COWASJP.COM – Bencana hidrometeorologi akibat curah hujan ekstrem telah melanda luas Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bencana ini meninggalkan jejak kerusakan parah dan ribuan jiwa dalam kesulitan.
Di tengah keterpurukan yang terus berkembang, langkah kepedulian pemerintah muncul sebagai sinar harapan. Termasuk kunjungan langsung Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono yang menyeberangi rintangan untuk membawa bantuan ke wilayah yang sempat terisolir di Aceh Tamiang.
Di balik angka-angka, ada cerita-cerita nyata tentang ketahanan warga, kebaikan relawan, dan kebersamaan yang membuat hati kita terharu.
Wamensos Agus Jabo Priyono mengawal langsung pengiriman bantuan logistik ke wilayah terdampak bencana di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Rabu (3/12/2025).
Bersama rombongan Kementerian Sosial (Kemensos), ia menempuh jalur darat dari Medan, Sumatera Utara, menuju posko pengungsian di Kuala Simpang. Perjalanan yang berlangsung sekitar tiga jam penuh dengan tantangan: genangan air yang tinggi dan sisa tanah longsor membuat jalan hanya bisa dilalui kendaraan dengan satu arah.
"Tidak hanya jalur udara, kami juga membawa logistik melalui darat untuk mencapai warga di Kuala Simpang," ujar Agus Jabo dengan nada tegas namun penuh perhatian.
Akhirnya, rombongan berhasil tiba di lokasi, dengan bantuan berupa beras, mie instan, gula, minyak goreng, dan sarana prasarana untuk dapur umum. "Logistik jalur udara juga sudah landing," tambahnya dengan lega.
Wamensos Agus Jabo Priyono membawa bantuan ke wilayah yang sempat terisolir di Aceh Tamiang. (FOTO: Istimewa)
Saat bantuan dibagikan, wajah-wajah warga yang selama seminggu terisolir seketika bersinar dengan harapan.
Cerita Siti yang Menyelamatkan Putrinya
Siti (32 tahun), seorang ibu rumah tangga di Desa Kuala Simpang, menceritakan momen banjir tiba dengan cepat pada hari Senin 24 November minggu lalu.
"Air naik sampe ke pinggang cuma sejam. Saya cuma sempat ambil putri yang umur 5 tahun dan baju sedikit. Rumah kita langsung tenggelam," katanya sambil mengusap mata yang mulai basah.
Selama seminggu, dia dan putrinya tinggal di atap rumah tetangga yang masih kering, hanya makan ubi yang ditemukan di sekitar.
"Tapi tidak sendirian lho. Semua tetangga yang selamat berkumpul di situ, saling berbagi apa yang ada. Ada yang ngasih ikan yang ditangkap di genangan, ada yang masak untuk semua," ujar Siti dengan senyum lemah.
"Saat lihat rombongan Wamensos datang, putri saya langsung menangis senang karena akhirnya bisa makan mie instan lagi. Saya merasa seperti diberi nyawa baru," ungkapnya.
Menurut data terbaru BNPB hingga Rabu (3/12/2025) sore, kondisi bencana semakin memburuk. Total korban tewas mencapai 810 jiwa, 612 orang masih dinyatakan hilang, 2.600 orang terluka, dan lebih dari 3.2 juta jiwa terdampak langsung.
Rinciannya: Aceh (272 meninggal, 193 hilang), Sumatera Utara (297 meninggal, 159 hilang), dan Sumatera Barat (236 meninggal, 260 hilang).
Meskipun desakan untuk menetapkan bencana ini sebagai bencana nasional terus menguat, pemerintah belum mengambil keputusan tersebut. Namun, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno menegaskan bahwa penanganan telah dilakukan secara nasional dengan mengerahkan seluruh sumber daya.
"Seluruh kementerian/lembaga, TNI-Polri, BNPB, dan semua komponen diperintahkan Presiden untuk menangani dengan full kekuatan."
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengungkapkan bahwa sejumlah kepala daerah mengeluhkan keterbatasan anggaran. Ia telah mengeluarkan surat edaran untuk saling membantu antar daerah yang memiliki anggaran lebih.
Relawan Rendi: Tim Kami Bekerja dari Pagi Sampai Malam
Rendi (28 tahun), seorang relawan dari Medan yang tiba di Aceh Tamiang sejak hari Selasa, menceritakan perjuangan timnya membuka jalan yang tertutup longsor.
"Kita kerja dari pagi sampe malam, cuma istirahat sebentar makan. Material longsor banyak banget, dan hujan terus turun bikin jalan licin dan pekerjaan makin sulit," katanya.
Tanpa alat berat yang cukup, relawan menggunakan sekop dan ember untuk membersihkan jalan sedikit demi sedikit. "Kita tahu di dalamnya ada warga yang butuh makan dan obat. Itu yang bikin kita kuat, meskipun badan lelah dan tangan melepuh. Pas akhirnya jalan bisa dilewati, kita semua senang banget kayak menang lomba," tambahnya dengan semangat.
Di samping penanganan darurat, pemerintah juga tengah menelusuri penyebab utama banjir bandang. Termasuk dugaan pembalakan liar. Pratikno menyatakan bahwa satgas penertiban kawasan hutan telah turun tangan menyelidiki melalui analisis citra satelit.
Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq menegaskan tidak akan segan menyeret kasus ke ranah pidana jika terbukti adanya pelanggaran. Serta memberikan sanksi administrasi kepada pemerintah daerah yang kebijakannya memperburuk kondisi.
CABUT SEMENTARA SEMUA IZIN PEMANFAATAN LINGKUNGAN
KLH juga telah mencabut sementara semua izin pemanfaatan lingkungan untuk dikaji ulang, dan mengidentifikasi delapan perusahaan yang diduga berkontribusi memperparah banjir di Sumut.
Langkah Kemensos dalam menyalurkan bantuan ke Aceh Tamiang menjadi bukti bahwa meskipun akses terhambat, kepedulian tidak akan terhalang.
"Kemanusiaan adalah hukum paling tinggi. Mari kita cintai tanah air dan sayangi saudara-saudara kita yang sedang menderita," tegas Agus Jabo.
BRI Bergerak Cepat Salurkan CSR
Sementara itu sebagai bentuk tanggung jawab sosial, BRI melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) BRI Peduli bergerak cepat menyalurkan bantuan tanggap bencana kepada masyarakat terdampak.
Di Sumatera Utara, bantuan yang disalurkan meliputi ribuan paket makanan cepat saji, sembako, obat-obatan, pakaian, selimut, kasur, perlengkapan bayi, air mineral, dan kebutuhan lainnya. Penyaluran dilakukan langsung oleh pekerja BRI melalui Unit Kerja terdekat di wilayah terdampak. Termasuk di wilayah Sibolga, Tarutung, Padangsidimpuan, Stabat, Gunung Sitoli, dan Binjai.
Sementara itu, di Sumatera Barat, BRI Peduli menyalurkan satu unit perahu karet beserta pelampung ke Posko Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, sebagai dukungan evakuasi warga di wilayah yang terdampak banjir.
Selain itu, BRI Peduli juga menyalurkan ribuan paket makanan cepat saji, sembako, obat-obatan, kasur, perlengkapan bayi, air mineral juga disalurkan, khususnya bagi warga di Kota Padang, Solok, Padang Panjang, Pariaman, Painan, Bukittinggi, Simpang Empat .
Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Tim Satuan Tanggap Bencana “Tim Elang Relawan BRI”. Bersama pekerja BRI melalui Unit Kerja terdekat, untuk memastikan bantuan sampai tepat sasaran dan sesuai kebutuhan warga.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menyampaikan keprihatinannya atas bencana yang saat ini melanda di wilayah Sumatera tersebut. “Melalui program BRI Peduli senantiasa berperan aktif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana di berbagai wilayah. Termasuk pada bencana banjir di Sumut-Sumbar ini”, ungkapnya.
BRI juga terus bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk bersinergi dalam menyalurkan bantuan kepada korban bencana. Sebagai upaya meringankan beban masyarakat dan mempercepat pemulihan pascabencana.
“Kami berkomitmen untuk terus aktif dan bergerak cepat menyalurkan berbagai bantuan bagi warga terdampak bencana, membantu mempercepat pemulihan pasca bencana,” tegas Hery Gunardi.
Saat ini BRI tengah melakukan pemantauan dan inventarisasi aset, unit kerja BRI di daerah yang terdampak bencana, serta akan mengupayakan layanan perbankan di wilayah terdampak agar dapat segera beroperasi normal kembali.
BRI juga turut berupaya menyiagakan unit kerja terdekat yang tidak terdampak bencana untuk dapat memberikan layanan perbankan agar kegiatan perekonomian dapat segera berangsur pulih.
Tragedi ini adalah pengingat pahit akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan penegakan hukum yang tegas. Namun, di tengah kesedihan, kita juga melihat keindahan kebersamaan antar warga, relawan, dan pemerintah yang bekerja sama untuk bangkit.
Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat harus bersatu padu untuk mencegah bencana serupa di masa depan. Serta memberikan bantuan maksimal bagi para korban.
Semoga para korban diberikan ketabahan, dan kita semua dapat mengambil hikmah dari kejadian ini.(*)