EO Bego Makan Korban Jiwa

Acara syukuran pernikahan anak Gubernur Jabar jadi arena tragedi. (DESAIN GRAFIS: Istimewa)

COWASJP.COMSpeechless. Acara syukuran pernikahan anak Dedi Mulyadi, Gubernur Jabar, di Alun-Alun Kabupaten Garut memakan korban. Tiga orang meninggal dunia terinjak-injak karena berebut makan gratis.

**

TRAGEDI di pesta rakyat Garut pada Jumat 18 Juli 2025 terjadi akibat desak-desakan massa dalam acara pernikahan putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Maula Akbar, dengan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, di Lapangan Otto Iskandar Dinata. Berikut kronologi dan penyebabnya berdasarkan informasi yang tersedia:

Antusiasme Massa: 

Acara ini menawarkan sajian kuliner gratis dari 25 kabupaten/kota di Jawa Barat, menarik ribuan warga sejak pagi hari, terutama setelah salat Jumat. Kerumunan memadati kawasan Pendopo Garut dan Alun-alun Babancong, menyebabkan kepadatan yang tidak terkendali.

BACA JUGA: Haramkan Sound Horeg​

Desak-desakan di Pintu Masuk: 

Insiden terjadi sekitar pukul 15.30 WIB di gerbang barat Pendopo Garut, saat warga berdesakan untuk masuk ke area pesta. Dugaan sementara, korban tewas akibat terinjak-injak atau sesak napas karena kerumunan padat. Seorang pedagang, Nelis, menyaksikan banyak orang pingsan akibat desakan, dengan ambulans sibuk mengevakuasi korban.

Korban Jiwa dan Luka: 

Tiga orang meninggal dunia, yaitu Vania Aprilia (8 tahun), Dewi Jubaedah (61 tahun), dan Bripka Cecep Saeful Bahri (39 tahun), seorang polisi yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas. Belasan lainnya luka-luka, sebagian besar karena terjatuh atau terinjak. Korban dilarikan ke RSUD dr. Slamet Garut untuk perawatan.

Kurangnya Pengamanan dan Manajemen Risiko: 

Lonjakan pengunjung tidak diimbangi dengan pengamanan memadai atau akses evakuasi yang cukup. Kegagalan mengelola massa yang besar menjadi faktor utama kekacauan.

Tragedi ini menunjukkan kurangnya perencanaan matang untuk acara publik berskala besar. Acara yang awalnya dirancang sebagai syukuran berubah menjadi duka karena manajemen risiko yang buruk, mengingatkan pentingnya pengendalian massa dan keamanan dalam acara publik.

EO Wajib Diaudit 

Saya pernah menggelar Festival Qurban yang diisi acara makan gratis untuk 10.000 orang. Bukan hanya sekali, tapi enam kali, selama enam tahun berturut-turut. Tidak sekali pun terjadi insiden.

Mengapa? Karena mitigasi risiko diperhitungkan dengan seksama. 

- Siapa yang boleh ikut makan gratis?

- Bagaimana mekanisme distribusi kupon bagi undangan makan gratis?

- Bagaimana mekanisme pengambilan menu?

- Berapa jumlah loket penukaran kupon undangan?

- Berapa toleransi waktu tunggu setiap undangan?

- Bagaimana kalau ada pengunjung yang datang tapi tidak membawa kupon?

- Bagaimana mekanisme pengamanan internal dan eksternal menggunakan bantuan tenaga kepolisian?

- Dan masih banyak lagi.

Pokoknya semua aspek yang berpotensi menimbulkan risiko harus diantisipasi dengan plan A, plan B, plan C dan seterusnya.

Tidak boleh ada alasan "musibah" atau "terjadi di luar dugaan' untuk event yang pelaksanaannya direncanakan sejak lama. Yang boleh hanya alasan "human error" atau "technical error".

Di sinilah jam terbang EO sangat penting.

Di layar TV, Gubernur Jawa Barat meminta maaf kepada para korban meninggal maupun luka-luka. Dedi Mulyadi mengaku tidak tahu kalau anaknya membuat acara makan gratis. Ia hanya tahu kalau anaknya menggelar syukuran di alun-alun dalam bentuk pesta rakyat.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda