COWASJP.COM – NAMA lengkapnya adalah Saud bin Abdul-Aziz bin Abdul-Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud. Pria yang lahir di Kuwait pada 12 Januari 1902 dan wafat pada 23 Februari 1969 ini adalah Raja Arab Saudi dari tahun 1953 hingga 2 Nopember 1964.
Sebagai anak sulung Raja Ibn Saud, Saud dilantik menjadi putera mahkota pada 11 Mei 1933 dan dinobatkan menjadi raja setelah mangkat ayahnya pada tahun 1953. Semasa pemerintahannya banyak kantor pemerintahan didirikan di samping pendirian Universitas Raja Saud di Riyadh.
Bung Karno dan Raja Arab. (Foto: tribunnews)
Saat Saud Ibn Saud mengawali sebagai raja, situasi politik di Asia dan Afrika sedang mengalami perubahan cepat saat.. Negara-negara baru di dua benua tersebut bermunculan. Negeri-negeri terjajah bangkit memperjuangkan kemerdekaannya.
Indonesia sendiri sedang naik daun namanya, dengan Presiden Sukarno (Bung Karno) sebagai bintangnya berkat Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang dihelat dari 18 hingga 24 April 1955 dan diikuti oleh 29 negara. Nama Bung Karno pun berkibar, dihormati di seluruh dunia. Tak lama setelah konperensi tersebut, Bung Karno melakukan kunjungan kenegaraan sekaligus melaksanaan ibadah haji di Arab Saudi, dilanjutkan kunjungan ke Mesir dari 18 Juli hingga 4 Agustus 1955.
Wakil Perdana Menteri Kabinet Ali-Arifin (1953-1955), KH Zainul Arifin dan Menteri Agama KH Masykur mendampingi Presiden Sukarno melakukan muhibah tersebut. Ini merupakan catatan tersendiri, karena bertepatan dengan Haji Akbar di mana puncak pelaksanaan ibadah pada hari Arafah 9 Dzulhijjah jatuh pada hari Jumat.
Di Arab Saudi rombongan kenegaraan diterima oleh Raja Saud bin Abdul Aziz. Raja Saud juga menemani sendiri rombongan Presiden melaksanakan ibadah haji sesuai dengan tradisi kerajaan. Ketika melaksanakan ibadah Sa'i, lari-lari kecil antara bukit Marwah dan Safa, Presiden Sukarno sempat memberikan usulan agar kawasan ibadah diperbaiki dan dibersihkan dari para pedagang yang kala itu masih berbaur dengan jamaah yang sedang beribadah. Usulan tersebut mendapat perhatian raja yang memang sangat gandrung memperbaiki sarana-sarana ibadah haji.
Beberapa kisah Bung Karno saat berhaji pernah diungkapkannya sendiri, termasuk diberi hadiah mobil Chrysler oleh Raja Saud. Bung Karno menuturkan, ada kebiasaan yang unik di Arab Saudi. Jika suatu barang dikenakan di padang pasir selama satu minggu, maka barang tersebut dapat menjadi milik yang mengenakannya. Hal ini pun dialami Bung Karno.
Bung Karno naik haji. (Foto: sikerok)
"Ketika aku akan kembali ke Tanah Air, Raja Arab Saudi mengatakan, 'Presiden Sukarno, mobil Chrysler Crown Imperial ini telah Anda pakai selama berada di sini. Dan sekarang saya menyerahkannya kepada Anda sebagai hadiah," kata Presiden Sukarno menirukan ucapan Raja Saud Ibn Saud. Kisah itu ditulis dalam Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams.
Tentu Presiden Sukarno sangat gembira dengan pemberian tersebut. "Sudah tentu aku tidak akan menentang kebiasaan itu. Selain itu, aku sudah sudah tertarik pada Chrysler ini sejak pertama kali melihatnya," kata Presiden Sukarno.
Ironisnya, mobil hadiah Raja Saudi itu pula yang kelak rusak digranat anggota Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DII/TII) anak buah Kartosoewirdjo. Peristiwa itu dikenal dengan nama Peristiwa Cikini. Percobaan pembunuhan terhadap Soekarno tersebut gagal.
"Dan apakah kejahatanku? Mengapa mereka mencoba membunuh Sukarno? Mereka menyatakan aku seorang Muslim yang buruk. Cukup aneh, mobil yang mereka hancurkan dalam peristiwa Cikini itu adalah milikku yang kuperoleh karena aku dinilai sebagai seorang Muslim yang baik," tambah Bung Karno.
Zainul Arifin dalam kapasitasnya sebagai Wakil Perdana Menteri RI juga melakukan kunjungan kenegeraan kepada Putra Mahkota kerajaan yang memang memangku jabatan Wakil Perdana Menteri Saudi, Pangeran Faisal. Zainul didampingi Masykur beraudiensi dengan Wakil Perdana Menteri di istananya di Riyadh. Pangeran Faisal adalah adik berlainan ibu dari Raja Saud.
Pohon Sukarno di Arafah
Kunjungan kenegaraan Presiden Sukarno sekaligus melakukan ibadah haji tersebut juga meninggalkan kenangan diplomasi yang manis. Kenangan itu terkait dengan adanya ribuan “Pohon Sukarno” di Padang Arafah, tempat jutaan jemaah haji melakukan wukuf saat berhaji setiap tahunnya. Pohon sejenis pohon mindi (Melia azedarach) ini memang dibawa oleh Bung Karno saat melaksanakan berhaji pada 1955.
Arafah, padang pasir yang terletak sekitar 25 kilometer di timur Kota Mekah, adalah simbolisasi Padang Masyar, tempat pengadilan manusia kelak.
Pohon Sukarno di Arafah. (Foto: Masshar2000)
Padang Arafah juga memiliki suhu udara yang sangat panas. Bahkan suhu bisa mencapai 47-48 derajat Celsius. Tak pelak jemaah yang sedang wukuf di sana akan merasa kepanasan yang menyengat, sehingga tidak sedikit yang cepat keletihan saat berada di situ. Kendati tersedia tenda berikut water cooler.
Di luar musim haji, Padang Arafah sangat gersang dan nyaris hanya sedikit terdapat bangunan karena memang sehari-hari nyaris tidak ada manusia yang singgah ke sana. Namun di beberapa lokasi Padang Arafah yang seluas 240 ribu meter persegi atau 5,5 × 3,5 kilometer itu, terdapat rimbunan pohon yang seringkali dijadikan tempat berteduh bagi warga yang ada di sana.
Tak cukup mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakkan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus tersebut. Kini 'Pohon Sukarno' tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota di Arab Saudi, baik di Mekah, Madinah, maupun Jeddah.
Khusus di kawasan Padang Arafah, 'Pohon Sukarno ini telah memenuhi sebagian besar Padang Arafah, sehingga selain merindangkan padang itu, juga untuk menghijaukan Arafah.
Dengan tinggi rata-rata 2 hingga 3 meter, pohon ini berdiri di sepanjang jalan-jalan utama Padang Arafah. Pohon dengan banyak manfaat ini juga tumbuh di lokasi-lokasi yang ditempati tenda-tenda jemaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan prosesi wukuf.
Boleh dibilang, keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menguranggi suhu panas saat jemaah haji melaksanakan wukuf. Pemerintah Arab Saudi memang secara khusus memelihara keberadaan 'Pohon Sukarno' ini. Di Arafah bahkan ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang pohon Sukarno.
Keberadaan Pohon Soekarno di Arafah memang diakui sejumlah orang yang berkunjung maupun sedang bekerja di lokasi itu merasakannya manfaatnya. Menjelang puncak haji biasanya banyak pekerja yang datang ke Arafah untuk mempersiapkan berbagai keperluan jamaah atau hanya sekedar membersihkan ilalang yang tumbuh sumbur di lokasi yang bakal ditempat jamaah saat wukuf.
Sekalipun pohon itu mendapat perawatan seperti dengan disiram air, tapi ketangguhan pohon itu tidak mati karena panas. Hal ini jelas membuat banyak orang yang kagum dengan ketangguhan pohon tersebut.
Pastinya jemaah Indonesia bisa berbangga diri dengan adanya 'pohon Sukarno' yang banyak dikenal oleh penduduk Arab Saudi itu.
Sakit-sakitan
Tidak banyak informasi resmi dari Kerajaan Arab Saudi tentang hal-hal yang berkaitan dengan Raja Saud bin Abdul Aziz. Hanya disebutkan, Raja Saud memprioritaskan sektor pendidikan di berbagai jenjang. Ia membuka sekolah-sekolah dan memberikan kesempatan yang pertama kali kepada kaum wanita untuk belajar. Pada saat yang sama, Raja Saud membangun rumah-rumah sakit, melakukan pengaspalan jalan, dan menekankan pada para menterinya untuk serius mengawasi jalannya proyek-proyek pemerintah.
Menurut beberapa sumber, Raja Saud mempunyai fisik yang kurang sehat hingga sering berobat di rumah sakit luar negeri, termasuk di Amerika Serikat dan Eropa. Raja Saud wafat di Athena, Yunani pada 1969, lima tahun setelah turun tahta pada 1964.(*)