Ini Dia Penggerak Pasar Keramat dan Penjaga Budaya Dusun Wonokerto

Hamengku Keramat berkostum Dwarapala, sosok yang menjaga Pasar Keramat.

COWASJP.COMBagi warga Dusun Wonokerto, Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, sosoknya sangat dikenal. Dengan menyebut Pak B –nama inisial—saja, warga sudah tahu. Itu adalah sebutan untuk KR Utama atau Hamengku Keramat. Sosok yang dikenal bersahabat, sopan, serta memiliki daya tarik tersendiri.

***

SETIAP hari, laki-laki ini bertugas sebagai pengajar kelas 3 di SDN Nogosari. Namun, kontribusinya jauh melebihi perannya sebagai pendidik. Sejak muda, Hamengku Keramat telah menunjukkan minat yang besar terhadap pelestarian budaya Jawa. Meskipun seringkali di awal-awal usahanya sering dilakukan sendiri dan jarang memperoleh dukungan.

Hingga satu waktu, di tahun 2022, Hamengku Keramat berkolaborasi dengan Yayasan Bambu Lingkungan Lestari (YBLL).  Sebagai tokoh lokal Wonokerto, ia menginisiasi  berdirinya Pasar Keramat, sebuah tempat yang memanfaatkan hutan bambu.

BACA JUGA: Anyaman Asa dari Pasar Keramat: Para Ibu Sulap Bambu Jadi Harapan​

Bersama YBLL, ia pun mengajak masyarakat, terutama ibu-ibu, untuk melakukan penanaman bambu sekaligus membuka ruang ekonomi baru berbasis kuliner tradisional. 

Menariknya, sejak awal  Hamengku Keramat menegaskan betapa pentingnya menjaga lingkungan. Semua kegiatan pasar menerapkan kebijakan penggunaan alat yang ramah lingkungan dan tanpa plastik. Juga menjalin kemitraan dengan mitra lokal dan para pihak terkait. 

Dukungan dalam mengembangkan Pasar Keramat juga datang dari berbagai mitra, seperti Multi Bintang Indonesia, Wehasta, Aliansi Air, Mligi Plateau, Sendi Lorokan, Pemerintah Kabupaten Mojokerto, Ela et Labora, Ciputra, Petra, UMM, UM, serta sejumlah mitra strategis lainnya.

Selain menginisiasi Pasar Keramat, pria yang juga bernama KR. UTAMA ini juga giat mengangkat isu lingkungan dalam acara kebudayaan di Desa Warugunung. Contohnya dalam tradisi unduh petirtaan. Pertirtaan adalah tempat pemandian suci atau kolam pemandian yang biasanya ditemukan di situs-situs bersejarah peninggalan kerajaan. 

Pertirtaan seringkali dikaitkan dengan kegiatan ritual, penyucian diri, dan kini ditambahkan dengan kegiatan menanam pohon bambu di sekitar sumber air. Hamengku Keramat meyakini, budaya dan lingkungan merupakan dua aspek yang saling mendukung dan bersimbiosis.

Saat berbincang, Hamengku Keramat mengingat kembali awal terbentuknya Pasar Keramat. Sebelum menjadi pasar, wilayah itu dianggap sebagai tempat yang paling angker oleh warga. Pertama, karena lokasinya sering dijadikan tempat pembuangan sampah, tepat di belakang rumah-rumah penduduk. 

Kedua, kawasan tersebut berupa hutan bambu yang kurang terawat dan kurang dimanfaatkan. Bahkan di beberapa titik terdapat makam keluarga. Dari situlah keyakinan warga semakin kuat bahwa tempat itu angker, sehingga jarang ada yang berani ke sana.

Keberhasilan Pasar Keramat adalah kolaborasi dari local champion yaitu Hamengku Keramat bersama berbagai pihak. Ada kepala dusun, para pemuda seperti  Bagus, Farid, dan Fani, para warga dusun Wonokerto hingga kelompok ibu yang konsisten menjaga kelestarian hutan bambu. 

Dengan semangat Pasar Keramat, budaya bambu, dan local champion, narasi ini bukan sekadar cerita ekonomi, melainkan gerakan kebudayaan yang menegaskan bahwa pembangunan bisa lahir dari desa dan tumbuh dari kekuatan masyarakat sendiri. Pasar Keramat adalah kilas balik budaya yang dihidupkan kembali sebagai praktik lokalitas masa depan dalam wujud baru.

Ide menjadikan wilayah tersebut sebagai pasar lahir dari berbagai pengalaman. Salah satunya, terinspirasi dari Pasar Papringan di Temanggung. Selain itu, ada sebuah peristiwa yang sangat membekas dalam ingatan Hamengku Keramat. Suatu ketika, saat hendak berangkat ke sekolah, seorang tetangga datang untuk meminjam uang demi membayar biaya sekolah anaknya.

Saat itu Hamengku Keramat hanya membawa uang sekadar cukup untuk membeli bensin, namun ia merasa ada tetangga yang lebih membutuhkan. Ia berikan uang bensin tersebut. Dari situlah hatinya tergerak dan muncul tekad dalam diri untuk mencari jalan meningkatkan perekonomian warga.

Hamengku Keramat juga memiliki paguyuban kesenian. Dari berbagai pengalaman dalam gerakan pemberdayaan masyarakat itu, ia semakin yakin bahwa budaya hanya bisa berkembang jika senimannya sejahtera. Maka menurutnya, kesenian butuh panggung pertunjukan, dan panggung itu hanya bisa hidup bila ada wadah ekonomi yang menopang. 

Dari situlah lahir gagasan menjadikan pasar sebagai ruang yang tidak hanya meningkatkan ekonomi warga, tetapi juga menopang keberlangsungan seni dan budaya. Pasar Keramat menjadi tempat bertemunya aktivitas ekonomi, seni budaya dan keberlangsungan lingkungan.

Apa harapan Hamengku Keramat terhadap Pasar Keramat ke depan? Ternyata sederhana. Namun penuh makna. Pertama, pasar ini diharapkan mampu menginspirasi banyak orang sehingga memberi dampak dan manfaat luar biasa bagi masyarakat secara umum. 

Kedua, Pasar Keramat dapat menjadi sarana untuk melestarikan kebudayaan tanpa menghilangkan nilai-nilai lokal yang sudah diwariskan sejak lama. (*)

Pewarta : -
Editor : Erwan Widyarto
Sumber :

Komentar Anda