Ekspedisi Batin (20): Melukis Solidaritas Empati
Dengan berpuasa, pribadi muslim diajak untuk merasakan getirnya kelaparan.
SelengkapnyaDengan berpuasa, pribadi muslim diajak untuk merasakan getirnya kelaparan.
SelengkapnyaSudah menjadi kebiasaan sopir di sana. Bila ke mana-mana selalu membawa mandau. Diselipkan di dalam tas ranselnya.
SelengkapnyaSemuanya jalan darat –kecuali dari Haikou di Pulau Hainan ke Jieyang di Tiongkok daratan.
SelengkapnyaUrusan mental ini memang tidak sesederhana diucapkan. Apalgi di tengah liku kehidupan yang penuh misteri kehidupan yang sedang dijalani manusia.
SelengkapnyaKita memang eksporter timah terbesar di dunia. Tapi saat itu tidak bisa ikut membentuk harga.
SelengkapnyaMakan bareng. Ngopi bareng. Bahkan tidur bareng. Layaknya sopir dengan kernet. Saya juga sering beli makanan untuk mereka.
SelengkapnyaAyat ini menunjukkan bahwa dalam setiap upaya dan kegagalan, tawakkal kepada-Nya adalah kunci untuk bangkit.
SelengkapnyaYang soal korupsi timah saya ikuti: kecewa. Tidak segera ada berita yang menjelaskan letak korupsinya di mana.
SelengkapnyaYang dipuisikan Rumi dan firman Allah ini bukan sekedar pencarian terhadap apa yang absen. Itu semua sebuah proses saling menemukan antara jiwa dan ilahi.
SelengkapnyaDalam seharian kemarin, penulis menemani beberapa orang.
Selengkapnya