Tradisi Ruwatan di Bulan Suro

Tradisi Ruwatan di Bulan Suro

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: K. Sudirman

----------------------------

DI Gedung Pertemuan Kantor Dinas Pertanian Jalan A Yani, Surabaya, hari Minggu, 1/10/2017 lalu dimanfaatkan untuk tempat acara diskusi dan sarasehan budaya. Sarasehan yang digelar oleh Radio Pertanian Wonocolo (RPW) tersebut dihadiri para pemerhati budaya yang ada di Surabaya. Sarasehan tersebut antara lain mengupas tradisi budaya yang ada di negeri ini. 

”Peserta yang hadir sangat antusias membahas masalah budaya. Nguri-uri (melestarikan) sangat diperlukan,” kata Untung S, penyelenggara sarasehan budaya yang diikuti sekitar 25 orang.

ruwatan1n4Mjs.jpg

Berlangsung hingga larut malam, bahkan kata Untung S, ada peserta yang bertahan sampai dini hari. Sebab, pada pagi harinya digelar wayang kulit untuk acara ruwatan. 

Bertindak sebagai dalang adalah Ki Ketang Sudarso dengan lakon Murwokolo, sebuah lakon khusus untuk acara ruwatan.Sebelum pagelaran wayang dimulai, panitia membuka acara ini dengan sebuah tarian. Tari khas Jawa yimur ini dibawakan oleh beberapa remaja putri. Sementara di tengah tarian khas ini ada seorang pemuda yang membawa “Gunungan”yang di belakangnya diikuti orang tua peserta ruwatan. Anak atau orang tua yang akan diruwat diwajibkan mengenakan busana putih-putih. Orang tua sebagai pendamping mengenakan busa bebas, dan selendang warna kuning yang dililitkan di tubuhnya.

ruwatan2ncrCS.jpg

Peserta ruwatan duduk dengan tenang di kursi yang disediakan panitia. Mereka wajib mendengarkan pergelaran wayang dari awal sampai akhir. Sejak pergelaran wayang dimulai tidak satu pun yang beranjak dari tempat duduknya, Mereka kelihatan serius mendengarkan cerita “Murwokolo” yang disampaikan oleh Ki Dalang. 

Di sisi kanan gedung yang ditempati ruwatan  tersebut dipenuhi dengan berbagai jenis sesajen. Di luar gedung disediakan satu drum air bercampur bunga. Ibu–ibu yang mengantar putranya untuk mengikuti ruwatan tersebut mengambil air bercampur bunga dalam drum. “Air yang saya ambil ini untuk mandi anak saya di rumah seusai mengikuti ruwatan," jelas seorang ibu.

ruwatan4dLwbN.jpg

Peserta ruwatan kali ini sekitar 160 orang, Menurun dibandingkan tahun lalu. Mereka berasal dari berbagai kota di Jawa Timur. Namun yang hadir dalam acara ritual ini hanya sekitar 75 orang. Peserta ruwatan yang tak hadir cukup mengirim sepotong baju dan guntingan rambut. “Baju dan rambut tersebut sudah bisa mewakili anak yang mau diruwat,’’  jelas Untung yang juga pimpinan Radio Pertanian Wonocolo kepada CowasJP.com.

Sebagai puncak acara ruwatan tersebut, Ki Dalang dan seseorang sesepuh memanggil satu-per satu mereka yang akan diruwat. Sesepuh yang ditunjuk untuk melaksanakan ruwatan ini berdoa mohon kepala Allah SWT agar mereka setelah mengikuti acara ini selamat dan diberi kelancaran dalam hidupnya.

ruwatan316jYa.jpg

Mereka yang diruwat antara lain anak “Gentoni Gentini” (anak laki perempuan atau perempuan lelaki), anak Ontang Anting (anak tunggal),  anak yang punya predikat “Sendang diapit pancuran" dan sebaliknya , Pasangan yang akan melangsungkan perkawinan, ada juga seorang pengusaha yang diruwat agar usahanya lancar dikabulkan oleh Allah SWT. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda