COWASJP.COM – SAYA masih teringat kala semua divisi (redaksi, pemasaran, iklan, umum, percetakan, ekspedisi) masih bermarkas di Jalan Kembang Jepun, Surabaya.
Saat itu Jawa Pos masih punya mesin cetak tua bermerk Herys. Tahun 1982 - 1989. Kemudian koran Jawa Pos berkembang pesat. Dari koran bertiras sak becak (cukup diangkut satu becak) menjadi lebih dari 100.000 eksemplar per hari.
Kemudian 1989 Jawa Pos bisa membangun percetakan anyar modern di markas barunya, di Karah Agung Surabaya. Dan, kami semua boyongan ke Karah Agung.
Era inilah Pak Eric Samola menjadi pucuk pimpinan Jawa Pos. Beliaulah yang mengorbitkan Pak Dahlan Iskan ke puncak prestasi. Dan didukung penuh Laskar Jawa Pos yang loyal dan militan. Semua divisi loyal dan militan!
Di ulang tahun Jawa Pos ke 41 tahun 1990, Pak Eric Samola di markas besar Karah Agung mengalungkan karangan bunga kepada karyawan percetakan yang berprestasi. Yaitu Ruswandi, yang sekarang tinggal di Tulungagung, Jatim, bersama isterinya.
Divisi Percetakan Jawa Pos waktu itu dikomandani oleh Pak Karmaun.
Pak Eric Samola begitu menghargai para karyawan yang berprestasi. Penghargaan juga diberikan kepada seluruh karyawan berupa gaji yang bagus. Berbagai tunjangan dan bonus. Bisa diibaratkan saat itu para karyawan merasa tidak pernah kehabisan uang. "Duwik durung entek, wis oleh duwik maneh. (Uang belum habis, sudah dapat uang lagi)."
Inilah yang menyebabkan loyalitas dan militansi para karyawan semakin berkobar. Pak Eric Samola berprinsip: "Majunya dan besarnya perusahaan adalah berkat jerih payah semua Karyawan."
Para karyawan benar-benar merasa sejahtera. Kala itu gaji satu tahun bisa diterima 18 sampai 20 kali gaji.
Para Relawan di rumah mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos: Dhimam Abror Djuraid (ke 2 dari kanan). Penulis paling kanan. (FOTO: Dok. Relawan Pejuang Saham dan Deviden Jawa Pos)
Rekreasi setiap tahun diprogram rapi. Saat itulah saya bersama keluarga pertama kali naik pesawat carteran dari Bandara Juanda ke Denpasar, Bali. Jawa Pos carter 3 pesawat Garuda! Top markotop!
Rekreasi dari tahun ke tahun terus berlanjut sampai ke beberapa negara.
Sayang, pada tahun 2000 Pak Eric Samola -- setelah sekian tahun sakit -- meninggal dunia. Semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa Beliau. Dan arwah Beliau mendapat tempat di sisi Allah. Aamiin.
Ketika muncul masalah saham karyawan sebesar 20 persen dan devidennya, semula saya belum paham.
Ketika buku Konflik Jawa Pos yang ditulis Cak Bahari terbit, di situ semua masalah terungkap. Jika Anda ingin mengetahui permasalahan itu, beli saja buku tulisan Cak Bahari tersebut.
Di tahun 1998 manajemen Jawa Pos mulai dipilah-pilah. Divisi Percetakan berada di bawah naungan PT Temprina. Gedung Graha Pena di bawah naungan PT Graha Pena. Pemilahan ini dilakukan oleh Pak Dahlan Iskan.
Aset Jawa Pos begitu besar. Jawa pos punya Graha pena tidak di Surabaya saja. Di berbagai kota. Di kota Medan pun ada. Saya pernah berkunjung ke Graha Pena Medan.
Semua pihak yang memakai ruang Graha Pena untuk bekerja harus bayar uang sewa kepada Graha Pena. Temprina pun menyewa gedung percetakan di Graha Pena. Ya harus bayar. Begitu juga koran Jawa Pos ya harus bayar. Serba bayar.
Suatu ketika di bulan Januari 2023 saya diundang makan-makan oleh mantan keuangan Temprina di sebuah restoran. Ketika dia membicarakan aset Jawa Pos mulai dari Aceh sampai Papua di tahun 2015 saja sudah mencapai Rp 18 triliun. Saya percaya karena Beliau ahli ngitung (akuntan).
Nanang Kushardianto (kiri, mantan striker Niac Mitra) dan Imam Gozali, mantan karyawan pracetak Jawa Pos. (FOTO: Soerijadi)
Kala tahun 2015 aset Jawa Pos Grup Rp 18 T. Berarti bila saham karyawan 20%, nilainya Rp 3,6 T. Ah besar sekali. Apakah benar sebesar itu? Saya sepertinya tidak percaya.
Benar atau tidaknya angka tersebut, Tim Pejuang Hak Karyawan Jawa Pos dan Yayasan Pena Jepe Sejahtera tentu menelitinya.
Berapa pun angka sebenarnya, yang pasti hak karyawan berupa saham 20 persen beserta devidennya harus dikembalikan kepada para karyawan. Deviden sejak tahun 2002 sampai 2022. Entah bagaimana nanti kesepakatan terbaik yang akan diperoleh dari semua pihak. Dari para pengacara pihak Yayasan maupun pihak Jawa Pos Holding.
Kita harapkan segera diperoleh solusi terbaik bagi semua pihak. Mumpung para pemilik saham dan karyawan era Kembang Jepun dan Karah Agung masih banyak yang hidup. Mereka sudah berusia di atas 50 tahun, bahkan ada yang sudah di atas 70 tahun.
Demi kebaikan Pak Dahlan Iskan dan seluruh para pemilik saham. Semoga semuanya husnul khatimah. Salam damai. (*)
Penulis: Muchammad Arifin, mantan karyawan Percetakan Jawa Pos.