COWASJP.COM – Di antara riuhnya kehidupan modern yang sering terasa penuh kebisingan dan keterasingan, ada satu sosok yang justru menjadikan kedekatan antarmanusia sebagai jalan hidupnya. Dialah Dr. Aqua Dwipayana, seorang penulis buku super best seller, motivator, pakar komunikasi, sekaligus "pejalan sunyi" yang tekun membangun jejaring silaturahim dari hati ke hati.
**
BANYAK yang mengenalnya sebagai "master silaturahim" — bukan karena titel resmi atau penghargaan megah, melainkan karena konsistensinya dalam menebar kebaikan setiap hari, dengan penuh keikhlasan. Soal "Master"nya Silaturahim ini lihat Bab 4 di dalam buku "Produktif Sampai Mati".
Setiap pagi, tanpa henti, AQUA mengirimkan tulisan pendek di WhatsApp (WA). Belasan ribu nomor WA terkirim pesan ini. Bukan sembarang tulisan. Ia menyulam pengalaman hidup, nilai sosial, dan pesan spiritual dalam narasi-narasi yang menyentuh.
BACA JUGA: Belajar Biopori dari Ahlinya
Ada cerita tentang sopir taksi yang menginspirasi, ada kisah mahasiswa yang menjadi driver ojol, ada kisah haru seorang sahabat yang merawat ibunya hingga akhir hayat, dan ada juga renungan ringan tentang makna memberi dan berbagi. Tak jarang, pembacanya dibuat menitikkan air mata. Atau, di lain waktu, tersenyum dan merenung lama setelah membaca satu dua paragraf darinya.
Tulisan-tulisan itu bukan sekadar informasi atau motivasi. Ia membawa spirit sosio-relijius yang kental. AQUA tidak berkhotbah. Ia bercerita. Dan dalam cerita-ceritanya, tersirat ajakan: untuk lebih peduli, lebih hadir, dan lebih manusiawi. Ia membuktikan bahwa spiritualitas bukan hanya perkara ibadah pribadi, tapi juga bagaimana kita menyentuh dan menguatkan orang lain di sekeliling kita.
Yang menarik, AQUA tak hanya menyapa lewat kata. Ia datang. Ia benar-benar hadir. Ia menjenguk sahabat lama yang sedang sakit, mendatangi orangtua dari teman-teman lamanya, bahkan menyambangi guru-gurunya di masa kecil — hanya untuk mengatakan terima kasih. Ia tak menunggu momentum besar. Bagi AQUA, setiap hari adalah kesempatan untuk menebar kasih sayang dan menjaga tali silaturahim.
Di tengah kesibukannya sebagai narasumber sharing komunikasi dan motivasi di berbagai kota, ia tetap meluangkan waktu untuk menyapa lewat WA, menghubungi sahabat yang sedang berduka, atau sekadar menemani secangkir teh sambil menyimak keluh kesah orang yang selama ini "terlupakan" : porter bandara, porter stasiun kereta, sopir dan lain-lain. Bagi AQUA, mendengarkan pun adalah ibadah.
Apa yang dilakukannya tak pernah mencari panggung. Justru, ia lebih banyak hadir di balik layar. AQUA percaya, kebaikan yang tulus akan menemukan jalannya sendiri untuk tumbuh dan berbuah. Dan itu terbukti. Jaringan silaturahimnya begitu luas—lintas usia, lintas profesi, bahkan lintas negara. Tapi semua merasa akrab, merasa dekat. Karena AQUA tidak menempatkan dirinya sebagai tokoh utama. Ia hadir sebagai sahabat.
Spirit sosio-relijius dalam setiap geraknya begitu terasa. Baginya, agama bukan sekadar teks, tetapi aksi nyata dalam kehidupan sosial. Ia meyakini, tangan yang membantu lebih berharga daripada seribu kata motivasi. Maka, ia membantu. Dalam bentuk apa pun: kata yang menenangkan, waktu yang ia sempatkan, atau kehadiran yang menguatkan, termasuk materi yang jumlahnya lumayan besar.
Tak heran jika banyak orang menjadikannya sebagai panutan diam-diam. Ia adalah bukti bahwa silaturahim bukan hanya tradisi, tapi kekuatan. Bahwa kebaikan bukan hanya slogan, tapi kerja harian. Dan bahwa menjadi manusia spiritual tidak harus selalu di menara gading, tapi justru di tengah masyarakat — menyimak, hadir, dan melayani.
AQUA DWIPAYANA tidak hanya menulis kisah-kisah penuh makna. Ia menjadikannya nyata dalam laku hidupnya. Sebuah perjalanan sosio-spiritual yang tenang, namun bergaung luas. Sebab ia tahu, dunia ini bisa menjadi tempat yang lebih ringan dihuni—asal ada lebih banyak orang yang mau menebar kebaikan, seperti dirinya. Jangan pernah mengeluh, semua sudah ada yang mengatur.(*)
Penulis adalah jurnalis, Pendamping Desa Wisata, tinggal di Yogyakarta.