COWASJP.COM – Di tengah rumpun bambu di Pasar Keramat, Dusun Pong Boto, Warugunung, Pacet, Mojokerto, rutin pada hari Selasa ada pemandangan yang menawan. Sejumlah ibu-ibu duduk berkumpul, bukan untuk berjualan, melainkan untuk saling belajar serta menciptakan karya dari bambu.
Mereka adalah para pedagang di Pasar Keramat yang terlibat dalam kegiatan bersama dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL) Jawa Timur.
Program ini bukan sekadar pelatihan, tapi juga menjadi ruang hidup yang mengintegrasikan pelestarian lingkungan dan perbaikan ekonomi. Melalui pendekatan berkelanjutan dalam pemanfaatan bambu.
Para ibu diberdayakan dengan keterampilan yang beragam, termasuk teknik anyaman, pelilitan, serta pembuatan kerajinan. Seperti piring dan dekorasi rumah.
Seluruh karya tersebut memanfaatkan bahan utama bambu lokal dari Pacet. Karya yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. Menariknya, aktivitas ini secara berkala menyajikan pengajar dari perajin Bambu Pacet.
Suasana saat kegiatan coiling pada hari selasa bersama pengajar dari bambu pacet.
Salah satu anggota ibu bambu, Bu Luluk, menceritakan awal perjalanannya. “Pertama itu kegiatan bibit bambu, lalu belajar menganyam dan ngirat. Nah, ngirat adalah proses membelah bambu menjadi lembaran tipis yang akan digunakan sebagai bahan anyaman dan coiling. Teknik coiling itu adalah teknik pengolahan bambu dengan cara melilitkan atau menggulung bilah-bilah bambu yang sudah dingirat agar lentur dan mudah dibentuk pola tertentu seperti melingkar” tuturnya sambil tersenyum.
Ia mengaku banyak mendapat manfaat dari kegiatan ini. “Bisa ketemu narasumber hebat-hebat, pernah diundang ke sekolah-sekolah untuk ngajari anak-anak menganyam dan ngirat. Kalau ada kegiatan outbound, ibu bambu juga dipersilahkan mengisi praktek menganyamnya,” tambahnya.
Mereka saling tukar pengalaman mengenai pemilihan bahan yang berkualitas. Membangun struktur yang kokoh, dan mempertahankan keindahan estetika dari setiap produk.
Dalam proses ini berlangsung perpindahan pengetahuan di antara warga, sehingga terbentuk ekosistem pembelajaran yang saling mendukung satu sama lain.
Pasar Keramat sekarang bukan sekadar lokasi berjualan, melainkan juga berfungsi sebagai wadah perubahan sosial. Di balik setiap ikatan dan rajutan bambu, tersembunyi semangat kolaborasi, kekuatan wanita, dan kasih sayang terhadap lingkungan.(*)