Inspirasi dari Pengganti Eyang

Atiya dan si bungsu, Beatha saat berbincang dengan Abah. (Foto: CoWasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

agung-pamujoar7X.jpg

BAPAK meninggal 2004. Ibu 2012. Jadi sejak itu, saya tidak lagi ajak anak-anakku untuk.berlebaran di Sidoarjo (tempat tinggal ortu). Meski, anak-anak tetap bisa berlebaran ke rumah eyang mereka di Pare, Kediri, orang tua (ortu) kandung istri. 

Untung anak-anak --setelah tahun 2012 itu-- sudah besar2. Kini si sulung, Atiya, sudah 23, si bungsu, Beatha, 19. Jadi, mereka tidak lagi terlalu ingin untuk bermanja ke eyangnya.

Tapi, sore itu, anak-anakku yang sudah remaja itu tampak gembira. Mereka saya ajak silaturahmi ke Abah, seorang pria 65 tahun. Di Surabaya, dekat dengan Sidoarjo. Anak-anakku gembira bukan saja karena diajak shalat.berjamaah, lalu dilayani makan malam oleh pria sepantaran Eyang nya itu.

Sambil makan dengan menu pecel madiun, ikan gabus bumbu bali, terong bakar plus peyek dan kerupuk, Bea terlihat senang begitu menjelaskan bahwa dia kuliah sastra Jepang, lantas berlanjut ke diskusi intens tentang bahasa Jepang yang serumpun dengan Korea dan Mandarin.

dahlan1Q6Eo.jpg

Atiya juga antusias saat cerita tentang pekerjaaan di kantornya yang antara lain verifikasi barang impor lantas bersambung dengan paparan Abah pengetahuan Abah tentang grade.kertas bekas, lalu tentang bagaimana Indonesia masih jauh dari grading kertas bekas, dan pemilahan sampah. 

Dua anakku itu pun mendengar dengan kagum ketika beliau menceritakan kesibukannya saat ini. Mulai dari fasilitasi anak2 SMA buat motor listrik; seorang peneliti muda kembangkan micro boiler, bangun pabrik iradiasi,hingga sponsori para pakar nuklir kita kembangkan reaktor nuklir untuk tujuan positif. 

Anak-anakku kagum dan gembira mendengar rencana-rencana hebat itu. Aku sih hanya berkata dalam hati: tidak ada yang berubah dari pria ini. Tetap jadi dewanya orang pintar, tetap berpikir dan beraksi luar biasa, Demi Indonesia.

Puncak kegembiraan anak-anakku yang mengingatkan saat mereka dibelikan mainan oleh eyang mereka adalah: mereka ditawari mencoba Tesla, mobil listrik made in Amrik yang sore itu terparkir di carport rumah di kawasan Ketintang Surabaya itu. Atiya pegang kemudi, Beatha.navigator.

dahlan2eqlph.jpgAtiya, dan si bungsu Beatha Saat mencoba Tesla mobil listrik made in Amrik. 

Untung anak2ku bisa paham, bahwa petang itu mereka tdk sekadar diberi kegembiraan dengan bisa merasakan naik.mobil masa depan super canggih senilai Rp 4 Miliar. Tiya dan Bea sadar, mereka sedang diberi inspirasi dan juga motivasi untuk terus maju dengan optimistis. 

Dan, memang, pria itu, Abah, dikenal "hobi" menginspirasi dan memotivasi anak muda bangsa ini, untuk terus berkarya, Demi Indonesia. Pria itu, Abah, tentu saja adalah Dahlan Iskan. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda