Catatan Kecil Pameran Karya Pelukis Cilik Azzahra Adiva

Azzahra Adiva bersama lukisan-lukisan karyanya. (FOTO: Istimewa)

COWASJP.COMDUNIA AZZAHRA ADIVA dunia bermain. (Bermain dalam konteks kebudayaan.)

Permainan sebagai salah satu unsur kerohanian yang paling fundamental dari kehidupan.
(Johan Huizinga)

Azzahra Adiva salah satu pelukis cilik Surabaya yang sangat beruntung di antara beberapa pelukis cilik di kotanya. Beruntung karena ia punya orang tua dan guru sanggar yang memiliki pemahaman dunia seni rupa, khususnya seni lukis, secara kompleks. 

Tidak sebatas belajar seni lukis sekadar mengejar eksistensi untuk anak menjadi seniman, atau bahkan sekadar menyalurkan bakat anak secara dangkal.

Belajar seni rupa (lukis) akan memiliki perspektif yang jauh tergantung dari cara  memaknai anak sebagai subyek yang kreatif dan cara mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam bentuk kegiatan berkesenian (melukis). 

Bicara tentang dunia anak tidak lain adalah dunia bermain. Setiap anak memiliki kecenderungan senang bermain. Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas dari kekangan atau kedukaan, berproses emansipatorik. Hal itu hanya tercapai dalam alam dan suasana kemerdekaan. Tentunya anak yang tidak merdeka tidak dapat bermain spontan, lepas, gembira dan puas.

Begitu juga seni rupa dalam konteks  bermain menjadi sebuah kompetisi, festival atau sejenisnya ada aturannya, mengingat kemerdekaan dalam seni rupa bisa bermekaran karena adanya keterikatan yang dijalani secara ikhlas dan suka rela demi suatu nilai yang tinggi, tidak dikuasai motif-motif ekstrem yang bukan bermain lagi. Seperti bisnis, politik, kesombongan, gengsi, tidak sportif dan sebagainya. 

Adalah kekuasaan-kekuasaan yang rasional tidak lagi bertujuan menjunjung nilai-nilai, yang sudah luntur dari kalangan dunia seni maupun kepariwisataan, tinggal formalitas berbungkus seni budaya. Sementara kebudayaan sejatinya adalah pendidikan, mencipta ruang bermain sebagai sistem berpikir (ideologi) dalam proses menyempurnakan  harkat dan martabat kemanusiaan, membangun peradaban seiring dengan tantangan zaman.

saeful1.jpgAzzahra Adiva, pelukis cilik Surabaya. (FOTO: Istimewa)

Fenomena di atas tecermin pada karya-karya sosok pelukis cilik Azzahra Adiva yang mengeksplor bidang kanvas, terlihat sangat ekspresif, menghadirkan obyek, warna, bentuk, nuansa dan sebagainya memberi kesan yang liar, bebas, dan tanpa beban dari jiwa yang  merdeka. 

Semuanya didapat dari  pembekalan oleh sanggar lukis DAUN yang mengembangkan metode bebas, mengikuti kemampuan potensi dasar yang dimiliki anak didik. Selain itu orang tua membekalinya dengan alat-bahan seperti cat akrilik, kuas, kanvas dan berbagai macam media lukis yang berkualitas.

Bertolak dari kesadaran dan pemahaman yang dimiliki pembina sanggar dan orang tua, sebagai modal utama memberi pemahaman seni rupa (lukisan): bahwa dunia anak merupakan dunia bermain. Yakni mendidik anak dengan memberi ruang merdeka di dunianya yang diimpikan. Pendidikan adalah menyiapkan anak-anak untuk hidup, bukan hanya untuk bekerja. (John Dewey)

Berkat latihannya yang intens dan produktivitas yang tinggi, Azzahra Adiva  menghasilkan karya-karya lukisan cat akrilik di atas kanvas dengan berbagai ukuran. Dirinya telah mengikuti beberapa kali pameran bersama pelukis senior dan mendapat penghargaan dari kompetisi melukis internasional: Picasso Internasional Art Contest Category Creative Brilliance 2025 (Gold Artist). 

Kalau menengok jam  terbangnya, sebenarnya relatif masih pendek. Namun dalam dunia kreatif, namanya jam terbang tidak hanya dilihat dari lamanya waktu berkecimpung. Mengingat kematangan seorang atau katakanlah "calon seniman" ditentukan oleh kemampuan diri memahami proses kreatif yang dilakukan secara intens, bisa dicapai dengan waktu singkat, seperti yang dicapai Azzahra Adiva dalam waktu setahun belajar di sanggar DAUN. 

PAMERAN DI BALAI PEMUDA 26 - 31 JULI 2025

Sekarang dia mempersiapkan pameran tunggalnya, "DUNIA AZZAHRA" di Galeri Merah Putih" Balai Pemuda Surabaya, Jl. Gubernur Suryo 15, Surabaya, 26 - 31 Juli 2025.

Mari kita tengok karya-karya Azzahra Adiva, kesan pertama melihatnya, obyek kucing binatang kesayangannya mendapat perlakuan istimewa. Hampir setiap karyanya tidak lupa menghadirkan kucing dengan berbagai angle. Menghadirkan background dengan sapuan ekspresif dan spontan. Warna gelap-terang yang berdekatan atau hampir bersamaan jenis warnanya, menghadirkan sebuah adegan "bulan berpelukan dengan kucing", disertai beberapa kucing ada di berbagai sudut dan berbagai ekspresi. Misalnya ada kucing yang matanya membelalak dan ada pula yang memicingkan mata, diikuti dengan kehidupan tumbuhan dan berbagai obyek pilihannya. 

Semuanya dalam kesatuan bahasa ungkap yang naif, memberi kesan lembut, terang, romantis dan imajinatif. Perhatikan lukisannya yang berjudul "Dunia Kucing #1" (2025) dan Dunia Kucing #2" (2025). 

saeful2.jpg"Restoran Es Krim" Krilik di kanvas. (FOTO: Saiful Hadjar)

Berikutnya karya Azzahra Adiva tentang kehidupan seorang peri yang berdampingan dengan lingkungan tikus. Juga ada dua ekor naga berdempetan mengusiknya, dan sebuah planet berada di atas peri, dieksplor dengan warna kuning, ungu, kecoklatan dan sedikit putih, saling bertindihan dengan sapuan terlihat transparan di beberapa bagian, spontan, kuat dan dinamis, memberi kesan keceriaan yang mengendap: "Naga Yang Usil. (2025)"
 
Karya-karya Azzahra Adiva bisa dibilang sangat menarik. Memperhatikan karyanya satu per satu dalam jumlah yang banyak, di antaranya berjudul: "Pintu Mimpi di Kasur" (2025), "Restoran Es Krim" (2025), "Belajar dan Bermain" (2025), "Tata Surya Versiku" (2025), "Penyelidikan Kasus Bawah Tanah" (2025) dan sebagainya. Azzahra Adiva termasuk pelukis cilik yang kaya observasi dan penuh gairah. 

Bahasa ungkap visual yang naif dilakukan secara intens telah menumbuhkan kepercayaan diri yang merdeka, menemukan kebebasan yang bisa memenuhi kebutuhan jiwanya dalam bermain di atas kanvas, terlihat lancar tanpa beban. Begitu piawainya membebaskan dirinya dari keraguan, berekspresi dalam pengembaraan ruang imajinasi.

Proses kreatif dalam karya-karya lukis yang dilakukan oleh Azzahra tidak sebatas ia ingin pandai melukis, lebih jauh membangun kepribadian lewat bermain dalam konteks kebudayaan, dengan harapan menjadi manusia interdisipliner mengarungi perkembangan peradaban di sepanjang zaman.

Surabaya, 20 Juli 2025.(*) 

Saiful Hadjar, pekerja seni tinggal di Surabaya.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda