COWASJP.COM – TUTUR katanya kalem, anggun, dan selalu tersenyum. Itulah Titiek Soeharto, putri mantan Presiden Soeharto. Meski menjadi keturunan orang yang pernah sangat berkuasa selama 32 tahun, ia ternyata tak punya ambisi besar untuk kekuasaan.
Ia pun tak begitu semangat ketika disinggung peluangnya untuk tampil memimpin Partai Golkar. "Saya ini hanya mengikuti garis tangan saja, Mas. Kalau memang harus begitu ya dijalani. Kalau nggak, ya tak usah ngoyo," katanya.
Dalam perbincangan santai di tengah-tengah jamuan makan yang digelar Astari Rasyid, di Launge Royal Ambarrukmo Hotel, Jogjakarta, Tatiek tampak rileks. Astari, mantan model dan perupa kontemporer yang kini menjadi Duta Besar RI untuk Bulgaria sedang mengadakan pameran di kota gudeg itu. Sejumlah politisi dan sosialita, teman-teman-teman Astari hadir.
Pameran karya-karya Astari berlangsung di Purna Budaya, Kompleks kampus UGM, Bulaksumur. Tidak hanya sosialita, sejumlah politisi dan seniman nasional hadir. Selain Titiek, tampak juga Surya Paloh, Eros Jarot, Ishadi SK, dan Jadug Ferianto.
"Ini pameran yang berbau wangi. Yang hadir orang-orang berkelas," kata celetuk Jadug.
Titiek menghadiri pameran sendiri. Menggunakan baju blus warna coklat dipadu dengan kalung mutiara berwarna putih, perempuan berusia 66 tahun itu tampak anggun. Kecantikannya masih sangat kelihatan. Belum ada guratan ketuaan. Masih seperti 25 tahun lalu.
Mantan istri Prabowo Subianto ini salah satu putri Pak Harto yang masih aktif berpolitik. Selain menjadi anggota DPR RI, ia juga salah satu Ketua DPP Partai Golkar kubu Abu Rizal Bakrie. Dia juga satu-satunya putri penguasa Orde Baru itu yang sering tampil ke publik.
Meski tidak mau terlalu dalam ikut dalam konflik, ia mengaku turut prihatin dengan kondisi perpecahan dalam Golkar. "Konflik ini menghabiskan waktu dan energi secara sia-sia. Golkar masih punya potensi untuk memenangkan pemilu mendatang.
Titiek layak ikut prihatin. Sebab, Golkar merupakan partai yang didirikan ayahnya ketika awal pemerintahan Orde Baru. Seusia pemerintahan bapaknya pula, Golkar menjadi partai penguasa. Inilah partai yang secara efektif memelihara legitimasi pemerintah Orde Baru selama 32 tahun mendatang.
Sebagai salah seorang putri Soeharto ia mempunyai hak untuk memimpin partai tersebut. Ia juga memungkinkan jadi jalan jalan tengah untuk dua kubu dalam Golkar yang konflik keras. Sikapnya yang tidak terlalu larut dalam konflik, membuat ia punya peluang lebih diterima oleh kedua belah pihak.
Apalagi, kalau bisa menjadi Ketua Umum Partai Golkar, maka dia akan menjadi pemimpin puncak perempuan pertama dalam partai tersebut. Tentu akan menjadi sejarah baru dalam Golkar.
Akankah ia juga punya peluang untuk "mewarisi" memimpin negeri ini jika dia menjadi Ketua Umum Golkar? Entahlah. Yang pasti, politik is the art of possibility, seni dari segala kemungkinan
(@arifafandi05)