Cepat atau Lambat Jokowi Selesai

Mantan Presiden RI Joko Widodo. (FOTO: KOMPAS IMAGES/VITALIS YOGI TRISNA)

COWASJP.COMSUNGGUH kita tak habis pikir dengan Presiden Prabowo. Ketika begitu banyak persoalan di negeri ini, beliau terkesan diam. Seakan menghilang dari peredaran. Kita bertanya: Mengapa? Apakah tujuannya ikut pilpres yang dimenangkannya tempo hari semata-mata hanya untuk sekadar jadi presiden? 

Untuk beberapa hal Prabowo patut diapresiasi. Misalnya dalam hal pemberian amnesti dan abolisi. Yang paling tidak memberikan sedikit angin segar, dalam memenuhi dahaga publik akan adanya secercah keadilan di negara yang konon disebut negara hukum. 

Ketika Presiden memberikan amnesti kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan abolisi kepada mantan Menteri Perdagangan Tomas Trikasih Lembong. Termasuk kepada Sugi Nur Raharja (Gus Nur) dan sejumlah orang lain yang tidak layak dipenjara. 

BACA JUGA: Revolusi Bermula dari Pati​

Tentu saja, kita tidak mengabaikan beberapa fakta yang lain. Kita ingat, ketika Letjen Kunto Arief Wibowo dicopot dari jabatannya sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I. Lalu keputusan itu dibatalkan. Dan orang menduga, itu pasti berkat campur tangan presiden. 

Terakhir, ketika Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana memblokir jutaan rekening rekening  dormant alias rekening nganggur. Kebijakan ini juga dianulir. Lagi-lagi berkat ketegasan presiden. 

Begitu juga pencabutan pagar laut ilegal di Kabupaten Tangerang, Banten. Walaupun pencabutan pagar laut itu belum tuntas, tapi di situ ada ketegasan Presiden.

 Banyak Hal Terabaikan

Tapi jangan lupa. Ada begitu banyak hal yang seolah terabaikan. Luput dari perhatian presiden. Hal-hal yang tidak kalah pentingnya dalam mengelola negara dan membangun bangsa. 

Ketika semestinya presiden bersuara, tapi beliau diam. Ketika semestinya presiden bertindak cepat, tapi beliau tak bertindak. Sekurang-kurangnya begitulah persepsi publik. 

BACA JUGA: Korupsi Berjama'ah Mungkinkah Terulang?​

Soal tarik menarik pembuktian dugaan ijazah palsu Jokowi, misalnya. Ini bukan masalah baru. Setidaknya sudah berlangsung lima tahun lebih. Ketika pertama kali Bambang Tri Mulyono menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Soal dugaan penggunaan ijazah palsu ketika pemilihan presiden tahun 2019.

Ujung-ujungnya Bambang Tri dipenjarakan. Termasuk kemudian Gus Nur sebagai host dalam podcastnya bersama Bambang Tri. 

Kini, kasus ini melibatkan pakar telematika Dr. KMRT Roy Suryo, pakar digital forensik Dr. Rismon Hasiholan Sianipar, pakar neuroscience dr. Tifauzia Tyassuma atau dokter Tifa dan sejumlah aktifis lain. 

Dan Presiden sama sekali tidak berkomentar. Bahkan untuk sekadar mengingatkan para aparat penegak hukum, agar adil dan transparan. 

BACA JUGA: Ketegasan di Tengah Badai​

Perkembangan kasus ini seolah tanpa akhir. Tidak sedikit pakar yang menyatakan bahwa kasus ini sangat mudah jika Jokowi mau. Dengan sekadar menunjukkan ijazah aslinya. Jika dia memang punya ijazah asli itu. 

Banyak orang menilai, persoalan ini sengaja dibiarkan berlarut-larut. Dengan kesan keberpihakan penegak hukum yang tidak jelas. Benarkah ini untuk mengalihkan isu? Agar begitu banyak kasus lain tidak terbongkar. Agar Jokowi dan keluarganya tetap aman. 

Bukankah sekarang semakin gencar tuntutan publik agar Jokowi diadili? Bukankah semakin gencar tudingan  terhadap mantan presiden ke-7 itu dalam kasus pelanggaran hukum dan penyalahgunaan kekuasaan? Bukankah semakin keras tuntutan agar Wapres Gibran Rakabuming Raka dimakzulkan? 

Prabowo Tutup Mata

Sedemikian jauh, Presiden Prabowo seolah tutup mata. Dalam hal yang menyangkut nama Jokowi, Prabowo sepertinya selalu mengabaikan. Bahkan soal menteri-menteri titipan Jokowi yang oleh sejumlah kalangan dituntut agar direshufle. Tapi Presiden tetap tidak bergeming. 

Karenanya banyak yang bertanya: Sebegitu takutnyakah Prabowo kepada Jokowi, yang dia anggap gurunya? Atau, sebegitu besarnyakah tekad balas budi Prabowo, karena Jokowi telah membantunya memenangkan dirinya dalam pilpres 2024 lalu? 

Tak pelak, lambannya respon Prabowo terhadap begitu banyaknya persoalan yang menggerogoti kehidupan anak bangsa membuat banyak orang frustrasi 

Jokowi sekarang bukan siapa-siapa. Tapi di balik kekuasaan Presiden Prabowo dia masih bisa cawe-cawe. Pengaruhnya terhadap sejumlah pejabat tertentu dirasakan masih sangat besar. Masih banyak menteri yang sowan ke kediamannya di Solo. Padahal mereka sudah jadi anak buahnya Prabowo.

Keputusan Kepala PPATK Ivan Yustiavandana memblokir rekening dormant alias nganggur diisukan adalah atas arahan Jokowi. Publik patut bertanya: Untuk apa? Benarkah untuk mengacaukan pemerintahan Prabowo agar terjadi rusuh, untuk memprovokasi rakyat, lalu  Prabowo ditumbangkan untuk digantikan oleh Wapres Gibran? Benarkah seperti itu? 

Mengherankan ketika Prabowo tetap diam. Meskipun tahu diganggu, tapi tetap memilih diam. Mengapa tidak meniru, mantan Presiden Soeharto? The Smiling General yang sangat populer dengan falsafah jawa “mikul duwur mendem jero”. Yang tidak memenjarakan Soekarno atas segala kesalahannya. Tapi dengan menempatkannya sampai akhir hayat di Wisma Yaso adalah sebuah pemenjaraan. 

Prabowo semestinya bertindak sebagai pemegang tampuk kekuasaan. Bersikap dan bertindak sebagai dirinya sendiri. Sebagai presiden yang berkuasa penuh.  

Sudah saatnya melepaskan diri dari bayang-bayang Jokowi. Karena cepat atau lambat Jokowi akan selesai.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda