Para Pahlawan JP
KORAN JAWA POS mengalami masa getir sebelum menjadi Imperium Jawa Pos seperti sekarang ini.
SelengkapnyaKORAN JAWA POS mengalami masa getir sebelum menjadi Imperium Jawa Pos seperti sekarang ini.
SelengkapnyaBerita meninggalnya junior saya Djoko Susilo; Selasa siang kemarin, tak pelak lagi membuat saya tersentak.
SelengkapnyaUsai subuhan di Warkop PaKemat selalu penuh dengan kopiholic. Mereka bukan cuma ngopi dan ngobrol di warkop pinggir kali Rungkut itu. Selain nonton tivi juga ada yang diskusi agama.
SelengkapnyaSELAMA mengikuti prosesi kedatangan jenazah Joko Susilo di rumah duka di Sentul City, banyak yang I membuat saya terkesima. Saya menyaksikan bagaimana seorang Joko bisa memiliki banyak teman yang luar biasa.
SelengkapnyaDJOKO SUSILO DAN SAYA: "Urip soyo dhuwur kuwi soyo sepi, Dek". (Semakin tinggi kita meraih kehidupan dunia ini, kita akan merasa semakin kesepian).
SelengkapnyaTIGA bulan setelah lulus dari IPB tahun 1984, saya tertarik untuk mengikuti rekrutmen menjadi reporter Jawa Pos seperti teman dekat saya waktu kuliah yg sudah menjadi wartawan Kompas dan Tempo, yg menurut saya keren.
SelengkapnyaSELASA siang tadi, 26 Januari, media sosial ramai memberitakan meninggalnya mantan Duta Besar RI di Swiss, Djoko Susilo. Anggota DPR RI masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini diberitakan meninggal dunia di RS Ali Sibro Ciganjur.
SelengkapnyaSebagai Konco Lawas (CoWas), sampeyan aktif nyambung silaturahim. Niatan untuk menjadi tuan rumah reuni CoWas, menjadi buktinya.
SelengkapnyaSaat itu aku masih mahasiswa. Numpang baca Jawa Pos di parkiran motor kampus. Nama sampean ngetop banget, sebagai wartawan JP yang paling fasih ngomong Inggris, di samping junior sampean mas Ali Murtadlo.
SelengkapnyaINNALILLAHI wa innailaihi rojiun.... Kaget setengah mati ketika bos Kalteng Pos infokan saya, mas Joko Susilo wafat. Kebetulan kami lagi makan siang di Kayahan, Palangkaraya, Kalteng.
Selengkapnya