Petunjuk Alam Semesta Menuju Sorga

ILUSTRASI: gedhebuk/cowasjp.com

COWASJP.COM – style="text-align:center">C a T a T a N: Arif Novantad

---------------------------------------

Dulu wartawan Jawa Pos


SEBUAH fakta mengejutkan dari dunia teknologi-informasi. Sebuah rahasia yang pada akhirnya mampu menjelaskan secara gamblang mengapa Mohammad SAW menjadi utusan Allah SWT terakhir di dunia. Beliau dijadikan-Nya nabi dan rasul yang paling lengkap mendapatkan perintah dan petunjuk-Nya. Perintah dan petunjuk bagi manusia yang hidup pada era pasca-kenabian Rasulullah Mohammad SAW. 

Perintah dan petunjuk Sang Khalik itu agar manusia mampu dan bisa masuk sorga-Nya, pada kelak kemudian hari. Perintah dan petunjuk yang sebenar-benarnya benar bagi manusia setelah Mohammad dijadikan utusan-Nya yang terakhir. Sebab, boleh saja sebelum Mohammad menjadi utusan Allah, manusia itu meganut agama atau kepercayaan pada zamannya. Sesuai kebutuhan rohani manusia itu ketika masih hidup di dunia. 

Petunjuk dan perintah Allah kepada Mohammad SAW itu sesuai dengan kondisi alam semesta ketika manusia itu hidup pada zamannya masing-masing. Tiap manusia boleh saja menganut kepercayaan maupun agama apa pun. Namun setelah Mohammad menjadi Rasulullah, hendaknya mengikuti apa pun yang diajarkannya. Mengikuti ajaran Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW agar kelak pada masa akherat mampu dan bisa bertemu Illahi.

Yakni, tentang fenomena alam yang setiap hari terjadi berulang-ulang saban hari di dunia ini. Tentang kaitan adzan sholat yang lima waktu itu dengan –ternyata- ada pergantian warna atau spektrum atau aura alam semesta jagad raya, tempat kita selama ini hidup. Informasi alamiah ini hendaknya selalu didengungkan setiap saat, sesuai berkumandangnya panggilan sholat yang setiap hari lima waktu itu.

Sebab, fenomena alam itu juga terjadi dalam sehari berfrekuensi sebanyak lima kali pula. 
Ini yang perlu dipahami orang-orang yang menganut agama atau kepercayaan apa pun yang hari ini sedang dianutnya, dipercayai, atau sedang di-ibadah-i. 

Dalam sebuah buku ilmiah keagamaan yang cukup memikat hati karya Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS berjudul “The Science of Shalat”. Buku yang diterbitkan Qultum Media ini seharusnya mampu menggugah hati atau jiwa siapa pun dia. Siapa pun orangnya, untuk mengakui dan bersaksi bahwa Kitab Al-Qur’an itu lengkap dengan berbagai informasi tentang alam semesta nan fana ini.

Sebuah kitab suci dari Allah SWT yang diterimakan kepada Rasulullah Mohammad SAW. 
Harusnya segera bersaksi bahwa ‘’Ashadualla illahailallah, waashaduana Mohammadu Rasulullah’’. Mengakui dan bersaksi ‘’Tiada Tuhan selain Allah, dan Mohammad adalah Rasul Allah.’’

Atas kekuasaan Allah SWT sebagai Sang Khalik (Sang Pencipta Alam Semesta), ternyata dunia ini (sejak diciptakan) selalu terjadi perubahan warna alam. Dalam 24 jam atau sehari berganti lima kali warna alam: biru, kuning, oranye, merah, dan ungu. Dan, ternyata, pergantian warna alam semesta itu seiring dengan pergantian tanda masuknya waktu sholat. Lima kali berganti, lima kali pula sholat itu –sewajibnya—dilakukan manusia. Seperti kita ketahui bersama, tanda masuknya waktu sholat itu selalu ditandai dengan adzan.

Jadi, ketika adzan berkumandang, saat itulah ternyata terjadi perubahan warna alam semesta jagad raya ini. Secara kasat mata, perubahan itu pun bisa disaksikan dengan mata telanjang lho. Itu terlihat ketika kita melihat langit, tentunya pada saat langit dalam kondisi cerah. Sehingga, pandangan mata kita tidak terhalang apa pun. Kondisi itu memang bergantung pada perubahan perputaran matahari juga.

Ini menjadi bukti yang sangat nyata atas kekuasaan Allah SAW dalam menciptakan alam semesta, yang masih tetap menjadi rahasia abadi ini. Mengapa ‘rahasia’, karena belum 100 persen manusia yang masih tinggal di muka bumi ini mengetahuinya. Orang yang sudah menganut Islam pun, masih banyak pula yang belum mengetahui ‘rahasia warna alam’ ini. Padahal, setiap kali terjadi perubahan warna alam semesta, selalu berpengaruh pada diri kita.

Berpengaruh pada diri kita inilah yang pada akhirnya perlu kita memperhatikan dengan seksama atas ‘perubahan warna alam’ itu. Ada dampak dengan kondisi kesehatan, ada dampak terhadap perjalanan rohani, ada dampak pula dengan sinergi ketersambungan komunikasi kita dengan Sang Mahapencipta Alam Semesta ini pada kelak kemudian hari, ketika kita sudah meninggal dunia.

Ini pula sebabnya, muncul anjuran mengapa harus menjalankan sholat lima waktu? Mengapa untuk menjalankan sholat itu harus tepat waktu? Mengapa saat sholat harus berjamaah?  Mengapa ada keutamaan dalam menjalankan sholat? Sholat subuh dan maghrib, misalnya, dianjurkan sholat berjamaah di masjid. Sementara, untuk menjalankan sholat duhur, dan isya’ boleh leluasa dilakukan di rumah. Ternyata, ada rahasia alamiahnya.

‘’Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.’’ (QS An-Nisa’, ayat 103).

Mau tahu? Banyak hikmah dan keajaiban alam semesta ini yang perlu kita tahu.

Subuh

Pada saat ini kondisi alam semesta dalam spectrum warna biru muda yang bersuasian dengan frekuensi tiroid (kelenjar gondok). Dalam fisiologi, tiroid memiliki pengaruh terhadap sistem metabolisme tubuh manusia. Warna biru muda juga mempunyai rahasia tersendiri berkaitan dengan rezeki dan cara berkomunikasi. Ketika adzan subuh berkumandang, tenaga alam ini berada pada tingkatan optimum. Energi ala mini kemudian diserap tubuh, terutama ketika sholat subuh, pada waktu ruku`dan sujud. 

Sungguh kerugian besar bagi yang masih tidur pulas pada waktu subuh karena dipastikan kehilangan kesempatan mendapat semangat baru untuk mencari rezeki dan berkomunikasi. Hal ini terjadi karena tiroid tidak dapat menyerap tenaga biru muda di alam ketika ruh dan jasad masih lelap tertidur.

Kalau waktu selepas subuh, apalagi menjelang siang, warna langit itu (kalau cerah) berwarna biru yang diselingi dengan merah (orange) yang dihasilkan sinar mentari yang mau terbit. Dalam Islam tidur setelah subuh itu tidak diperkenankan, akan ketinggalan rizki. Seperti Sabda Rasulullah, ‘’Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya.’’ (HR. Abu Dawud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236, shahih At-Targhiib waTarhiib no, 1693).

Selain itu, mengapa kita tidak dibenarkan tidur selepas subuh adalah karena warna biru ini memberikan tenaga bagi kelenjar tiroid. Bila kelenjar tiroid kita lemah, maka manusia akan mengalami masalah kehausan sepanjang hari. Pada waktu subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. 

Jadi warna biru muda atau waktu subuh mempunyai rahasia yang berkaitan dengan rezeki dan komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rizki. Ini karena tenaga alam biru muda tidak dapat diserap tiroid. Sebab itu, ketika keadaan roh dan jasad dalam keadaan tidur, menjadi lebih baik terjaga daripada tidur. Disini juga dapat kita ambil hikmah untuk solat di awal waktu.

Bermulanya saat adzan subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap tubuh melalui konsep resonansi pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat subuhnya sebenarnya dalam kondisi sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

Dzuhur

Pada saat ini kondisi alam semesta berubah menjadi berspektrum kuning keemasan. Pada spectrum ini berpengaruh terhadap keadaan perut manusia dan lengkap dengan sistem pencernaan makanannya. Warna kuning keemasan ini juga memiliki pengaruh terhadap hati. Selain itu warna kuning ini juga mempunyai rahasia yang berkaitan dengan perasaan dan keceriaan seseorang. Jadi, kerugian yang besar bagi yang melewatkan sholat Dzuhur tepat waktu usai adzan, karena akan berakibat gangguan pada sistem pencernaan dan berkurang-keceriaan.

Warna kuning mendominasi atmosfer. Mengurangi makan pada waktu alam semesta berwarna kuning (siang hari) ialah amalan yang terbaik. Terutama, untuk menjaga agar pemikiran menjadi lebih kreatif, tajam, dan peka. Ini menjadi jawaban mengapa kita amat digalakkan untuk melakukan puasa sunah Senin dan Kamis untuk mengurangi beban kerja organ pencernaan.

Spektrum warna kuning ini identik dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem pencernaan makanan. Warna kuning ini memiliki rahasia yang terkait dengan keceriaan hidup. Jadi, mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat sholat dhuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut. Juga kehilangan sifat cerianya. 

Ashar

Ketika masuk waktu sholat ashar, kondisi alam semesta berubah menjadi warna oranye. Nuansa spectrum oranye pada kondisi prostat, uterus, ovary, testis, dan sistem reproduksi. Warna oranye ini juga mempengaruhi kreativitas seseorang, sehingga kerugian besar yang sering meninggalkan sholat ashar, karena akan menurun daya kreativitasnya. Selain itu, organ reproduksi juga akan kehilangan energy positif dari warna alami oranye tersebut. 

Rahasia warna alam semesta oranye ini menyangkut masalah kreativitas. Orang yang kerap meninggalkan sholat ashar akan kehilangan daya kreativitasnya yang lebih sempurna. Dan, lebih malang lagi jika pada waktu ashar ini dipakai untuk tidur.

Maghrib

Pada waktu menjelang senja ini terjadi perubahan alam semesta hingga berganti spectrum warna merah. Warna merah secara alami selaras dengan frekuensi jin dan iblis. Karena frekuensinya sama, pada waktu ini jin dan iblis amat bertenaga, sebab memiliki resonansi bersamaan dengan warna alam yang sedang terjadi. Sebab itu, disarankan agar Anda sedang dalam perjalanan, hendaklah berhenti sesaat. Mengapa? Lakukan sholat maghrib.

Itu cara yang terbaik karena pada waktu maghrib banyak intervensi atau tumpang tindih dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama. Sehingga, indera penglihatan atau mata kita terkadang kurang tajam karena adanya fatamorgana.

Seringkali pada saat maghrib begini orang-orang tua seringkali menganjurkan agar kita tidak meninggalkan rumah atau gedung tempat kita bekerja. Rahasia alam di waktu maghrib ini adalah energy alam semesta untuk frekuensi otot, saraf, dan tulang. 

Isya’

Suasana alam berubah menjadi warna nila, yang untuk selanjutnya akan menjadi gelap. Waktu isya ini menyimpan banyak rahasia alam. Terutama soal ketentraman hati dan kedamaian jiwa manusia yang frekuensinya sesuai dengan sistem kontrol otak. Sungguh menjadi kerugian besar bagi manusia yang melewatkan waktu ini untuk tidak sholat isya. Jiwanya akan mudah merasa gelisah dan tidak tenteram.

Ini sebabnya Allah SWT mengatur manusia sebagai waktunya istirahat atau tidur. Sebab, setelah isya alam semesta menuju kegelapan. Saat malam begini lah kondisi jiwa manusia berada pada gelombang delta, dengan frekuensi di bawah 4Hz. Dalam kondisi ini seluruh urat dan semua syaraf manusia hendaknya dibawa untuk istirahat. 

Tahajud

Selepas tengah malam kembali suasana alam bersinar dengan warna putih, merah jambu, kemudian warna ungu. Perubahan warna alam ini selaras dengan frekuensi kelenjar pineal (otak kecil), kelenjar pituitary (bawah otak), thalamus (pusat integrasi dan saluran sensori ke cortex, serta cerebellum atau pengatura koodinasi gerak), dan hypo-thalamus (pengatur syaraf, hormone, pembangun hasrat, dan temperatus tubuh manusia). 

Itu sebabnya, sebaiknya seluruh manusia di dunia ini bangun dari tidurnya. Lalu mengerjakan sholat tahajud. Khusus sholat tahajud ini tidak memakai panggilan atau adzan. Meski, dipercayai, pada saat alam semesta berwarna ungu, para Malaikat Allah hadir ke bumi.

Jadi, bagi manusia yang hidup setelah zaman Rasulullah Mohammad SAW, sesungguhnya alam semesta jagad raya telah memberikan arahan yang sangat jelas dan faktual, sesuai perintah dan petunjuk Allah SWT melalui utusan-Nya Mohammad SAW, untuk masuk sorga-Nya kelak. Tidakkah ini seharusnya perlu kita pikirkan lebih dalam (bagi yang mau dan mampu berpikir secara jernih)?!

(arif novantadi-dari berbagai sumber)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda