COWASJP.COM – Eksplorasi terhadap media berseni-rupa terlihat pada pameran Drawing #4 Dwipantara yang digelar di Museum Wahanarata, Kraton Yogya. Karya yang dihadirkan oleh 55 perupa tidak hanya dari media konvensional seperti pensil, pastel, konte, ballpoint, akrilik maupun cat minyak.
Ada perupa yang berkarya dengan pewarna makanan (food colouring). Dan ada pula yang memanfaatkan ampas kopi. Yang memanfaatkan pewarna makanan dalam berkarya adalah perempuan perupa Arita Savitri. Sedangkan yang menggunakan ampas kopi adalah Prof Baiquni.
Karya Arita berjudul Ancient Art dibuat tahun 2025. Sedangkan karya Baiquni berjudul Golden Lotus Borobudur juga karya baru tahun 2025. Dalam pameran ini, Baiquni, Ketua Dewan Guru Besar UGM menyertakan dua karya. Karya satunya berjudul Hollywood on fire.
Ada dua guru besar di pameran ini. Selain Prof Baiquni, ada mantan Dekan Fakultas Kedokteran UGM Prof Dr drg Ahmad Syaify. Syaify yang juga mantan jurnalis –Republika dan Adil—memamerkan karya berjudul Putri Gigi (2025).
BACA JUGA: Bukan Buka Bersama Biasa
Seperti yang dikatakan oleh Gustav Klimt bahwa: Art is a line around your thoughts, sejumlah seniman pun mengangkat isu sosial politik yang sedang ramai diperbincangkan.
Rame-rame soal ijazah milik mantan Presiden Jokowi, misalnya, diangkat oleh Faisal Budiarso. Perupa asal Magelang ini "membawa Jokowi" ke ruang pameran Museum Wahanarata, Yogyakarta. Jokowi terlihat meletakkan jari tangannya di depan bibir. Mengisyaratkan agar orang tidak berbuat atau berkata sesuatu.
Menariknya, ekspresi seperti itu dilakukan Jokowi di dalam satu tempat yang aneh: botol.
Imajinasi Faisal ini dituangkan di atas kanvas dengan judul "Takdir yang Diperdebatkan." Anda semua tahu siapa yang memperdebatkan.
Tak hanya Jokowi. Gibran pun muncul di Kagungan Ndalem Museum Wahanarata Kraton Ngayogyakarta sejak 17 Mei 2025. Terlihat wajah Gibran seperti orang kebingungan. Di depannya ada jambu mete warnah merah.
Goresan tinta di atas kertas karya Solichin ini diberi nama "plesetan" dari dua judul film. Film pertama Noktah Merah Perkawinan. Dan film kedua Marmut Merah Jambu. Solichin memberi juudul karyanya ini Noktah Merah Jambu Mete.
BACA JUGA: Pengukuhan Guru Besar Jadi Ajang Reuni Aktivis PRD
Itulah sebagian karya dari 55 peserta Pameran Menggambar #4 Kelompok GoART merayakan Mei Bulan Menggambar. Dengan tajuk "Dwipantara" para perupa mengangkat berbagai sudut keindahan Nusantara maupun persoalan sosial politik yang melingkupinya.
Kurator Pameran Dr Hadjar Pamadi menegaskan bahwa karya gambar sebagai media mengutarakan gagasan. Oleh karenanya gambar menjadi catatan kejadian kemudian disimpan sebagai memori.
"Di sini gambar ingin dijadikan penampung ide untuk mengembangkan visi seperti yang dikatakan oleh Gustav Klimt bahwa: Art is a line around your thoughts, " jelas Hadjar Pamadi.
Dwipantara sebagai tajuk pameran dalam rangka Hari Menggambar Nasional pada bulan Mei 2025. Tujuannya adalah memahami, menghayati, mengembangkan, mempertahankan serta memperjuangkan kekayaan hayati maupun sosial Indonesia.
"Para seniman mengangkat Dwipantara sebagai objek material maupun formal, berisi: kondisi situasi geografi, lingkungan sosial, lingkungan spiritual menjadi karya gambar," tambah Hadjar Pamadi.
Dalam pengantar kuratorial pameran, Hadjar Pamadi juga menguraikan bahwa Sumpah Palapa yang diteruskan menjadi Dwipantara diekspresikan oleh para seniman berupa representational art maupun nonrepresentational art. Langgam realistik, realisme dan surealisme dengan menggarap objek material dengan teknik realis, dekoratif maupun vignetis.
Saat sambutan Pembukaan Pameran, Kepala Museum Wahanarata GKR Bendara menyambut baik pameran bertema Dwipantara ini. Dikatakannya, pameran kelompok GoART tahun ini merupakan yang kedua digelar di Wahanarata.
Pada waktu pameran pertama tahun lalu, antusiasme pengunjung luar biasa. Semoga pameran kali ini juga mendapat sambutan dari pecinta seni rupa. Karenanya, Gusti Bendara pun membuka pintu untuk pameran selanjutnya.
"Monggo tahun depan kalau mau pameran lagi, kami sambut dengan senang hati. Kolaborasi semacam ini menjadi hal penting bagi Kraton," tandas putri bungsu Raja Kraton Yogya ini.*