Hari Disabilitas Internasional 2025: Momentum Membangun Masyarakat Inklusif

Foto: Istimewa

COWASJP.COM – Setiap 3 DESEMBER, dunia memperingati Hari Disabilitas Internasional. Momen penuh makna untuk refleksi dan aksi nyata dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif (menyeluruh dan melibatkan semua orang tanpa kecuali, menghargai perbedaan seperti latar belakang, kemampuan, atau status sosial) dan adil. 

Peringatan ini bukan sekadar seremoni. Ini merupakan panggilan untuk memperhatikan hak dan peluang penyandang disabilitas. Agar mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan bermasyarakat. 

Di balik perayaan tersebut, tersimpan kisah perjuangan, harapan, dan langkah konkret dari komunitas-komunitas yang berjuang untuk kesetaraan serta keberdayaan mereka.

Sejarah dan Makna Hari Disabilitas Internasional

Sejarah Hari Disabilitas Internasional bermula dari komitmen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam memperjuangkan hak asasi manusia, termasuk hak penyandang disabilitas. 

Pada 1981, PBB menetapkan tahun tersebut sebagai International Year of Disabled Persons. Sebagai langkah awal pengakuan global terhadap pentingnya peran dan hak mereka dalam masyarakat.
 
Kemudian, pada 3 Desember 1982, PBB mengesahkan World Programme of Action Concerning Disabled Persons dan menetapkan periode 1983-1992 sebagai United Nations Decade of Disabled Persons. 

Pengakuan ini menjadi tonggak penting yang memperkuat perjuangan hak-hak penyandang disabilitas di seluruh dunia. Pada 1992, Majelis Umum PBB secara resmi menetapkan tanggal 3 Desember sebagai International Day of Disabled Persons.
 
Sejak saat itu, peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran global terhadap tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas. Sekaligus menegaskan pentingnya inklusi sosial, pendidikan, pekerjaan, dan akses terhadap teknologi.
 
Seiring waktu, istilah resmi berganti menjadi International Day of Persons with Disabilities, menegaskan bahwa penyandang disabilitas adalah manusia yang berhak mendapatkan penghormatan, peluang, dan perlindungan yang sama. 

Peringatan ini juga menjadi ajang memperkuat kolaborasi antar negara, komunitas, dan individu demi mewujudkan masyarakat yang inklusif dan berkeadilan.

Komunitas Mata Hati di Jatim

Di Indonesia, khususnya di Jawa Timur, peringatan Hari Disabilitas Internasional memiliki makna yang mendalam. Berbagai komunitas penyandang disabilitas di wilayah ini menjadi motor penggerak perubahan nyata. Mereka tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama dalam memperjuangkan hak-hak mereka sendiri.
 
Salah satu komunitas yang telah lama aktif adalah Komunitas Mata Hati. Didirikan sejak tahun 2000-an, komunitas ini awalnya bernama Bright Eyes, yang terdiri dari anak muda penyandang disabilitas dan non-disabilitas. Filosofi mereka, "mata yang paling tajam bukanlah yang ada di wajah, tetapi yang ada di dalam hati." Hal ini menggambarkan semangat empati dan kepekaan terhadap sesama. 

Melalui kegiatan sosial dan seni, terutama musik, mereka berusaha membangun rasa peduli dan empati di masyarakat.
 
Selain itu, ada Omah Difabel, yang berdiri sejak 2015, sebagai wadah pemberdayaan ekonomi kreatif bagi penyandang disabilitas. Melalui pelatihan kerajinan tangan, batik, dan produk kerajinan lainnya, komunitas ini tidak hanya membantu mereka memperoleh penghasilan. Tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian.
 
Tak kalah penting, Kelompok Inklusif Disabilitas (KID) yang baru terbentuk pada 1 Desember 2022. Berfokus pada pemberdayaan melalui pengembangan Posyandu Disabilitas di Kota Malang. Mereka bekerja sama dengan pemerintah desa dan komunitas lain untuk memastikan hak-hak penyandang disabilitas terpenuhi secara inklusif dan berkelanjutan.
 
Di bidang alam dan petualangan, Difabel Pecinta Alam (Difpala) menjadi komunitas yang menginspirasi. Berdiri sejak 2020, mereka adalah kelompok pendaki gunung pertama di Indonesia yang terdiri dari penyandang disabilitas. Melalui kegiatan pendakian dan jalan sehat, mereka menunjukkan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk meraih mimpi dan menjaga kelestarian alam.
 
Lingkar Sosial Indonesia (Linksos) yang berdiri sejak 2014 di Malang, juga menjadi payung bagi berbagai komunitas disabilitas. Termasuk Omah Difabel dan Difpala. Fokus mereka adalah perlindungan hak penyandang disabilitas dan peningkatan kesadaran inklusi di masyarakat.
 
Azzam Nur Mu’jizat dan Pelukan Hangat untuk Potensi Tanpa Batas
 
Pada peringatan Hari Guru Nasional 2025, 
di Indonesia Arena, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Jumat, 28 November 2025,
sejenak hening sebelum riuh tepuk tangan membahana menyambut Azzam Nur Mu’jizat —siswa Kelas I SMPLB PKK Gedeg Mojokerto.
 
Azzam, demikian ia disapa, memiliki kondisi yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Ia lahir tanpa kelopak mata. Meski begitu, sosoknya dikenal sebagai bocah bersuara emas. Bahkan, suaranya pernah menggema ke seluruh dunia saat ia ikut mengisi acara Peringatan 1 Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, pada 7 Februari 2023.
 
Azzam adalah salah satu vokalis pilihan NU yang membawakan lantunan shalawat Asyghil bersama tiga vokalis cilik lainnya. Penampilannya diiringi aransemen dari komponis kenamaan Indonesia, Addie MS, pada resepsi puncak peringatan tersebut.
 
Begitu juga saat peringatan Hari Guru, Azzan menyanyikan lagu "Terimakasih Guru". 

Presiden Prabowo Subianto yang menyaksikan penampilan Azzam dengan penuh perhatian langsung menghampiri dan memeluknya. Kehangatan pelukan Kepala Negara itu menjadi momen yang sangat menyentuh dan memperlihatkan bahwa potensi setiap anak Indonesia, termasuk mereka dengan keterbatasan, berhak mendapatkan dukungan penuh.
 
Bagi Azzam, momen itu tak terlupakan. Bagi seluruh hadirin, pelajaran berharga tersirat: pendidikan bukan hanya soal belajar, tetapi juga tentang memberikan ruang dan penghargaan agar setiap anak bisa bersinar. 
 
Untuk memberi gambaran nyata tentang peran komunitas disabilitas dalam mengubah kehidupan anggotanya, mari kita simak kisah Ibu Siti dari Omah Difabel Surabaya.
 
Ibu Siti, Pengrajin Batik Ciprat dari Omah Difabel

Ibu Siti adalah penyandang disabilitas fisik yang sejak kecil mengalami keterbatasan bergerak. Sebelum bergabung dengan Omah Difabel pada 2017, ia merasa minder dan sulit mendapatkan pekerjaan sesuai kondisinya.

Di komunitas ini, Ibu Siti mendapatkan pelatihan membuat batik ciprat —teknik batik mencipratkan lilin ke kain secara unik. Awalnya, ia merasa kesulitan karena keterbatasan fisiknya, namun berkat ketekunan dan dukungan dari teman-teman, akhirnya ia mampu menguasai teknik tersebut.
 
Sekarang, hasil karya Ibu Siti dipasarkan secara online hingga ke berbagai daerah di Indonesia. Dari hasil penjualan, ia bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan merasa lebih percaya diri.

"Sejak bergabung di komunitas ini, saya merasa lebih berguna dan punya harapan," katanya sambil tersenyum.

Kisah Ibu Siti adalah salah satu dari banyak kisah inspiratif yang menunjukkan bahwa dengan dukungan, pelatihan, dan ruang yang tepat, penyandang disabilitas mampu menggapai mimpi dan berkontribusi secara penuh.

Tema dan Kegiatan Peringatan 2025
 Mengusung tema "Membina masyarakat yang inklusif disabilitas untuk memajukan kemajuan sosial," peringatan tahun ini menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak. Pemerintah, masyarakat, dan komunitas disabilitas —dalam menciptakan ekosistem yang mendukung keberdayaan mereka.

Berbagai kegiatan digelar, seperti pameran karya seni dan kerajinan dari penyandang disabilitas. Sosialisasi hak dan aksesibilitas, serta penggalangan dana untuk program pemberdayaan. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk menunjukkan potensi dan bakat terbaik.
 
Melangkah Menuju Masyarakat Inklusif
 
Hari Disabilitas Internasional adalah momentum penting untuk menegaskan bahwa keberagaman adalah kekayaan bangsa. Melalui berbagai komunitas dan inisiatif, kita belajar bahwa inklusi bukan sekadar kebijakan formal, melainkan budaya yang harus terus dipupuk dan diperjuangkan.
 
Mari kita dukung langkah nyata komunitas disabilitas di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Timur. Agar mereka mampu meraih kehidupan yang lebih baik, bermartabat, dan penuh harapan. 

Karena, masyarakat yang inklusif adalah masyarakat yang kuat dan berdaya, di mana setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki hak yang sama untuk berkontribusi, berkembang, dan meraih mimpi mereka.
 
Mari jadikan Hari Disabilitas Internasional ini sebagai momentum memperkuat tekad dan komitmen kita. Dengan saling mendukung dan menciptakan ruang yang inklusif, kita bangun Indonesia yang benar-benar ramah dan menghargai setiap langkah perjuangan mereka. Karena masa depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kita mampu menghargai dan memberdayakan setiap insan, tanpa terkecuali.(*) 
 Penulis adalah aktivis PW ISNU Jawa Timur.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda