Cerita Tim Kesehatan Kloter 34 SUB

Lebih Sering Dicari Jama'ah daripada Pembimbing Ibadah

Tim Nakes saat menangani kasus heat stroke. (FOTO: Dok. Haris Widodo)

COWASJP.COMSALAH satu komitmen dari Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK) adalah melindungi, mendampingi dan melayani jamaah haji Indonesia selama pelaksanaan ibadah haji. TKHK ini terdiri dari seorang dokter dan dua orang perawat termasuk saya. Tahun ini saya beruntung bisa mendampingi jama’ah haji kloter 34 SUB sebagai perawat untuk mendampingi dokter Rizki yang berdinas di RS Tongas Probolinggo. 

Saya bekerja di RS Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Sedangkan rekan sejawat saya H. M. Hendri Haryono bekerja di RS Haji Surabaya. 

 Di samping berlatar kesehatan, saya bersyukur bisa dipertemukan dengan kedua rekan kami dengan latar belakang yang berbeda. Ada H. Sa’dun, ketua kloter yang berdinas sebagai Kasubag di Kantor Kementerian Agama (kankemenag) Kabupaten Probolinggo dan seorang Pembimbing Ibadah dari unsur tokoh masyarakat, yaitu kyai Ramli Syahir Lc, alumni Irak yang juga pimpinan pondok pesantren Ulil Albab, Brumbungan Lor Gending Probolinggo. 

BACA JUGA: Pantang Tidur Sebelum Jama'ah Hilang Ditemukan​

Kelima orang ini melebur menjadi satu sebagai petugas kloter 34 Sub. 

Selama di Mekkah-Madinah, saya satu kamar dengan beliau berdua. Sejauh yang saya rasakan, ternyata jama’ah lebih sering mencari tim kesehatan daripada mencari beliau berdua. Selama di Mekkah, saya tinggal di Hotel Souad Palace yang berada di jalan At-Taqwa, Kawasan Misfalah. Seringnya saya dicari jama’ah daripada mencari beliau berdua, menunjukkan kalau jama’ah lebih banyak yang sakit fisik. 

Setiap hari ada saja jama’ah yang mengetok pintu kamar kami. Dan setelah saya buka pintu, ternyata feeling saya meleset. Mereka ternyata mencari tim Nakes. Ada yang minta ditensi, minta obat-obatan. Obat yang sering diminta ya obat batuk dan pilek. 

BACA JUGA: Tunda Tawaf Ifadhah demi Keselamatan Jama'ah​

Karena itulah, saya menyadari kalau menjaga kesehatan para jamaah haji satu kloter yang berjumlah 371 orang tidaklah mudah. Sejak ada surat tugas kloter yang kami terima, kami sudah melakukan koordinasi secara instensif, walaupun tidak saling kenal sebelumnya. Saya dan dua rekan saya melakukan deteksi dini dengan melihat daftar pra-manifest jamaah haji untuk bisa memetakan jamaah haji yang perlu kami pantau secara ketat, karena mempunyai riwayat risiko tinggi. Seperti usia lanjut, mempunyai riwayat sakit sebelumnya seperti darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung atau penyakit lainnya. 

haris1.jpgTim Nakes saat menangani kasus heat stroke. (FOTO: Dok. Haris Widodo)

Semuanya kami persiapkan semaksimal mungkin dengan berbekal bimbingan teknis (bimtek) meliputi penyiapan labeling untuk memudahkan pemantauan jama’ah resiko tinggi. Buku panduan untuk edukasi, bahkan membeli obat-obatan dan alat kesehatan pun kami mengeluarkan kocek pribadi demi kepentingan kesehatan jama’ah. 

BACA JUGA: Hindari Peziarah Siluman, Petugas Raudah Lakukan Pemeriksaan Ekstra Ketat​

Setiap hari kami melakukan visitasi dan memberikan edukasi serta memberikan pelayanan 24 jam kepada jamaah. Seringkali tengah malam kami harus bangun ketika ada jama’ah yang memerlukan pelayanan. 

Puncak perhatian yang dilakukan oleh tim kesehatan kloter adalah saat berada di Arofah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Cuaca ekstrem dengan suhu mencapai 48 derajat Celcius, ditambah tenda yang sempit yang tidak sesuai dengan kapasitas jama’ah haji, ditambah ketersediaan toilet yang kurang memadai, menjadi penyebab terjadinya heat stroke. 

BACA JUGA: Kesigapan Petugas Arab Saudi Melayani Jama'ah Tersesat​

Dan benar saja, pertama kali sampai di Mina, ada seorang jama’ah bernama Supandi yang terserang heat stroke, salah satu penyakit yang disebabkan karena terpapar cuaca panas yang menyebabkan jama’ah bisa mengalami penurunan kesadaran. Guna mengatasi gejala tersebut, saya dan tim mengkompres jama’ah yang terpapar tersebut. Dan, alhamdulillah ternyata jama’ah bisa dikendalikan.

Walaupun kami lebih sering dicari daripada ketua kloter dan pembimbing ibadah, kami justru merasa senang melakukan itu semua. Sebab, komitmen kami tim kesehatan kloter adalah “tugasku ibadahku”. Artinya, jika jama’ah bisa melaksanakan ibadah hajinya dengan nyaman tentu berpotensi akan meraih predikat haji yang mabrur. Dari situlah  kami meyakini semua akan mendapatkan pahala dari pelayanan yang kami berikan. Insyaallah amin.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda