Polemik Biang Koruptor
Sampai di sini sudah perang opini. Polemik. Mahfud memulai, disodok komentar Eva, lantas dibalas lagi oleh Mahfud. Tak bakal ada habisnya. Seperti karakter bocah saling ledek.
SelengkapnyaSampai di sini sudah perang opini. Polemik. Mahfud memulai, disodok komentar Eva, lantas dibalas lagi oleh Mahfud. Tak bakal ada habisnya. Seperti karakter bocah saling ledek.
SelengkapnyaSuatu saat Mbak Yani kirim komentar soal artikel di Disway. Lewat WA. Mungkin baru sekali itu seumur hidupnyi menulis komentar.
SelengkapnyaDua maling, Waldi, 30 dan Pendi, 32, mengendap di dekat kandang peternakan kambing di desa itu. Mungkin, mereka hendak nyolong kambing.
SelengkapnyaBukan main gatalnya jari-jari ini: begitu banyak sisi menarik yang bisa ditulis.
SelengkapnyaRepotnya, di lab kehidupan orang tidak bisa mengulang, jika salah. Misal, korupsi. Lalu dipenjara. Tamatlah riwayat karir. Sangat sulit untuk bangkit lagi. Berkarir lagi.
SelengkapnyaKholiq lahir di situ. Sekolah di situ. Waktu SMP sudah bekerja sebagai penggali batu di situ: di satu bukit yang batunya berwarna abu-abu. Orang desa Sambirejo menyebutnya batu putih.
SelengkapnyaPernah suatu ketika masih merasakan hangatnya 20 derajat di siang hari mendadak turun jadi 9 derajat di malam hari. Lantai apartemen terasa terlapisi es batu.
SelengkapnyaKebetulan seorang perusuh dari Padang Sidempuan, Marwan Hamhis Siregar, ingin menolong temannya di kampungnya sana: saraf belakangnya terjepit.
SelengkapnyaBila ini diteruskan, proses demokrasi di negeri kita akan ada pembusukan. Tidak ada regenerasi. Loe… lagi…loe lagi.
SelengkapnyaDari segi frekuensi pembunuhan, jenis ini paling jarang membunuh dibanding tiga jenis pembunuh berantai yang disebutkan Holmes itu.
Selengkapnya