COWASJP.COM – H. SA'DUN begitu ia biasa dipanggil, terlahir 52 tahun lalu. Bapak dari 5 anak ini kesehariannya menjabat sebagai kepala sub bagian (kasubag) Kementerian Agama Kabupaten Probolinggo. Beliau diberi tugas untuk kedua kalinya sebagai ketua kloter.
Tugas sebagai ketua kloter tahun ini lebih menantang dari tahun 2016 (kali pertama beliau ditunjuk sebagai petugas kloter). Di samping banyaknya jama’ah yang risiko tinggi (risti), tahun ini kebanyakan jama’ah haji sudah berusia lanjut (lansia).
Kondisi jama’ah yang risti dan lansia ini membuat H. Sa’dun harus berjibaku mengawal jama’ahnya.
BACA JUGA: Tunda Tawaf Ifadhah demi Keselamatan Jama'ah
Selama di Madinah saja, handphone di sakunya selalu berdering yang mengabarkan kalau ada jama’ahnya yang tersesat. Begitu tahu ada jama’ahnya yang tersesat, tanpa pikir panjang beliau langsung menuju titik yang dimaksud. Bahkan, pantang baginya tidur sebelum jama’ahnya ditemukan.
Soal jama’ah tersesat di Madinah ini, H. Sa’dun bisa menjemput jama’ahnya sampai di tiga titik penjemputan. Tugas menjemput jama’ah ini bukan perkara mudah. Bisa sampai berjarak 2 km dari hotel tempat tinggalnya.
Para jama’ah yang tersesat ini kebanyakan karena sulitnya mengenali nama dan posisi hotel. Yang lucu, dengan santai jama’ah yang tersesat itu mengatakan kalau plang hotel semua sama seperti tulisan Al-Quran.
Mendengar alasan seperti ini, H. Sa’dun hanya bisa tersenyum.
BACA JUGA: Hindari Peziarah Siluman, Petugas Raudah Lakukan Pemeriksaan Ekstra Ketat
Di Mekkah, bagi H. Sa’dun lebih seru lagi, sebab harus menjemput dalam jarak dua kali lipat dari jarak di Madinah. Tersesatnya jama’ah di Mekkah memang lebih rentan, sebab pihak keamanan Mekkah sering melakukan buka-tutup jalur yang membuat jama’ah kebingungan mencari jalan masuk pertama kali.
H. Sa'dun (tidak berkacama) diapit kedua nakes dan penulis (paling kiri). (FOTO: Dok. Ramly Syahir))
Jadilah H. Sa’dun harus berjibaku menjemput jama’ah lansia dan risti yang tersesat tersebut dengan jarak yang lumayan jauh. Menurut ketua kloter yang lama mengenyam pendidikan di pesantren Nurul Jadid ini, soal jama’ah yang tersesat ini bukan cuma dari kalangan lansia. Mereka yang masih muda pun ada yang tersesat.
Tugas penjemputan jama’ah tersesat yang dipikul oleh H. Sa’dun ini memang selalu ia terima, karena di kartu pengenal jama’ah yang dikeluarkan oleh Kemenag tertera nomor handphone ketua kloter saja. Dengan demikian, siapa pun dengan mudah bisa membaca barcode di aplikasi Haji Pintar.
BACA JUGA: Terobosan Arab Saudi Manjakan Jama'ah Haji
Jadilah HP H. Sa’dun selalu berdering mengabarkan kalau ada jama’ah kloter 34 SUB tersesat.
Di samping tangguh dalam hal penjemputan jama’ah tersesat, sosok yang gemar olahraga bersepeda ini dikenal dengan sikapnya yang tegas, baik kepada 36 ketua-ketua regu (karu) dan 9 ketua-ketua rombongan (karom) yang secara hirarkis berada di bawah koordinasinya. Belum lagi koordinasi dengan para pemilik Kelompok Bimbingan Ibadah Haji/Umroh (KBIHU).
Mengarahkan karu dan karom bagi H. Sa’dun bukanlah perkara mudah. Sebab, mereka berlatar pendidikan dan keinginan yang berbeda-beda.
Ketua kloter dan pembimbing ibadah saat di kantor maktab. (FOTO: Dok. Ramly Syahir)
Sebenarnya tugas karu dan karom ini sebagai kepanjangan dari jama’ah haji. Untuk karom sendiri membawahi 36 karu. Sedangkan setiap karu mengawal 10 orang jama’ah. Sesuai aturan dari pemerintah, untuk tahun ini jama’ah pria terpisah kamar dengan jama’ah wanita, walaupun statusnya suami istri. Namun, tetap saja, para karu dan karom ini mengajukan permintaan kepada H. Sa’dun untuk bisanya satu kamar dengan pasangannya masing-masing.
Menghadapi permintaan semacam ini, H. Sa’dun menyikapinya dengan tegas. Namun, beliau tetap memberikan solusi, agar bergantian menggunakan kamar bagi pasangan suami istri yang ingin menyalurkan hasratnya.
BACA JUGA: Kesigapan Petugas Arab Saudi Melayani Jama'ah Tersesat
Ada juga jama’ah yang ingin dijemput oleh keluarganya di Asrama Haji Sukolilo saat kepulangan nanti. Keinginan semacam ini sangat sulit diterima oleh ketua kloter, sebab sesuai aturan, jama’ah haji hanya bisa dijemput di masing-masing kabupaten. Lagi-lagi, menghadapi permintaan semacam ini, H. Sa’dun tidak bisa diajak kompromi. Beliau tegas mengatakan, jama'ah tetap dijemput di Probolinggo (asal jamaah).
“Saya hanya menjalankan aturan dari Kemenag selaku penyelenggara ibadah haji”, pungkas pria yang tidak lama lagi akan jadi Kepala Kemenag Probolinggo ini.
Karena banyaknya tugas yang diemban oleh H. Sa’dun selaku ketua kloter, kamarnya pernah didatangi oleh seorang ibu yang minta aktivasi kartu SIM nya. Dengan enteng ibu itu mengatakan kepada H. Sa’dun kalau ia disuruh kawan sekamarnya untuk meminta bantuan kepada ketua kloter. Dan H. Sa’dun hanya bisa tersenyum.(*)