonesia memilih lebaran di Portugal. Ada juga orang Portugal yang sedang lebaran di Indonesia. Daveena dan suaminya yang asli orang Portugal merayakan Hari Raya Idul Fitri di Bali. “Warga Bali sangat menjunjung tinggi toleransi agama dan budaya di sini. Saya sangat bersyukur untuk hal tersebut. Di dekat rumah kami ada 2 tempat yang mempunyai rumah ibadah yang beragam di dalam satu lingkungan dan bahkan bersebelahan/berdekatan. Ada Pura, Masjid, Gereja Kristen and Gereja Katolik juga ada Wihara”, kata Daveena. Bahkan suami Daveena yang asli Portugal juga terkagum-kagum dengan toleransi ini, karena beberapa hari sebelum lebaran warga Hindu di Bali merayakan Hari Raya Nyepi. 

“Toleransi di Bali itu sangat tinggi dan bagus sekali”, ujar Tiago suami Daveena yang sudah 6 tahun tinggal di Bali.

Buat kaum minoritas Muslim di Bali maupun Portugal, marilah kita saling mendoakan, menjaga iman Islam kita dan juga saling menghargai dan menghormati perbedaan di mana pun kita berada. 

Karena Islam itu indah dan mengajarkan kebaikan bersama. Minal aidin walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin. Eid Mubarak 1446 H/2025, salam dari Daveena.

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, yeeey. Benar sekali, acara halal bihalal di KBRI Lisbon. Bertemu dengan warga Indonesia yang tinggal di Portugal dan juga makan gratis. Undangan terbuka untuk diaspora dan juga keluarganya. Tinggal konfirmasi form kehadiran berapa orang yang akan datang. Coba tebak menu apa aja yang disajikan?

oki4.jpgDaveena (kanan), sahabat penulis, merasa bersyukur sekali bisa menikmati suasana Ramadhan di Bali. (FOTO: Dok. Daveena)

Acara dibuka dengan sambutan Bapak Nilton Amaral, kebetulan Ibu Duta Besar yang baru belum tiba di Lisbon, namun sudah dilakukan pelantikan oleh Bapak Presiden di Indonesia. 

MESIN PRINTER CETAK PASPOR TIBA DI LISBON

Beliau mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk seluruh warga Indonesia yang tinggal di Portugal. Dan beliau menyampaikan info penting, yaitu akhirnya mesin printer cetak paspor yang ditunggu-tunggu telah tiba di Lisbon. Diaspora tidak perlu pergi ke Madrid Spanyol – negara tetangga untuk perpanjangan paspor lagi. Alhamdulillah.

Nasi putih, lontong, opor ayam, rendang, sambal ati ampela kentang, sayur telur manisa, siomay batagor, tahu isi, risol mayo, cheese cake pandan, dan kopi aren menjadi para makanan yang siap disantap oleh diaspora. Sekitar hampir 150 orang memenuhi ruang aula Gedung KBRI Lisabon. 

oki5.jpgSelamat Hari Raya Idul Fitri dari kami yang lebaran ke-4x di Portugal

Suasana halal bihalal terasa hangat karena didukung oleh cuaca yang cukup hangat, sekitar 20 derajat Celcius. Prediksi perkiraan cuaca akan turun hujan, namun ternyata tak hujan sedikitpun. Sepertinya sudah pakai pawang hujan juga nih di Lisbon, hehe.

2 minggu setelah lebaran masih bisa menikmati enaknya lontong opor dan rendang. Sungguh nikmat luar biasa. Kali ini tidak sempat bungkus makanan gratis di KBRI, upppsss!!! 

Semoga next agenda bisa mbungkus lagi seperti tradisi orang Indonesia sesungguhnya. Selamat lebaran semua warga Indonesia yang tinggal di Portugal!!!

Para kawan pembaca sudah ngapain aja di H+2minggu setelah lebaran?(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda