Pikachiu Demokrasi
BEGITU sering saya membaca berita serius ini: perusahaan asing di Hong Kong pindah ke Singapura. Pun di masa pandemi kemarin.
SelengkapnyaBEGITU sering saya membaca berita serius ini: perusahaan asing di Hong Kong pindah ke Singapura. Pun di masa pandemi kemarin.
Selengkapnya"Saya harus PCR dulu. Baru bisa rapat," ujar saya pada Meiling. Pun di Singapura. Hasil PCR baru dikirim 24 jam setelah tes.
SelengkapnyaPRESIDEN Jokowi tinjau pasar. Cek minyak goreng. Dua hari lalu.
SelengkapnyaSAYA lewat jalan tol Samarinda-Balikpapan lagi. Kemarin. Tidak mampir IKN —ibu kota negara yang baru di Sepaku, Penajam Paser Utara.
SelengkapnyaTERBIT lagi kaus oblong seri kedua: "NU Kultural Wajib Ber-PKB, NU Struktural Sakkarepmu."
SelengkapnyaYANG ramai di medsos justru kaus oblong itu. Pun sebelum Presiden Jokowi tiba kembali di tanah air dua hari lalu. Salah satu komentar masuk ke HP saya. Sampai ada yang provokatif:
SelengkapnyaMEILING sudah tahu. Saya tidak bisa ikut upacara setelah makan seperti itu. Terlalu panjang. Terlalu lama. Terlalu malam. Saya harus mengatur istirahat.
SelengkapnyaSAYA tidak dijemput Robert Lai. Tanpa Robert, Bandara Changi terasa lebih sepi. Ia masih belum mau bertemu banyak orang. Demi sang istri –yang sangat rentan akan Covid-19.
SelengkapnyaKEMARIN, 24 tahun lalu. Ribuan orang panik. Mereka membanjir ke bandara Cengkareng. Cari aman. Ingin terbang ke luar negeri.
Selengkapnya