COWASJP.COM – Setiap perjalanan emang selalu penuh perjuangan. Setiap perjuangan kadang menginjak kerikil tajam. Pasti sakitlah di kaki.
Perjalanan yang mungkin paling membuat kaki kadang geli-geli enyoy dan kadang sakit, bagi saya adalah perjalanan hidup berumah tangga.
Bener nggak sih? Asal nanya aja kok...
BACA JUGA: Dahlan Iskan, Manifesto Kopi Oey
Sebetulnya saya nggak ingin bikin tulisan ini. Karena emang nggak semudah menulis cerpen atau novel fiksi. Susah saudara-saudara! Jangan ya dik ya... Biarin aku aja yang nulis. Karena request mbak_ku Oemiati (mantan Sekretaris Redaksi Jawa Pos), meski diawali dengan derai air mata, akhirnya tulisan ini terjadilah.
Maaf. Lead_nya terlalu panjang. Bukan. Bukan panjang. Tapi saya sedang mengumpulkan kemampuan untuk memulai tulisan ini. Supaya bisa selesai dan nggak mewak mewek.
"Selamat Ulang Tahun Pernikahan Emas, Bapak_ku. Guru_ku. Bos_ku (Dahlan Iskan)," sambil berderai air mata, saya tuliskan ini.
BACA JUGA: Jawa Pos, Manifesto Kopi Oey
Air mata bahagia untuk pak bos dan ibu (Napsiah Sabri) yang sudah berhasil melewati angka keramat ini. 50 tahun pernikahan.
Air mata hari ini sebetulnya bukan yang pertama, karena hari Minggu, 10 Agustus 2025 lalu air mata udah jatuh ketika ibu Napsiah memeluk saya, lantas berbisik. "Wis Srie, ojo nangis. Alhamdulillah udah limapuluh tahun", ucap ibu sambil mengelus punggung saya.
BACA JUGA: Dahlan Iskan Shodaqoh Rp1 M, Para Pensiunan Jawa Pos Suka Cita Patungan Reuni CoWas JP XII
Wis gak ngerti gimana perasaan saya saat itu, macem-macem. Mungkin cukup satu kata aja ya.. terharu! Atau?? Teringat sesuatu?? hehehe
Limapuluh tahun, itu puanjangggg rek. Sepuluh tahun aja puanjang, apalagi limapuluh tahun.
Di tempat itu, air mata saya ternyata harus jatuh lagi ketika pak bos memanggil saya untuk duduk dekat beliau. Bentar ya nulisnya jeda bentar.. saya usap air mata dulu, karena menghalangi pandangan saya pada keyboard. Eh bukan.. pada HP.
BACA JUGA: Jawa Pos Sudah Jas Merah
Sejak hari pertama acara Gathering Perusuh Disway 4 yang diadakan tanggal 9 - 10 Agustus 2024 di Bandung itu, saya emang nggak berani dekat-dekat dengan pak bos. Karena takut cengeng. Seperti pagi itu di lokasi proyek Yanproland di Padalarang, tempat Senam Dahlan Iskan dilakukan.
Ketika pak bos memanggil saya, posisi saya pas di belakang kursi ibu. Jadi mudah terlihat oleh beliau.
"Sri..Sri!"
Sayapun ke depan. Berniat duduk di samping pak bos. Tapi gak boleh. Saya harus duduk di sandaran untuk tangan. Cukuplah untuk duduk sambil miring.
Saya duduk di sana dan agak malu kepada rekan-rekan perusuh yang memandang dengan heran.
Jangan heran ya ges... Itulah bapak_ku. Untungnya pagi itu kepalaku nggak diuyeg-uyeg. Karena biasannya kalo ketemu, kepala ini diuyeg-uyeg sebagaimana seorang bapak kepada putrinya. "Makasih pak bos", saya mewek lagi ..
Saya benar-benar lupa kalo puluhan pasang mata teman-teman perusuh saat itu memandang ke arah kami. Maaf maaf 'pers' kependekan dari perusuh. Setelah minta tolong teman perusuh yang duduk terdepan (maaf saya lupa mengingat namanya).
Saya mewek lagi. Kenapa saya mewek? Ya seperti tadi, ketika dipeluk ibu Napsiah. Pokok_e mewak mewek aja maunya.
Setelah agak tenang, barulah saya bisa ngomong dengan pak bos. Apa yang kami bicarakan? Biarlah saya, pak bos dan ibu aja yang tahu. Hehehe pastinya Allah juga tahu.
Acara gathering perusuh kali ini sudah yang keempat kalinya.
Apakah yang sebelumnya saya ikut? Tidak.
Karena pesertanya dipilih oleh panitia. Lagi pula, saya merasa 'ordal' alias orang dalam. Kalo ikut dan ikut terus, pasti azas netralitas dilanggar oleh panitia. Jangan ada KKN di antara kita hehehe...
Seperti kata Mpok @Dhiepha. Aturannya emang dipilih secara random dari semua pendaftar. "Tapi saya nggak ikhlas!" katanya ketika sesi perkenalan di akhir acara. Maaf Mpok Dhiepha hanya becanda, tapi serius. Namanya juga perusuh. Bukan di awal, tapi perkenalannya dilakukan setelah rangkaian acara mau bubar hehehe..
Para perusuh hampir nggak punya waktu untuk bernafas hehehe... Acaranya padat merayap, seperti lalu lintas kota Bandung saat weekend.
Perusuh datang dari berbagai kota di Jawa sampai dari Sampit Kaltim. Bahkan seorang datuk di Malaysia. @Datuk Diraja Dimyani yang asli Tulungangagung juga hadir.
Sebelum waktu check in hotel Vue Palace Bandung dibuka, para perusuh sudah memenuhi lobi hotel. Wajah-wajah penuh semangat dan full keakraban saling berkenalan. Saya yang orang baru tapi lawas, awalnya minder kumpul dengan meraka. Latar belakang mereka mulai dari dokter, pengusaha, eksportir, karyawan BUMN sampai pelawak cak @Djadi Galajapo berkumpul bersama tanpa ada sekat.
Berbekal 'gen jurnalistik' pak bos, dalam waktu singkat saya bisa bergaul dengan para perusuh.
Setelah akhirnya bisa masuk kamar, hanya punya waktu sedikit untuk mandi. Langsung meluncur ke Saung Angklung Udjo.
Setelah menikmati pertunjukan yang sangat menyenangkan, karena bisa menari dan belajar angklung di sana, perusuh langsung meluncur ke kantor Yanproland sebagai tuan rumah acara.
Dari semua rangkaian acara, sarasehan adalah yang paling dinanti para perusuh. Seolah nggak ada habisnya, para perusuh yang di antaranya sudah ikut empat kali gathering pun ,tetap haus akan materi saresehan.
Wajarlah, para perusuh yang hanya bertemu Abah setahun sekali atau mungkin lebih lama baru ketemu, pasti ingin menyerap ilmu beliau sebanyak mungkin. Sabar ya, tiap hari kan udah belajar di kelas Disway.
Karena sarasehan adalah primadona acara, wajar jika semua pertanyaan perusuh disampaikan. Mulai dari trik bisnis sampai pada hal pribadi.
Namanya juga perusuh, ya asyik aja kalo bikin rusuh. Mosok nanya soal apakah Abah pernah jatuh cinta?
Setelah dijawab pernah. Peserta pun puas, sambil terus menyungging senyum di bibir, karena perusuh dapat ilmu baru. Yakni Exit strategy untuk urusan jatuh cinta lagi ini.
Gathering 4 yang dirangkai dengan ulang tahun Abah Dahlan Iskan ke 74 dan perayaan Pernikahan Emasnya itu berlangsung meriah. Hiburan yang disajikan juga menarik. Mulai dari tari sampai penampilan KSP Band. Bahkan youtuber Kimbab Family dari Korea juga hadir.
Rombongan SDI Senam Dahlan Iskan yang datang dari Surabaya dengan dua bus, bukan hanya piawai di lapangan. Tetapi di lantai dansa pun mereka sangat mempesona.
Gerakan senam yang gemulai, dengan iringan musik cha cha, membuat para undangan ikut menggoyangkan badan.
Di pesta yang merupakan puncak rangkaian gathering ini, para perusuh juga tak mau ketinggalan. Mereka menyerahkan sebuah karikatur untuk Abah dan ibu Napsiah Sabri.
Yang paling berkesan dari pesta itu adalah sambutan dari Abah Dahlan Iskan. Yakni tentang rahasia mencapai 50 tahun pernikahan. Rahasianya, kalo anak sekarang menyebutnya nggak kepo.
"Tidak perlu mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Dan bahkan tidak perlu tahu, apa yang benar dan apa yang salah itu", kata Abah.
Jika Anda bisa melakukannya, alias tidak kepo tentang 'salah' itu, maka The Golden Wedding seperti Bapak Dahlan Iskan dan Ibu Napsiah Sabri ini, akan bisa Anda rayakan pula, dengan penuh cinta. Pengen nggak sih? (*)