Waisak, Mengerek Ekonomi Masyarakat Borobudur

Wisman dengan lampionnya pada acara Waisak. (Foto-foto: erwan/CowasJP)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Erwan Widyarto

-----------------------------------

INILAH yang diharapkan Menpar Arif Yahya. Setiap events di destinasi wisata harus berdampak ekonomi yang signifikan, hingga 170 persen multiplying effect-nya. Tidak saja buat pemerintah tetapi juga untuk masyarakat sekitar. Seperti event Peringatan Trisuci Waisak di Candi Borobudur yang jatuh tanggal 10 Mei 2017.

BACA JUGA: Tak Semua Boleh Terbangkan Lampion, Apa Syaratnya?​

"Pariwisata adalah sektor yang paling cepat, mudah dan murah untuk menaikkan devisa, PDB dan ketenagakerjaan. Mudah, karena recourses kita sudah hebat, alam dan budaya kita sudah sangat layak jual. Murah, karena hanya dibutuhkan 2 persen dari projection-nya, sudab bisa running. Mana ada industri yang seperti ini?" kata Arief Yahya. 

WAISAK1TL3p.jpg

Dari event selama tiga hari (Senin - Rabu (8-10/5/2017), Pengelola Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko mencatat ada dampak positif ekonomi yang meningkat. Puncak perayaan, 10 Mei malam, saat lampion dinaikkan, betul-betul menjadi objek foto, atraksi dan tontonan yang asyik. 

Hotel-hotel, homestay, dan penginapan banjir tamu. Belum lagi penjual suvenir, pemandu, dan tukang parkir yang jumlahnya ribuan orang. Ada 3.500 pedagang di candi Borobudur dan 76 pemandu wisata yang terlibat melayani para pengunjung. 

lampionfSk8p.jpg

"Mereka sudah pasti panen. Bayangkan ada 40 ribu wisatawan selama tiga hari peringatan Waisak yang berpusat di Borobudur," kata Hartanto, Divisi Pelayanan PT TWC (Taman Wisata Candi) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. 

Menurutnya itu dampak ekonomi yang tidak mudah di tengah lesunya ekonomi global. Industri wisata sebagai harapan baru pemerintah telah mewujudkan hasil yang kongkrit. 

Di Borobudur juga ada ratusan tukang parkir yang terlibat setiap hari. Mereka dikelola  secara swadaya oleh Karang Taruna Borobudur. Sedangkan untuk para pemandu wisata tergabung dalam Himpunan  Pramuwisata Indonesia (HPI). Untuk pedagang yang jumlahnya 3.500 kelompok terdiri dari penjual suvenir, warung makan, penjual pakaian  oleh-oleh dan lainya. 

WAISAKz3M8l.jpg

"Lumayan mas. Selama tiga hari rame pembeli. Kalao kenaikan sekitar 50 persen," ujar Sunar, penjual suvenir di kompleks Borobudur. 

Begitupun yang diakui penjaga hotel Manohara. Selama acara Waisak kamar hotelnya fullbook. Umumnya yang menginap para tamu dan panitia acara Waisak. "Mereka sudah booking jauh-jauh hari sebelumnya. Tahun ini lebih banyak,"aku petugas front office yang enggan disebut namanya.

biksugl85v.jpg

Warung makan sekitar juga panen. Mereka mendapat pesanan dalam jumlah besar. "Panitia Waisak selalu pesan ke warung kami. Sudah langganan tiap tahun,"papar Sumiatun, pemilik warung makan Padang.

Itulah bukti nyata bahwa pengelola wisata saat ini tidak bergerak sendiri. Tetapi selalu melibatkan masyarakat sekitar. 

lampion18eChF.jpg

"Event Waisak ini sangat menarik. Satu sisi tujuanya ritual ibadah umat Buddha. Tetapi tidak semata-mata ibadah karena telah membawa dampak ekonomi warga sekitar," tambahnya.

Ada ratusan hotel dengan ribuan kamar yang ada di sekitar Borobudur. Namun yang tergolong besar ada hotel Manohara, Plataran Borobudur Hotel, Saraswati Hotel dan lainya.Sebagai pengelola TWC, Hartanto berharap wisatwan tidak hanya ritual dan takjub dengan bentuk candi yang megah. Tetapi saat datang harus menggali warisan kebudayaan yang tercermin dari relief relief yang ada. Itulah mengapa tageline Borobudur adalah "Inspiring Heritage". 

Borobudur memendam warisan inspirasi jika digali dengan benar. "Borobudur ini wisata budaya mahakarya warisan nenek moyang yang perlu digali, sehingga datang ke Borobudur akan mendapat banyak ilmu dan inspirasi," harapnya.

Dalam dinding melingkar candi Borobudur seluas 5 hektare itu terdapat 2.672 panel relief dan 72 stupa. Dengan 504 arca Buddha terbanyak di dunia. Relief-relief tersebut menyimpan bermacam pesan sejarah dan kehidupan sosial. 

Mulai dari gaya hidup nenek moyang kala itu, seperti gaya pakaian, tata rambut, alat musik, pola pertanian, arsitektur, dan filosofi kehidupan dan norma-norma. 

"Wisatawan yang datang harus menggali semua itu supaya mendapat ilmu. Karena itu Borobudur sendiri kita sebut sebagai Perpustakaan Ilmu," imbuhnya. 

Ada ribuan cerita yang ada tinggal mau menggali yang mana. "Bisa diambil sesuai habbit/ketertarikan mereka apa."

Dari eksplore cerita atau pesan yang ada di Borobudur, ke depan pihaknya optimistis jumlah kunjungan akan lebih banyak. Selama ini saja selalu naik dari tahun ke tahun. Misalnya tahun 2015 jumlah kunjungan 3.558.691 wisatawan, tahun 2016 menjadi  3.899.916 wisatawan. Untuk 2017 targetnya 4.200.000 kunjungan. Dengan rata-rata kenaikan 5 -7 persen tiap tahunya. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda