Noel, Waduh Nasibmu!

Immanuel Ebenezer dipecat dari posisi Wamenaker setelah jadi tersangka kasus pemerasan pengurusan sertifikat K3. (FOTO: ANTARA FOTO/Bayu Pratama S - bbc.com)

COWASJP.COMKETIKA Wakil Menteri Tenaga Kerja Emanuel Ebenezer ditangkap KPK, muncul pertanyaan: Apakah  dengan begitu hubungan Presiden Prabowo dan mantan Presiden Joko Widodo alias Jokowi sudah semakin rapuh? Siapakah yang lebih berpengaruh antara Prabowo dan Jokowi? 

Emanuel Ebenezer yang akrab disapa Noel sebelumnya adalah salah satu diehard pendukung Jokowi. Tampil pertama kali sebagai Ketua Jokowi Mania, belakangan dia putar haluan jadi pendukung Prabowo. Sebagai Ketua Prabowo 08 Mania. 

Tindakan bunglon yang dianggap sudah meninggalkan Jokowi. 

BACA JUGA: Apa Maumu Sri Mulyani?​

Karena itu, muncul dugaan. Lebih tepatnya analisa. Bahwa Jokowi dengan Geng Solonya marah. Merasa dikhianati. Dulu, pendukung berat Jokowi. Tapi secepat kilat berubah haluan jadi pendukung Prabowo. 

Bahkan dengan menjadi anggota Partai Gerindra. Sehingga KPK yang masih di bawah kendali Jokowi pun menangkap Noel. 

Dugaan atau analisa di atas adalah satu hal. Bisa benar bisa tidak. Selain itu, ada yang beranggapan bahwa penangkapan Noel merupakan satu bentuk nyata dari strategi sandi yudha yang dimainkan Prabowo. Yang secara perlahan tapi pasti mulai menggergaji orang-orang Jokowi.

Entah mana yang lebih tepat di antara dua analisa di atas. 

BACA JUGA: Cepat atau Lambat Jokowi Selesai

Tapi sejauh ini, sudah begitu meluas anggapan orang bahwa Prabowo masih di bawah bayang-bayang Jokowi. Buktinya, Jokowi masih dianggap pegang kendali pada KPK dan kepolisian. Sehingga Prabowo tak dapat berbuat apa-apa ketika para menteri titipan Jokowi dalam “kabinet merah putih”-nya berulah. Membuat gaduh dan merusak citra pemerintahan Prabowo. 

Beberapa Kegaduhan

Timbulnya kegaduhan di atas dan Prabowo tidak berbuat apa-apa, di mata publik, memperlihatkan betapa lemahnya Prabowo. Beberapa kasus lain yang kemudian viral, kian memperkuat anggapan itu. Sehingga kesabaran rakyat semakin habis. Tak kuat lagi menunggu kapan Prabowo benar-benar bertindak untuk kepentingan rakyat.

Soal Menkeu Sri Mulyani yang berucap guru jadi beban negara, misalnya. Meskipun hal ini dinyatakan hoax, karena katanya Menkeu tidak berucap seperti itu. Namun tetap saja republik jadi gaduh. Begitu juga ketika Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana yang secara sepihak memblokir jutaan rekening yang dia sebut rekening dormant alias nganggur. 

BACA JUGA: Revolusi Bermula dari Pati​

Kegaduhan yang sama pernah dilakukan beberapa menteri titipan Jokowi yang lain. Misalnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dengan kasus gas melon 3 kg. Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional  (ATR/BPN) Nusron Wahid, dengan pernyataannya bahwa semua tanah milik negara. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang menyerahkan 4 pulau Aceh kepada Propinsi Sumatera Utara. 

Meski demikian, publik masih berharap akan ada kebijakan Presiden Prabowo yang peduli rakyat banyak. Antara lain harapan agar mantan Danjend Kopassus itu melakukan reshuffle kabinet. Membersihkan kabinetnya dari para menteri titipan Jokowi. Paling tidak para menteri yang sudah disinggung di atas. Agar roda pemerintahannya berputar sebagaimana mestinya. Agar citra pemerintahannya sedikit demi sedikit dianggap membaik. 

Tidak Tahu Situasi dan Kondisi?

Sayangnya semua itu tidak terjadi. Kenapa? Apakah Prabowo tidak tahu kondisi riil rakyat sebenarnya? Tidak diragukan lagi, memang begitulah yang terjadi. 

Apakah hal ini karena para pembisik Prabowo lebih suka bersikap “asal bapak senang” (ABS). Dengan tidak memberitahukan bagaimana sesungguhnya kondisi riil di lapangan. 

Sehingga Prabowo senang-senang saja. Bisa bergembira di balik penderitaan rakyat yang susah cari makan. Percaya saja kepada laporan Badan Pusat Statistik  (BPS), bahwa ekonomi tumbuh 5,12 persen. Pada kuartal II-2025, secara tahunan (year-on-year). Itu sudah dianggap lebih dari cukup. 

Padahal banyak yang menganggap laporan BPS itu abal-abal. Alias tidak valid. 

Sejumlah pengamat dan aktifis berharap agar presiden segera melakukan reshuffle kabinet. Memecat para menteri titipan Jokowi. 

Dan pertengahan pekan lalu, Prabowo memang melakukan reshuffle kabinet. Tapi yang diganti bukan para menteri titipan Jokowi. Yang jadi buah mulut orang belakangan ini. 

Yang dilantik hanya Mendikti Saintek Brian Yuliarto, menggantikan Satryo Soemantri Brodjonegoro. 

Lalu Marsekal Madya (Marsdya) Muhammad Syafi’i, sebagai Kepala Basarnas,  Muhammad Yusuf Ateh sebagai Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Amalia Adininggar Widyasanti sebagai Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS). 

Bagaimanapun, jabatan satu menteri dan tiga kepala badan di atas bukan tidak penting. Tapi reshuffle kabinet ini tidak memenuhi harapan banyak orang. Karena Prabowo tidak  mengganti para menteri, yang membuat pemerintahannya bisa terbebas dari pengaruh Jokowi. 

Dalam kondisi seperti itu, Noel sebagai diehard relawan Jokowi yang loncat jadi penghamba Prabowo ditangkap KPK. Berita yang berkembang, dia terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT). Meskipun dia berusaha membantah. 

Lalu beredar foto dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit. Publik bertanya: Apakah karena itu dia langsung terkena serangan jantung?  Yang jelas, dia menghiba. Minta belas kasihan presiden. 

Sebagaimana Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, dia juga minta Prabowo memberinya amnesti. Sambil “bernyanyi” merdu: Agar polisi menangkap Jokowi. Karena, katanya, duit hasil korupsinya juga banyak dia serahkan kepada Jokowi. 

Tapi jangankan amnesti, sebaliknya justru Prabowo memecat dirinya sebagai Wamen Tenaga Kerja. Begitu KPK menetapkannya sebagai tersangka. Noel, waduh nasibmu! (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda