Naik Sepeda
Tulisan ini hampir tanpa perubahan sedikit pun. Sengaja dimuat apa adanya untuk menandai perjalanan kepenulisannya:
SelengkapnyaTulisan ini hampir tanpa perubahan sedikit pun. Sengaja dimuat apa adanya untuk menandai perjalanan kepenulisannya:
SelengkapnyaKPK mempelajari mendalam info tersebut. Setelah penyidik KPK yakin kebenarannya, dibentuk tim penyergap. Langsung bertugas melakukan pengintaian.
SelengkapnyaSi bungsu menghendaki rumah itu dibongkar. Diratakan dengan tanah. Agar tidak terjadi kultus pada ayah mereka. Itu, katanya, sesuai dengan wasiat sang ayah.
SelengkapnyaKencingnya sedikit tapi sering. Sebentar-sebentar ingin kencing. Sampai suatu malam ia tidak bisa tidur. Tiap 1 jam ingin kencing. Tidak bisa ditahan.
SelengkapnyaMereka yang secara sukarela periksa ke Biddokkes Polda Metro Jaya itu cuma diperiksa luar. Belum periksa organ dalam.
SelengkapnyaSalah satu acara rakor itu: belajar menulis. Saya yang diminta jadi pembicara. Moderatornya Brigjen J.O. Sembiring.
SelengkapnyaKeputusan Rafael itu bisa dianggap publik, bahwa kini ia sudah bisa menerima keadaan. Suatu kondisi yang pastinya tidak ia kehendaki.
SelengkapnyaDi Jerman, mereka mengunjungi markas batalyon angkatan darat, juga markas kepolisian.
SelengkapnyaSaya termasuk yang skeptis dengan hongsui. Rumah pertama saya tusuk sate. Bukan saya tidak tahu, tapi itulah rumah yang terjangkau saat itu.
SelengkapnyaHasilnya, Hanim dan cewek lolos pemeriksaan. Ginjal mereka dinyatakan sehat. Satu lagi, tidak lolos. Langsung dipulangkan ke Indonesia.
Selengkapnya