COWASJP.COM – “Kami ingin anak-anak muda muslim kita tumbuh sebagai kreator. Yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan keindahan moral Islam," ujarnya.
Kata-kata ini disampaikan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Prof Abu Rokhmad saat Kementerian Agama mengumumkan tujuh nominator terbaik dalam Kompetisi Film Islami Tingkat Nasional Tahun 2025.
Pengumuman dilakukan bersamaan dengan pembukaan Expo Syiar Budaya Islam di Auditorium H.M. Rasjidi, Jalan MH Thamrin 6, Jakarta Pusat, Selasa 4/11/2025 lalu.
Prof Abu Rokhmad mengatakan, kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Toleransi Internasional. Bertema besar “The Wonder of Harmony: Merajut Cahaya Islami Keberagamaan, Cinta, dan Harapan.”.
Menurutnya, film ini memiliki kekuatan besar dalam membangun cara pandang, nilai, dan perilaku masyarakat. Karena itu, ia berpendapat, perfilman menjadi sarana strategis dalam memperkuat dakwah Islam yang damai, moderat, dan membangun peradaban.
“Film dapat berbicara lebih luas dari mimbar. Ia mampu menyentuh hati jutaan penonton lintas batas, lintas usia, dan lintas agama. Melalui film, pesan keislaman bisa hadir dengan bahasa yang lembut, inklusif, dan menggugah,” terangnya.
"Dari tujuh nominator ini, pemenangnya akan diumumkan pada Senin 10 November 2025,” ungkap Abu Rokhmad.
Sementara Plt. Direktur Penerangan Agama Islam Ahmad Zayadi mengatakan, kompetisi ini merupakan bagian dari upaya Kemenag untuk memperkuat ekosistem dakwah kreatif.
83 KARYA DARI 34 PROVINSI
Tahun 2025 ini, sebanyak 83 karya dari 34 provinsi diajukan menjadi peserta. 71 di antaranya lolos tahap kurasi nasional. "Karya tersebut terdiri atas 55 film dokumenter, 13 film fiksi, dan 3 film animasi," ungkap Zayadi.
Menurutnya, film Islami menjadi medium strategis untuk menyebarkan pesan rahmatan lil ‘alamin melalui pendekatan estetik dan naratif.
“Film Islami yang baik adalah yang mampu memadukan kekuatan pesan moral dengan kemasan visual yang menggugah. Kami ingin menghadirkan dakwah yang menggembirakan, mencerahkan, dan membangun optimisme,” katanya.
Ia juga mengatakan, penilaian dewan juri tidak hanya menyoroti aspek teknis sinematografi, tetapi juga kekuatan ide, pesan, dan nilai kemanusiaan yang diusung. “Kompetisi ini sekaligus menjadi ruang pembelajaran bagi sineas muda untuk terus berinovasi dan memperdalam makna keislaman dalam karya mereka,” tambahnya. (*)