Zaman Keempat, Zaman Jababiro

GRAFIS: steemit.com

COWASJP.COM – KALAU ada yang bertanya: Kapankah datangnya kiamat? Tentu tak seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Tapi kalau merujuk kepada sebuah hadist Rasulullah SAW, sesungguhnya kita sudah berada di bagian keempat dari lima zaman kehidupan sebagaimana sabda beliau. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kita sudah berada di akhir zaman. Tinggal menunggu datangnya zaman kelima. Yaitu hari kiamat. 

Menurut sabda Rasulullah Muhammad SAW, zaman itu dibagi lima:

Pertama, zaman nubuwwah. Yaitu sejak zaman Nabi Adam sampai kepada zaman Rasulullah Muhammad SAW. 

Kedua, zaman khilafah, ketika umat Islam dipimpin oleh para Khulafaur Rasyidin. 

Ketiga, zaman Al Mulk atau zaman kerajaan. Yaitu, sejak berakhirnya masa Khalifah Ar Rasyidin sampai runtuhnya kekhalifahan Usmani di Turki. 

Keempat, zaman “Jababiro”. Ketika perbuatan maksiat terjadi di mana-mana. Para ulama, pemimpin terhormat dan orang-orang yang berjalan di jalan yang benar dikriminalisasi. Persatuan umat jadi lemah, padahal jumlah mereka banyak. Orang-orang bodoh jadi pemimpin, sementara mereka yang siap berjihad jumlahnya sangat sedikit. Orang yang benar dianggap salah. Yang salah dibenarkan. 

Kelima, zaman kekhalifahan kedua. Sebagian orang menyebutnya zaman khilafah ‘ala minhajin nubuwwah. Saat umat Islam dipimpin oleh Imam Mahdi. Dajjal muncul ke dunia dan Nabi Isa kembali diturunkan untuk membunuh Dajjal dan mengislamkan orang kafir.  

Kalau kita kaji lebih jauh, sesungguhnya sekarang kita sudah hidup di zaman keempat. Sekarang kita sudah dapat melihat tanda-tandanya. Kehidupan dunia yang carut-marut itu nyata di hadapan kita sekarang. Para pemimpin bodoh menguasai kehidupan kita. Karena sesungguhnya bukan dia yang berkuasa. Dia hanyalah boneka dari permainan pihak lain yang lebih berkuasa. Yang sejatinya pemegang tampuk kekuasaan. 

Zaman keempat yang disebut juga dengan masa Mulkan Jabariyyah ini menempatkan umat Islam sebagai kelompok yang tertindas. Meskipun jumlah mereka banyak, tapi mereka mengalami ketertinggalan dalam banyak hal. Mereka mengalami perpecahan yang luar biasa. Terpisah dalam kelompok-kelompok yang hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja. 
Mengaku beragama Islam tapi tidak faham apa itu Islam. 

Segala sesuatu yang berbau Islam ditakuti dan dimusuhi. Alergi terhadap segala hal yang berkaitan dengan Islam. Sunnah Rasul dan ajaran Islam yang sesungguhnya ditinggalkan dan diselewengkan. Banyak pemuka agama yang membebek kepada penguasa. Mereka dipergunakan penguasa untuk mencarikan dalil-dalil yang menguatkan kebijakan yang hendak diambil. Meskipun itu salah dan merugikan rakyat banyak. 

Para pemimpin boneka bercokol di mana-mana. Orang bodoh meskipun melakukan kesalahan dan kejahatan disanjung-sanjung. Yang benar dikriminalisasi dan disingkirkan. Korupsi dan berbagai bentuk tindak kejahatan berlangsung tanpa tersentuh hukum. Karena para pemimpin boneka hanya mementingkan kelompoknya. 

Sedangkan kelompok lain, yang menganjurkan amar ma’ruf nahiy mungkar sengaja dihancurkan. Dibuat tak berdaya. Sementara umat dibuat bingung karena tak berpengetahuan. 

Zaman jababiro juga ditandai dengan meluasnya kejahatan dan kemaksiatan. Orang-orang yang melakukannya – mulai dari rakyat jelata sampai pucuk pimpinan tertinggi sebuah negara – merasa bangga dengan apa yang mereka lakukan. Mereka merasa tidak melakukan sesuatu yang salah dan melanggar norma. Mereka melakukan apa saja sesuka mereka. 

Hidup bergelimang harta dan kekuasaan. Mereka lupa bahwa Allah membiarkan mereka dalam hidup penuh dosa dan kesombongan. 

Mereka tidak sadar bahwa semua itu adalah “istidraj”. Satu bentuk pemberian kesenangan bagi orang-orang yang dimurkai Allah. Agar mereka terus menerus lalai dan terlena dalam kesesatan. Sehingga mereka lupa bahwa alam kubur itu sudah begitu dekat. Kematian itu tak dapat dihindari. 

SEBUAH BAHAN RENUNGAN
 
Kita tidak tahu kapan kita akan meninggal dunia. Karena kematian tidak mensyaratkan tua maupun sakit. Sebab yang muda maupun yang sehat tidak ada jaminan untuk tidak didatangi mati. Apalagi kapan datangnya kiamat. Karena Rasulullah sendiri pun tidak tahu kapan datangnya. 

Meski demikian, sebagai bahan renungan, sepatutnya setiap orang sekarang menyadari bahwa kiamat itu sudah dekat. Karena sekarang kita sudah berada di zaman keempat itu. 

Artinya, satu langkah lagi untuk sampai ke zaman kelima. Yang merupakan akhir zaman. Seperti digambarkan Allah dalam Surah Al Qiyamah 1-5: “Aku bersumpah demi hari qiyamat. Dan Aku bersumpah demi jiwa yang menyesali dirinya sendiri. Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang belulangnya? Bahkan kami mampu menyusun jari jemarinya kembali dengan sempurna. Tapi manusia hendak membuat maksiat terus menerus.”

Ketika banyak orang tidak mau mengakui kebenaran. Hanya karena orang yang menyampaikan kebenaran itu orang-orang tidak berdaya. Sehingga kebenaran itu diabaikan. Dan segala hal dijelek-jelekkan. Termasuk agama. Karena menurut mereka, "agama bisa menghancurkan negara". Sehingga agama tidak boleh berdampingan dengan negara. Mereka yang berusaha memperjuangkan agama dianggap kaum ekstrimis penjual ayat. 

Dan Allah tetap membiarkan mereka dalam kesesatan itu. Seperti firman Allah Ta’ala dalam Surah Almukminun 54: "Fazarhum fi ghamratihim hatta hien”. Maka biarkanlah saja (wahai Rasul) mereka itu dalam kesesatan mereka dan kebutaan mereka terhadap kebenaran, hingga azab turun pada mereka.

dajal1.jpgGRAFIS: aberwarna.blogspot.com

Jika kita perhatikan situasi dan kondisi yang berkembang di negeri kita sekarang, apakah yang dapat kita pandang? Ibarat kata pepatah: Alam terkembang jadi guru. Tentunya kita berguru kepada alam. Dengan begitu, kita dapat melihat carut-marut kehidupan berbangsa dan bernegara kita.  

Dan kita melihat, pada zaman jababiro yang penuh kesesatan ini, Allah memperlihatkan kepada kita bahwa banyak pemimpin yang terbuai dengan kenikmatan hidup mereka. Terlena oleh kesenangan yang didapat dari ketinggian ilmu mereka. Dari kelihaian dan kelicikan mereka. Padahal semua itu adalah kesenangan semu. Sebuah “istidraj” atau pembiaran oleh Allah, yang membuat mereka kian tersesat. 

Siapa sajakah mereka itu? Imam Al Gazali menterjemahkan ayat54 surah Al Mukminun itu dengan pengertian: Masing-masing bangga dengan apa yang ada pada mereka. Dengan ketinggian ilmu mereka. Dengan kekayaan dan kemewahan hidup mereka. Padahal tidak banyak dari mereka yang bisa selamat dari ancaman siksaan Allah. 

Konon pada zaman Al Gazali, disebutkan bahwa mereka terdiri dari golongan batiniyah, zhahiriyah, kalam, filsafat dan tasawuf. 

Tapi di zaman Jababiro seperti sekarang, yang disebut termasuk dalam golongan ini adalah para politisi, ustad, ulama, akademisi dan mereka yang berada dalam pemerintahan. Tentu saja tepatnya adalah mereka yang terlalu membebek kepada kekuasaan. Sehingga lupa dan abai kepada tugas utama mereka. Yaitu untuk membimbing umat kepada jalan yang benar. Membangun kehidupan bersama sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Bukannya sebaliknya mereka justru tercebur ke jalan yang salah. Hanya karena mempertahankan kekayaan dan jabatan. 

Sangat menyedihkan, wakil presiden kita adalah ulama. Orang-orang pintar banyak yang duduk di parlemen. Para Profesor dan guru besar tidak sedikit di perguruan tinggi. Tapi mereka semuanya diam. Tidak peduli ketika hak-hak rakyat diselewengkan. Tidak mau tahu hukum dipermainkan suka-suka orang yang kuasa mempermainkannya. Tidak tergerak hatinya untuk berbuat, bahkan untuk sekadar bicara, demi perbaikan kehidupan masyarakat banyak. 

Mereka dibiarkan Allah tersesat tanpa batas, sampai nanti mereka benar-benar masuk ke liang kubur. Dan ketika itulah nanti penyesalan baru datang. Padahal sudah sangat terlambat.
“Iza zulzilatil ardlu zilzalaha. Wa akhrajatil ardlu atsqalaha. Wa qalal insanu ma laha.” Bila bumi diguncangkan dengan guncangan yang sangat dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya. Dan manusia bertanya: Apa yang terjadi pada bumi ini? Begitu bunyi firman Allah dalam surah Al Zalzalah 1-3. 

Tak dapat dibayangkan, begitulah hari kiamat yang dijanjikan Allah itu pasti datang. Mestinya jadi bahan renungan bagi seluruh umat manusia. Dari strata kehidupan paling tinggi sampai rakyat jelata yang papa. “Al Qari’ah. Malqari’ah. Yauma yakunun naasu kal farasyil mabtsuts. Watakunul jibalu kal ‘ihnil manfusy.” Apakah hari kiamat itu? dan tahukah kamu apa hari kiamat itu? pada hari itu manusia seperti laron yang berterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Surah Al Qari’ah 2-5).

Sungguh mengerikan bila mereka yang kini tersesat tidak cepat-cepat sadar diri. Bahwa hari-hari kiamat itu sungguh mengerikan. 

Hidup di dunia ini terlalu pendek untuk dinikmati dengan membiarkan diri terperangkap dalam jurang kemurkaan Allah. Padahal Allah menjanjikan kehidupan abadi yang penuh kesenangan.(*) 

Bandung, 01 Maret 2022.-

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda