Cerita dari Madinah

Hindari Peziarah Siluman, Petugas Raudah Lakukan Pemeriksaan Ekstra Ketat

Petugas kloter 34 Sub, mendampingi jama'ah hendak memasuki Raudah. Paling kiri penulis. (FOTO: Ramly Syahir)

COWASJP.COMMINGGU 9 Juni 2024. Pada musim haji tahun ini, memasuki kawasan Raudah di Masjid Nabawi tidak semudah dulu lagi. Pihak pengelola Masjid Nabawi menerapkan peraturan yang ektra ketat kepada para peziarah dari berbagai negara. 

Untuk musim haji tahun ini, memasuki Raudah memang perlu kesabaran dan keuletan tersendiri bagi para peziarah. Pengalaman saya sendiri saat mengantarkan peziarah dari kloter 34 SUB yang akan masuk ke Raudah diawali dengan koordinasi pihak sektor Madinah. Mereka sudah mengantongi Tasrih (surat keterangan) yang berisi nama-nama jama’ah lengkap dengan jam kunjungan.

Pada tahapan ini, pihak sektor meminta petugas kloter agar jama’ah haji yang berminat ke Raudah berkumpul 30 menit sebelum jam kunjungan yang sudah ditentukan. Mereka akan ditempatkan di depan pelataran pintu 360 yang berdekatan pemakaman Baqi’. 

Semua jama’ah yang terdaftar dalam Tasrih diatur berbaris sesuai dengan jam kunjungan. Petugas Masjid Nabawi akan mengkonfirmasi nama-nama jama’ah dengan menanyakan langsung kepada petugas sektor dan petugas kloter. Proses ini hampir memakan waktu satu jam.

Begitu tiba waktu masuk Raudah, para peziarah akan diarahkan menuju pintu pemeriksaan pertama. Di chek point ini, pengetatan pemeriksaan sudah semakin terasa. Artinya, selain peziarah yang tidak masuk dalam manifes, dengan sendirinya akan ditolak bergabung. Memang pada pemeriksaan ini, masih didapati penyusup dari jama’ah lain. Namun, jika pun peziarah siluman ini lolos di pemeriksaan pertama, mereka belum jaminan bisa lolos di pos pemeriksaan kedua. 

BACA JUGA:  Terobosan Arab Saudi Manjakan Jama'ah Haji​

Di pos pemeriksaan kedua, peziarah yang nama ID card-nya tidak sesuai dengan yang terdapat di lembaran Tasrih, dengan sendirinya akan ditolak masuk. Saat itulah, peziarah siluman ini akan dihalau keluar dari rombongan. 

Bagi jama’ah yang sesuai dengan nama yang tertera di lembaran Tasrih kemudian diarahkan masuk ke waiting area (kawasan tunggu) di dekat pintu 38 Masjid Nabawi. Di kawasan ini, peziarah diatur per kelompok untuk bersiap-siap memasuki Raudah. Di kawasan ini, pihak pengelola Raudah akan mempersilahkan para pengguna kursi roda dan orang tua renta, untuk memasuki kawasan Raudah terlebih dahulu.

Begitu peziarah yang berkebutuhan khusus sudah memasuki Raudah, barulah pengunjung lain akan diarahkan masuk sesuai shift yang telah ditentukan. Di kawasan Raudah, para peziarah diberi kesempatan sholat dan berdo’a tidak lebih dari 20 menit. Setelah itu petugas menyuruh keluar untuk kemudian diganti oleh peziarah lain yang berada di kawasan tunggu. 

Di kawasan tunggu ini, masih saja ada jama’ah yang berebut untuk mendahului antrian. Namun, dengan kesigapan petugas, mereka mengancam untuk mengeluarkan peziarah yang tidak mau diatur. Cara ini ternyata cukup efektif sehingga membuat peziarah menjadi tertib kembali.

Memasuki kawasan Raudah memang sudah tidak mudah lagi. Bahkan bisa berulang kali dilakukan, walaupun memang bisa berkunjung hanya dua kali melalui fasilitas aplikasi Nusuk. 

BACA JUGA: Kesigapan Petugas Arab Saudi Melayani Jama'ah Tersesat​

Pada aplikasi Nusuk tersebut, calon pengunjung cukup mendownload aplikasi Nusuk pada play store, lalu melakukan login dengan memasukkan nomer paspor dan nomer visa. 

Langkah berikutnya, calon pengunjung Raudah diminta untuk memilih waktu yang diinginkan. Setelah pengajuan diterima, para pemohon akan mendapatkan sertifikat dalam bentuk barcode yang harus ditunjukkan kepada petugas di pintu masuk. Namun ingat, jangan berharap bisa masuk ke Raudah tanpa memiliki Tasrih dan barcode pada aplikasi Nusuk.

Pernah ada peziarah asal Uzbekistan yang lolos di pemeriksaan awal, namun gelagatnya akan mencuri barcode milik kawan saya. Awalnya dia mendekati rombongan saya sambil melirik barcode kawan saya yang dalam feeling saya akan difoto. Benar saja, setelah saya mengusirnya, mereka langsung menjauh dan saat di depan pemeriksaan kedua, ternyata dia peziarah siluman. 

Petugas dengan tegas mengusirnya, walau peziarah tersebut merengek-merengek dengan mata sedikit menangis. 

Kebijakan pengaturan jadwal ke Raudhah melalui Tasrih dan aplikasi Nusuk ini diterapkan setelah banyaknya korban jatuh akibat terinjak-injak saat memasuki Raudah. 

Sebelum penertiban diberlakukan, calon pengunjung sudah berdiri di belakang pagar pembatas di bagian selatan Raudah. Begitu pintu dibuka, para pengunjung langsung berlarian. Cara berebut ini tentu tidak akan mencederai mereka yang berbadan kekar, namun pada saat yang bersamaan, justru menjadi petaka bagi yang lemah. (*).

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda