COWASJP.COM – Parodi sebuah lukisan lautan dalam tiga kantong plastik transparan berjajar horisontal. Masing-masing kantong berisi sebuah kapal kayu tradisional, sedang berlayar di lautan, yang kedalamannya tampak ada kehidupan berbagai binatang, tumbuhan, terumbu karang dan lainnya. Metafora yang indah sarat dengan makna sekaligus menggelitik.
Lukisan ini menggunakan media cat akrilik di atas kanvas, menghadirkan kesatuan unsur yang seharusnya membangun kesadaran tentang alam lautan, tampak bersih, terasa aman, nyaman, damai dan tenang. Suasana lautan yang diimpikan, salah satu kekayaan negeri yang wajib dipelihara sebagai tanggung jawab bersama menghadapi segala bentuk pencemaran yang mengerikan.
Lukisan di atas, karya Ariel Ramadhan berjudul "Save the Ocean from Plastic Waste", cat akrilik di atas kanvas, 60x100 cm, 2022, menyuarakan laut dalam cengkeraman pencemaran yang menakutkan. Karya ini meraih penghargaan dari Internasional Ocean Art Festival (ACS-IQAF) Asian Federation of Arts and Sciences Jeju - South Korea (2022)
Ariel Ramadhan (25) melalui karya tersebut, mengungkapkan kepedihannya dengan gaya parodi, tidak ingin laut dimaknai secara dangkal atau sempit, melalui metafora laut dalam kantong plastik, sekaligus mengingatkan dampak sampah plastik yang secara nyata telah menjadi ancaman kehidupan laut, mengganggu ekosistem laut akibat ulah manusia tidak bertanggung jawab.
BACA JUGA: Dari Cerita Panji dan Tari Topeng Malangan Jadi Sumber Gagasan
Ariel Ramadhan, pelukis muda asal Surabaya pengidap disleksia, anggota Sanggar DAUN, kemampuannya dalam menggunakan bahasa ungkap seni lukis sangat memukau dan banyak kejutan. Ungkapan yang sama itu juga ada pada karyanya berjudul, "Laut dalam Tiga Kantong Plastik", cat akrilik di atas kanvas 10x150 cm, 2025, obyek dan emphasis sama dengan dengan karyanya yang mendapat penghargaan tersebut, yaitu laut dalam tiga kantong plastik. Ungkapannya lebih terasa menggelora pada karya serinya yang kedua ini. Menampilkan permainan berbagai jenis warna dengan teknik sapuan bertumpuk, memberi kesan gelap-terang (value), warna biru mendominasi bidang kanvas, terkesan gelap menguatkan kegeramannya terhadap pencemaran laut terasa begitu ekspresif.
Kita sering melihat kehidupan kedalaman laut lewat video, film dan sebagainya, meskipun demikian kita tidak pernah puas mengenal kehidupan di dasar laut yang begitu dalam, meninggalkan banyak pertanyaan sampai sekarang. Memang menarik bicara kedalam laut, ekosistem air yang berada di kedalaman yang cukup ekstrem berbeda dengan ekosistem laut dangkal. Selain tekanan udara karena faktor kedalaman, pada laut dalam cahaya matahari yang juga masuk sangat minim atau sedikit hingga di beberapa zona bahkan tidak ada sama sekali.
Ariel Ramadhan, 25 tahun, pelukis muda asal Surabaya, anggota Sanggar Daun. (FOTO: istimewa)
Seperti yang kita tahu bahwa sebenarnya kehidupan dalam ekosistem laut ini masih menjadi misteri, karena kendala pada teknologi kita yang belum dapat menunjang penelitian lebih lanjut di sana. Namun, dalam penelitian dan penemuan yang sudah dilakukan sampai saat ini kita ketahui, bahwa makhluk hidup yang tinggal di ekosistem ini rata-rata merupakan hewan predator (pemakan bangkai), dan nyaris tidak ada tumbuhan yang hidup di sana dikarenakan cahaya yang minim dan tekanannya semakin tinggi. Seluruhnya ada pada karya-karya Ariel dipameran tunggalnya ke-6, bertajuk "Segara Warna" di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda Surabaya, Jl. Gubernur Suryo 15, Surabaya, 9 - 14 Agustus 2025.
BACA JUGA: Catatan Kecil Pameran Karya Pelukis Cilik Azzahra Adiva
Kembali ke sosok Ariel Ramadhan dalam kondisi mengalami kesulitan belajar yang menyebabkan masalah pada proses menulis, mengeja, berbicara, dan membaca, itu semua tidak menjadi penghalang untuk dirinya tunbuh sebagai aktor dalam seni (pelukis). Bicara tentang seni tidak lepas dari ruang imajinasi, sebuah ruang sangat luas tak bertepi, adalah ruang permainan intuisi. Keluasan ruang imaji mampu merambah ke mana saja, tidak sebatas bicara tentang hal yang tampak di mata, juga mampu menyentuh hal yang sulit disentuh mata, seperti halnya kendala teknologi belum menyentuh misteri kedalam laut.
Ariel Ramadhan, 25 tahun, pelukis muda asal Surabaya, anggota Sanggar Daun. (FOTO: istimewa)
Ariel telah memilih seni lukis sebagai bahasa ungkap (ekspresi), merefleksikan dunia kehidupan ke dalam laut, Ariel melalui proses yang panjang dan berliku-liku, sekaligus intensitas yang terjaga, melakukan penjelajahan segala macam tehnik, alat, material (cat) dan sebagainya. Mengeksplorasi bentuk, garis, nuansa, value, komposisi, balance, repetisi dan sebagainya. Disertai belajar dari melihat beberapa karya pelukis dunia, nasional dan daerah, mencari sesuatu yang menjadi inspirasi untuk dikembangkan. Sebuah eksplorasi yang komprehensif, pencarian bahasa ungkap (lukisan) tentang dunia kedalam laut sangat beragam dan kompleks, persis kompleksitas organisme laut yang sekaligus kaya misteri.
Dalam perjalan proses kreatifnya, Ariel telah meraih berbagai juara dari ajang kompetisi seni lukis Internasional dan aktif berpameran seni rupa di dalam maupun di luar negeri. Kepiawaiannya sebagai pelukis tidak perlu diragukan berada di tengah-tengah perkembangan seni rupa sekarang ini. (baca: Biodata Ariel Ramadhan).
Bahasa ungkap seni lukis Ariel Ramadhan menghadirkan komposisi bentuk-bentuk deformasi kehidupan di kedalam laut, berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, binatang, terdapat pada penumpukan nuansa, dan menghadirkan keseimbangan asimetris, disertai berbagai permainan unsur dalam lukisannya. Menggali kemungkinan-kemungkinan lain pada suatu bentuk/figur, memunculkan karakter baru yang lain dari sebelumnya.
Mencermati proses kreatif Ariel Ramadhan, dari awal tampak kelihatan ada benih sebagai seorang pelukis berbakat. Beberapa karyanya tentang sebuah kapal tradisional sedang berlayar, dengan tampilan warna cerah memberi kesan suasana tenang, bersih dan nyaman, ingin bertutur tentang negerinya, negeri kepulauan, negeri maritim terbesar di Asia. Juga ada yang diwujudkan dengan gaya ekspresionis, ada gejolak atau getaran jiwa sangat terasa dalam karyanya. Memperlakukan seni lukis sebagai bahasa ungkap, pelukis bernarasi melalui warna. Pelukis berfikir menggunakan warna (Paul Cezanne). Hal ini tampak pada karya Ariel Ramadhan berjudul: "Pinisi Berlayar Merah" (2020), "Bergerak Maju" (2021), "Laut Lestari" (2021), "Pinisi dan Terumbu Karang" (2021), "Melaut Bersama" (2022), "Menepi di Pantai" (2022), "Indonesia Negeri Juara" (2022)", "Beutiful Ocean #1" (2023), "Paradise Under the Ocean" (2023), "Mother Earth #1-2" (2023), "Laut Nusantara ?: Secret Hidden Treasures" (2024) dan sebagainya
Nuansa Harmoni. Akrilik di atas kanvas 80X60Cm 2025.(FOTO: Saiful Hadjar)
Lebih jauh terasa getaran ekspresinya pada karya-karya terbarunya berjudul "Segara Warna", cat akrilik di atas kanvas, 130x200 cm, 2025, "Kita Hidup Bersama", cat akrilik di atas kanvas, 200x130 cm, 2025, "Distorsi Lautan", cat akrilik di atas kanvas, 100x150 cm, 2025, "Nuansa Harmoni", cat akrilik di atas kanvas, 80x60 cm, 2025, "Yang Kuat yang Berkuasa", cat akrilik di atas kanvas, 60x80 cm, 2025, dan "Misteri Lautan Dalam", 140x80 cm, 2025
Karya-karyanya yang terbaru ini menghadirkan permainan sapuan, komposisi, nuansa, bentuk, warna gelap-terang dan tebal tipis, membangun narasi kedalaman laut yang tidak hanya Indah, tapi sekaligus mengerikan, di kedalam tempat kehidupan predator, bahwa yang paling kuat menindas yang tidak terlalu kuat, dan yang tidak terlalu kuat menindas yang lemah, yang lemah menindas yang paling lemah, sedang yang paling lemah harus selalu siap dalam posisi ditindas, bukan menindas.
Permainan warna yang diolah Ariel Ramadhan juga menghadirkan metafora bahwa laut semakin dalam semakin tipis mendapat cahaya, lalu gelap seperti ketika kita menutup mata, hal-hal yang terindah dalam hidup tidak terlihat, tapi bisa dirasakan oleh hati.
Dengan modal ketajaman intuisi dan kecerdasan intelektual dalam bermain ruang imaji, Ariel Ramadhan seorang pelukis muda penyandang disleksia, dia memiliki kekuatan narasi dalam bahasa ungkap seni lukis yang mumpuni, bersuara tentang seputaran daya hidup di kedalaman laut. Ariel Ramadhan bisa menjadi salah satu potensi pembeda yang hadir di tengah-tengah para pelukis beken dan hiruk pikuknya dunia seni rupa kita.(*)
Surabaya, 13 Juli 2025.
Saiful Hadjar, penulis pekerja budaya tinggal di Surabaya.