COWASJP.COM – Idul Adha berlalu, penyanyi Dewi Perssik masih konflik dengan Ketua RT soal hewan kurban. Konon, Dewi kurban sapi ditolak Ketua RT, malah dipalak Rp 100 juta. Didamaikan, ternyata itu salah paham. Di tengah perdamaian, masih cekcok lagi, akhirnya dead-lock.
***
PERKARA itu lucu. Dewi dan Ketua RT bernama Malkan, sebenarnya sama-sama tidak salah. Sama-sama berniat baik. Niat baik ketemu niat baik, menghasilkan percekcokan. Aneh, tapi sering terjadi.
Awalnya, Dewi mengunggah di medsos, dia kurban seekor sapi dan seekor kambing. Tapi ditolak Malkan.
Instagram Dewi, Selasa, 27 Juni 2023: “Bapak RT Lebak Bulus (Jakarta Selatan) 2 RT 4 RW 6 tidak menerima daging kurban dari dewi perssik, katanya warganya sudah banyak daging kurbannya jadi tidak butuh.”
Dilanjut: "Kalau pun mau dibantuin kurban sapi, harus bayar Rp 100 juta. Gitu versi sopir saya, lapor ke saya."
Spontan viral. Warganet membela Dewi, mencela Ketua RT Malkan. Lalu ribut. Lantas didamaikan di Masjid Babul Khoirot, Cilandak, Jakarta Selatan, dekat rumah Dewi, Kamis, 29 Juni 2023. Para pihak cekcok dihadirkan, ditengahi pengurus masjid.
Di situ kronologi terungkap, begini: Senin, 26 Juni 2023 pukul 10.00 WIB seekor sapi dan seekor kambing milik Dewi, didrop ke masjid itu, oleh ustadz Qurtubi (tetangga Dewi) yang bantu membelikan dua hewan itu dari Cirebon, Jabar.
Qurtubi ke Malkan: “Pak RT, Mbak Dewi mau kurban sapi dan kambing. Saya serahkan di sini, ya.” Malkan menerima dua hewan itu. Diikat dekat masjid.
Asisten rumah tangga (ART) Dewi Perssik, Rosmini saat ditemui wartawan Warta Kota, Rabu (28/6/2023). (FOTO: Warta Kota/Nurma Hadi)
Sekitar enam jam kemudian, datanglah sopir Dewi membawa truk, menemui Malkan. Minta tolong Malkan bantu menaikkan sapi dan kambing itu, bersama pemuda karang taruna setempat.
Malkan: “Lho… katanya mau kurban di sini?”
Sopir: “Ya, tapi kata Mbak Dewi motongnya gak di sini. Di tempat lain. Tapi, dagingnya buat warga sini. Minta tolong daftar nama warga. Sekalian tolong bantu naikkan sapi dan kambing ke truk bersama karang taruna. Ini ada uang rokoknya.”
Malkan: “Saya gak butuh uang rokok seratus dua ratus ribu. Dikasih seratus juta pun saya gak mau. Sana… bawa sapinya. Warga sini gak butuh daging.”
Sopir: “Gimana sih, Pak RT kok marah-marah?”
Malkan: “Cepet… bawa sendiri sapi kambing. Cepet… Kalau sampai jam tujuh belum diambil, saya akan lepas.”
Sopir lalu lapor ke Dewi. Pak RT marah, menolak sapi, minta seratus juta. Akhirnya Dewi mengunggah di Instagram itu.
Kemudian, Dewi melalui sopir dan pembantu, mengerahkan pemuda karang taruna, mengangkut sapi dan kambing itu. Disembelih di tempat lain. Semua dagingnya didrop ke rumah Dewi, lalu dibagikan semua ke warga sekitar. Habis.
Malkan sewot. Kepada wartawan ia mengatakan: “Saya kan malu pada warga saya. Sepertinya saya kagak dipercaya motong daging kurban. Kalau enggak niat kurban, bilang aja.”
Dewi juga marah. Kepada wartawan, bilang: “Masak, Ketua RT kayak gitu. Saya kurban bukan sekali ini saja. Tiap tahun. Saya pernah bagi-bagi sembako buat warga sini, tapi ia (Malkan) malah enggak jelas baginya ke siapa.”
Ketika didamaikan di masjid, ditonton warga, malah tambah ribut. Malkan marah dituduh memeras Dewi Rp 100 juta. Sebaliknya, Dewi membalas sengit, begini:
"Lha maksud saya, bapak… Bapak bisa nggak, bapak tidak emosi pak? Bapak ini kan RT gitu, lho…. Kami kan warga. Otomatis, kami kan anak. Dan, bapak adalah bapak kita. Bisa nggak, bapak bicara baik-baik?”
Warga di dalam dan di luar masjid, menyoraki: “Wooow….” Ada juga yang tepuk tangan. Bersuit-suit. Sebagian warga masih menenteng tas kresek isi pembagian daging. Di antaranya daging dari Dewi.
Malkan tambah ngamuk, mendamprat Dewi lebih keras lagi. Dewi balik membalas lebih tajam. Mengungkit soal dia pernah membagi sembako. Malkan kaget. Membela diri, membentak. Akhirnya Dewi meninggalkan masjid, sambil menangis.
Warga masih menonton. Tidak segera pulang, memasak daging. Tas kresek isi daging masih mereka tenteng. Mungkin, mereka anggap drama itu lebih seru daripada langsung masak daging.
Dewi pergi, jalan di antara kerumunan warga. Kelihatan, warga kasihan ke Dewi. Ada yang nyeletuk: “Yang sabar…. Mbak Dewi.” Disapa begitu, Dewi berusaha senyum.
Dewi diikuti pembantunya bernama Rosmini. Ngintil, mengikuti Dewi jalan pulang sambil menangis. Rosmini dicegat wartawan, ditanya kronologi
Rosmini: “Sebenarnya, sopir Mbak Dewi itu orangnya agak budeg. Mungkin pak sopir salah denger soal seratus juta itu. loh….” Setelah bicara begitu, Rosmini jalan ngibrit, mengikuti bos Dewi.
Malkan keluar masjid. Ia tampak masih tidak puas. Kepada wartawan ia mengatakan, tidak ingin ribut-ribut.
Malkan: “Sekarang, kan Idul Adha. Hari yang paling sakral buat saya. Dengan disembelihnya hewan ini, merupakan cerminan bahwa kita ini masih memiliki sifat-sifat kebinatangan. Yang harus dimusnahkan dari diri kita."
Dilanjut: "Saya ini nggak mau jadi manusia, tetapi masih memiliki sifat kebinatangan, tanpa berpikir. Sudah gitu aja.”
Malkan justru ceramah. Tapi, tidak menyebut, Nabi Ibrahim AS atas perintah Allah agar mengurbankan puteranya, Ismail, dan perintah itu dipatuhi Ibrahim, lalu dibatalkan Allah.
Tidak. Malkan tidak cerita itu. Melainkan, soal menyembelih sifat-sifat kebinatangan pada diri manusia. Mungkin maksudnya, emosi binatang. (*)