ASO Atau Mati

DESAIN GRAFIS: Instagram/@SiaranDigitalIndonesia - smol.id.

COWASJP.COM – Industri media televisi nasional akan memulai babak baru, bulan depan. Bersamaan dengan berakhirnya bulan April 2022, selesai sudah siaran televisi melalui frekuensi analog. 

Selanjutnya stasiun televisi akan bersiaran di frekuensi digital. 

Saya sudah menikmati siaran TV digital itu dengan bagus di rumah ibu saya, di Grobogan, Jawa Tengah. Selama sembilan bulan menemani ibu yang sakit, saya jadi bisa membedakan kualitas siaran TV frekuensi analog dan frekuensi digital. 

Kualitas siaran TV frekuensi digital memang jauh lebih bagus. Tidak ada istilah kabur dan semut lagi. Kalau kualitas pancaran frekuensi digital buruk, layar TV akan langsung berwarna hitam.

Setelah zona Jawa Tengah dan Yogyakarta, masyarakat Bali akan segera menikmati siaran TV frekuensi digital, mulai awal Mei 2022 mendatang. Sosialisasi peralihan frekuensi ini tengah digencarkan. Salah satunya melalui webinar. 

JAGATERS SOSIALISASI DI BALI

Jagaters Studio akan menggelar sosialiasi untuk wilayah Bali pada hari ini, 9 Maret 2022. Webinar akan dikelola dari Studio Bintang di Jakarta Selatan. Para pembicara hadir secara online dari alamat masing-masing di Denpasar. Anda bisa mengikutinya di link ini: https://bit.ly/webinarsiarantvdigital 

Analog switch off (ASO). Tujuh tahun lalu isu ini begitu ramainya. Sampai melahirkan gugatan ke pengadilan segala. Sejumlah pemilik stasiun TV lokal merasa keputusan pemerintah untuk mematikan siaran TV menggunakan frekuensi analog sangat merugikan. 

Sebab, investasi pemancar yang nilainya miliaran rupiah itu bakal mangkrak. Selanjutnya mereka harus menyewa kanal ke pemenang mux. Kalau mau tetap bersiaran. 

Mengapa disebut pemenang mux? Karena mux itu diperoleh dari proses tender. Jadi bukan sekadar mengajukan izin mengelola mux. 

Saya pernah ikut proses tender sebagai pengelola mux. Mewakili JTV Surabaya. Kalah. Tidak ada satu pun stasiun TV lokal yang menang. Saat itu. Entah sekarang. Saya sudah lama meninggalkan industri media TV.

Saya telah meninggalkan JPMC, perusahaan induk jaringan TV lokal Jawa Pos, pada 2014. Saya berpendapat, masa depan media TV bukan siaran melalui frekuensi digital, melainkan siaran melalui jaringan internet: TV online.

tv-digital.jpgFOTO: Dok. Shutterstock - kompas.com.

Saya pun banting setir sebagai penyedia jasa live streaming. Mendistribusikan konten video menggunakan jaringan internet untuk berbagai jenis stasiun televisi (analog, kabel, satelit). Sampai akhirnya membangun sebuah stasiun TV online.

UCS TV, nama stasiun TV online itu, bersiaran selama dua tahun. Tak lama setelah saya resign pada 2016, call sign UCS TV berubah menjadi Verta TV. Usai pemilu 2019, Verta TV tak bersiaran lagi. 

Selepas dari UCS TV, saya menemukan gagasan mengembangkan jasa video conference yang saat itu belum dilirik siapa pun. Aplikasi video conference Webex sudah mulai diperkenalkan pada tahun 2009. Setahun kemudian, lahirlah Zoom. Google Hang Out menyusul tak lama setelahnya.

Jangan membayangkan Webex, Zoom dan Hang Out sudah secanggih hari ini. Kemampuan ketiga aplikasi itu masih sangat sederhana. Jumlah orang yang bisa berinteraksi juga paling banyak baru 25 orang. 

Pada saat itulah saya mulai memperkenalkan teknik produksi dalam industri broadcast ke dalam produksi video conference. Web camera diganti broadcast camera. Tidak hanya satu kamera, melainkan hingga empat kamera sekaligus. Menggunakan alat tambahan: Video switcher.

Bermain-main dalam blue ocean industry membuat Jagaters cepat dikenal publik. Setelah berdarah-darah selama dua tahun, situasi berubah. Order produksi terus meningkat . Puncaknya tahun 2021. 

Bagaimana prediksi tahun 2022? Saya benar-benar tidak bisa membaca masa depan. 

Mungkin metaverse? Entahlah. 

Saya tidak yakin masa depan media TV ada di frekuensi digital. Walau saat ini begitu banyak orang yang mengurus izin siaran TV. Sebagian di antaranya ternyata bisnisnya jual-beli frekuensi.(*) 

Penulis: JOKO INTARTO, Founder Jagaters.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda