COWASJP.COM – Sah, anak Siti dan Dian tertukar di RS Sentosa Bogor, setahun lalu. Polres Bogor memutuskan, Jumat (25/8/2023) malam, bayi harus ditukar. Proses tukar melalui tahap pengenalan sebulan, dikawal Kementerian PPPA.
***
PROSES itu sudah disepakati bersama para pihak di Polres Bogor. Deputi Perlindungan Khusus Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar, yang mengawasi PENANDATANGANAN kesepakatan, mengatakan begini:
"Langkah-langkah penyesuaian pengembalian anak dari ibu S ke ibu D, juga dari ibu D ke ibu S, melalui tahapan yang disepakati. Proses empat pekan."
Dengan begitu perkara bayi tertukar itu sudah selesai secara hukum. Siti dan Dian ikhlas. Mereka berpelukan, usai tandatangan kesepakatan.
Yang menegangkan, adalah saat menunggu keputusan itu. Prosesnya di Polres Bogor, Jumat (25/8) sejak pukul 16.00 WIB sampai tengah malam.
Ny Siti dan Ny Dian bersama rombongan keluarga masing-masing datang ke Polres sejak sekitar pukul 15.00 WIB.
Sore itu adalah sore terpenting dalam hidup Siti. Dia menghadiri undangan Polres Bogor untuk mendengar keputusan hasil uji DNA silang, antara:
Siti-suami (Muhammad Tabrani, 52)-anak mereka (Muhammad Rangkuti Galuh, setahun) di satu pihak. Dengan Ny Dian-suami-anak mereka di pihak lain.
Uji DNA silang dilakukan di Puslabfor Polri, Senin (21/8). Penentu ilmiah, apakah bayi Siti benar-benar tertukar dengan bayi Dian.
Cuaca di luar Mapolres Bogor mendung tipis. Langit kelabu. Seperti suasana hati Siti yang juga mendung kelabu. Tangisnya bisa pecah sewaktu-waktu. Apakah hasilnya bayi Siti tertukar, ataukah tidak? Sama-sama sedih. Sama-sama menyayat hati.
Seumpama dinyatakan tertukar, dia harus melepaskan Rangkuti Galuh yang sudah setahun ini disusui, dirawat, disayangi. Untuk diserahkan kepada Dian sebagai pertukaran.
Seandainya diputuskan tidak tertukar, lebih hancur lagi. Karena hasil uji DNA di lab Cempaka Putih, Jakarta Pusat, pertengahan Mei 2023 dipastikan, Rangkuti bukan anak biologis Siti. Seratus persen.
Sedangkan uji DNA silang berfungsi memastikan, bayi Siti tertukar dengan bayi Ny Dian. Kelahiran keduanya sama di RS Sentosa Bogor, Senin, 18 Juli 2022 siang, beda menit. Dari puluhan kelahiran di situ, di hari itu, cuma ada dua bayi laki itu.
Siti ditanya wartawan, dia memotong cepat: "Ah, nanti saja." Lalu dia menghindar, menyelinap masuk ke ruangan Satreskrim di lantai dua. Wajah Siti muram. Dahi berkerut. Pandangan kosong. Dia berjalan dengan mata menerawang.
Padahal dua hari sebelumnya dia banyak omong ke wartawan. Berceloteh tentang galau hati merawat Rangkuti, sementara setiap malam dia selalu bertanya-tanya: Kira-kira sedang apa anak kandungnyi malam itu? Disusui (oleh Ny Dian) atau tidak? Nangis atau tidak?
Siti: "Saudara-saudara saya udah nasihatin, udahlah... kata mereka. Diikhlasin aja. Dibawa ikhlas aja. Rangkuti udah terlanjur cinta ke kamu (Siti). Kalau kamu tukar, gimana Rangkuti?"
Nasihat itu membuat Siti terombang-ambing. Antara menukarkan Rangkuti, atau tetap memelihara? Sedangkan naluri keibuan Siti tidak matching dengan Rangkuti. Dia terus memikirkan anak laki yang cuma sempat sekali dia susui, ketika baru procot lahir, Senin, 18 Juli 2022 di RS Sentosa, Bogor. Setelah itu tertukar sampai sekarang.
Siti: "Emang, secara lisan saya bisa bilang ikhlas merawat Rangkuti. Tapi batin enggak. Tetep kalau malam bertanya-tanya anak saya di mana?"
Dia jelaskan ke wartawan, banyak faktor yang dia pikir. Andaikata dia terus-menerus merawat Rangkuti, yang sudah jelas bukan anak biologisnyi berdasarkan hasil tes DNA, terus bagaimana kelak?
Dilanjut: "Bukannya saya tega ngelepas anak yang udah dirangkul setahun. Dari air susu, ibaratnya udah enggak itung-itungan. Tapi dampak ke depan.... Kan, bukan kambing, yang setelah gede dijual? Anak, kan puluhan tahun sama kita. Khawatirnya bermasalah ke depannya."
Siti masih bisa bergurau, membandingkan anak orang dengan kambing. Karena hati yang galau.
Sebaliknya, Ny Dian tiba di Polres Bogor belakangan, setelah Siti dan suami didampingi kuasa hukum, Rusdy Ridho. Rombongan Ny Dian didampingi suami dan kuasa hukum mereka, Binsar Aritonang. Hadir pula di situ pihak RS Sentosa dan perwakilan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Dian menolak bicara dengan wartawan. Wajah Dian lebih murung dibanding Siti. Dian jalan cepat, masuk gedung Satreskrim Polres Bogor. Dian kelihatan syok. Dibanding Siti, Dian lebih syok. Karena dia baru tahu hal itu (bayi tertukar) sepekan lalu. Ketika kasus ini sudah heboh di media massa.
Di ruang Satreskrim. Mereka berkumpul. Itulah untuk pertama kali Siti dan Dian bertemu intens. Siti pernah mendatangi rumah Dian, beberapa bulan lalu menyampaikan tertukar itu. Tapi, Dian tak mau menemui Siti. Menyatakan tegas, bahwa bayi yang dia bawa pulang dari RS Sentosa, tidak tertukar. Dian menolak bicara soal itu.
Di ruang Satreskrim Polres Bogor, Siti dan Dian sama-sama menangis. Sangat keras. Meraung-raung. Duet tangis yang terdengar sampai lantai satu, tempat wartawan berkumpul. Sangat mengharukan buat yang mendengarnya.
Ini kejadian luar biasa. Dahsyat. Buat dua wanita ini. Hati mereka tercabik-cabik oleh kasus ini. Bisa dibayangkan, betapa pilu mereka.
Sebagai ilustrasi, menggambarkan suasana hati mereka, kejadian yang persis sama terjadi di El Salvador, menimpa ibu bernama Mercy Casanellas, 38 (sebaya Siti). Bayi Casanellas laki, diberi nama Yacub. Lahir di Centro Ginecologico di El Salvador, pertengahan Mei 2015.
Beritanya heboh. Mirror memuat 22 November 2019 dengan judul, "It took baby who was swapped at birth 18 months to recognise me as real mum" Ada juga DailyMail, terbitan 23 November 2019 dengan judul, “Mother who nursed the wrong baby for weeks after hospital blunder speaks out and tells how her real son took 18 months to believe she was his real mum”.
Casanellas asli El Salvador. Suami berkebangsaan Inggris, Richard Cushworth, 41. Mereka sudah punya anak laki, Kenji (waktu itu usia 18). Yacub anak ke dua.
Mirip kasus Siti, Casanellas awalnya tidak tahu, bayinyi tertukar dengan bayi siapa. Casanellas sempat melihat wajah bayinyi, pada detik-detik awal kelahiran. Waktu itu dia tidak didampingi suami yang sedang bekerja.
Casanellas: “Waktu itu saya lega sekali, saat akhirnya melihat wajah gantengnya. Saya berpikir, wow…. ia mirip sekali dengan Richard.”
Dilanjut: “Dia masih kecil. Jadi dokter membawanya pergi. Saya kelelahan. Kata Dokter, saya terlalu gugup. Lalu, mereka memasang masker di wajah saya, dan saya langsung tertidur.”
Beberapa jam kemudian Casanellas terbangun oleh bunyi roda boks bayi yang didorong perawat masuk ke ruangan dia. Begitu Casanellas melihat wajah bayi, dia kaget. Tidak sama dengan yang dia lihat sebelumnya. Ia bertanya ke perawat:
“Apakah ada kesalahan? Ini bukan bayi saya yang saya lihat sebelumnya.”
Perawat meyakinkan Casanellas, bahwa itulah bayi yang dia lahirkan. Tapi Casanellas masih mendebat. Kemudian perawat memanggil dokter untuk menjelaskan.
Dokter: “Betul, ini bayi ibu. Tidak salah. Kalau ibu merasa bukan, itu biasa terjadi pada perempuan yang baru melahirkan. Juga pengaruh bius.”
Casanellas lega. Ia percaya pada ahlinya. Setelah sehari dirawat, Casanellas dan bayi pulang. Mereka disambut Richard dan si sulung, Kenji. Casanellas sempat menceritakan ke Richard, di awal kelahiran bayi itu wajahnya sangat mirip Richard, sekarang tidak.
Richard ketawa, katanya, wajah semua bayi hampir sama. Lantas, bayi itu diberi nama Yacub. Disayangi sebagai anggota baru keluarga itu. Tapi, hati Casanellas terus bergolak. Dia terbayang-bayang pandangan pertama saat bayi itu baru lahir, sekarang tampak beda.
Karena terus galau, Casanellas dan Richard sepakat uji DNA di Texas, karena mereka sudah pindah ke sana dari El Salvador. Saat itu akhir September 2015. Yacub usia empat bulan lebih.
Tiga hari kemudian hasil uji DNA keluar. Disampaikan lewat telepon oleh pihak laboratorium kepada Casanellas.
Casanellas: “Suaranya tegas. Tapi di telinga saya bagai petir menggelegar: Pasti itu bukan anak biologis ibu. Karena hasil uji DNA tidak identik.”
Waktu itu Casanellas sedang menggendong Yacub. Casanellas lemas, rebah ke lantai dengan Yacub masih di gendongan. Richard waktu itu sedang di rumah, bertanya apa yang terjadi?
Spontan, mereka membawa Yacub terbang ke El Salvador. Langsung menggugat ke pengadilan setempat. Pihak pengadilan memproses. Beberapa hari Richard dan Casanellas menginap di hotel di sana. Menunggu. Sangat gelisah.
Sepekan diproses, ada hasilnya. Terbukti benar. Bayi Casanellas tertukar dengan bayi yang dilahirkan perempuan (tidak disebut identitas) di rumah sakit yang sama, pada tanggal yang sama. Itu hasil uji DNA silang.
Akhirnya, pihak pengadilan mempertemukan mereka. Untuk bertukar anak.
Dilakukan pertukaran bayi di hadapan hakim. Casanellas menangis sejadinya. Meratap pilu, saat melepas Yacub. Perempuan lawan, juga mewek abis. Menyerahkan bayi laki yang sudah diberi nama Moses.
Yacub ditukar dengan Moses. Dalam duet tangis antar ibu-ibu mereka.
Casanellas: “Itu adalah hari terbaik dan sekaligus terburuk dalam hidup saya. Seperti kehidupan baru, dan kematian mendadak sekaligus. Saya berteriak-teriak, karena betapa pun Jacub adalah bayiku juga.”
Setelah pertukaran selesai, problem belum selesai. Casanellas menceritakan, Moses tidak akrab dengan Casanellas. Salah satu cirinya, Moses tenang saja jika ditinggalkan Casanellas. Tidak klayu (rewel, minta ikut). “Saya seperti baby sitter saja,” ujar Casanellas.
Berbulan-bulan begitu. Casanellas sedih dan bingung. Berlarut. Terbersit pikiran, mau menukarkan lagi dengan bayi Yacub. Tapi pikiran konyol itu segera dia tepis. “No way. Inilah bayiku,” pikir Casanellas.
Waktu beringsut lambat. Kian lama Casanellas kian akrab dengan Moses. Setahun setengah sejak pertukaran bayi, baru-lah Moses menangis jika ditinggal sang Mama. Sebulan kemudian, Moses bisa memanggil: Mama….
Di kasus bayi Siti, pastinya bakal begitu juga. Manusia, bangsa apa pun, soal ini pasti sama. Universal. Kasus ini pasti membuat ibu melahirkan jadi paranoid. Ngeri… Kalau bisa, bayi lahir jangan pernah dipisah dari ibunya. Sampai pulang dari RS. (*)