COWASJP.COM – SEBAGAI kolektor kitab-kitab kuning, kebiasaan saya setiap kali umroh selalu menyempatkan berpetualang mencari toko-toko kitab kuning. Lima tahun lalu, saya masih bisa menikmati kegairahan toko-toko kitab yang berada di antara toko oleh-oleh haji.
Di Mekkah contohnya, begitu mudah saya mendapati toko-toko kitab baik yang berada di daerah Misfalah di Jalan Ibrahim Al-Khalil maupun di area Hotel Hilton.
Tiga tahun lalu, ada dua toko kitab besar di sekitar Hotel Hilton. Ada Toko Anas bin Malik dan Toko Darul Aimmah. Kedua toko kitab ini sering menjadi jujugan bagi para pecinta kitab kuning.
BACA JUGA: Pantang Tidur Sebelum Jama'ah Hilang Ditemukan
Di daerah Misfalah Mekkah dulu juga banyak dijumpai toko-toko kitab kuning terlengkap. Namun nasibnya kini tak serenyah dulu lagi.
Kini Anda tidak akan bisa menemukan toko kitab Anas bin Malik yang berukuran 5x4 meter di area Hotel Hilton. Anda tidak akan pernah menemukannya lagi. Menurut informasi yang saya dapatkan, sudah berpindah jauh di luar ring satu daerah Masjidil Haram. Toko kitab Anas bin Malik tersebut kini berubah menjadi toko coklat dengan ragam variannya.
Lain lagi dengan toko kitab Darul Aimmah yang berada di lantai dasar lokasi Hotel Hilton. Toko kitab yang berukuran 6x5 meter itu dulunya sering menjadi jujugan kedua para penggandrung kitab-kitab kuning setelah toko Anas bin Malik. Namun nasibnya kini sudah tidak semanis cerita dulu lagi.
BACA JUGA: Tunda Tawaf Ifadhah demi Keselamatan Jama'ah
Jika Anda pernah datang ke toko kitab Darul Aimmah lima tahun lalu, Anda akan dengan mudah memborong kitab-kitab yang tidak ada di toko Bairut Ampel Surabaya. Kini nasib toko kitab Darul Aimmah walaupun masih tetap bertahan, namun yang dijual sudah bukan kitab-kitab lagi. Toko Darul Aimmah sudah berubah menjadi toko pernak-pernik oleh-oleh haji maupun umroh.
Umar (kiri), pelayan di toko kitab Darul Aimmah di area Hotel Hilton. (FOTO: Dok. Ramly Syahir)
Umar adalah salah seorang pramuniaga di toko Darul Aimmah yang kenal baik dengan saya. Ia termasuk yang masih bertahan bekerja di toko tersebut. Saat saya tanya mengapa tidak lagi menjual kitab kuning, jawabannya bikin miris sekali. Kata Umar, jualan kitab kalah untung dengan jualan oleh-oleh haji.
Lebih jauh, kata Umar, kalau masih terus berjualan kitab kuning, bisa-bisa senasib dengan toko Anas Bin Malik yang terdepak jauh di daerah Syisyah dekat kawasan jamarat (pelemparan jumrah). Sekitar 5 km dari Masjidil Haram.
BACA JUGA: Hindari Peziarah Siluman, Petugas Raudah Lakukan Pemeriksaan Ekstra Ketat
Satu-satunya gerai kitab yang masih eksis terdapat di area Hotel Sofwah yang berada di sebelah kanan Zam-Zam Hotel. Gerai kitab yang hanya berukuran 2x1 meter tersebut milik Muassasah (yayasan) Syekh Muhamad bin Shaleh Al-Utsaimin yang berada di lantai 3 gedung Hotel Shofwah.
Gerai kitab Al-Utsaimin tersebut sebenarnya hanya menjual kitab-kitab karya Syeikh Utsaimin, salah seorang ulama’ kontemporer Saudi. Syeikh Utsaimin termasuk salah seorang ulama’ andalan Saudi yang selama hidupnya tergolong sangat produktif.
Ratusan kitab karya Syeikh Utsaimin yang dirawat apik oleh generasi penerusnya dalam bentuk yayasan Syeikh Utsaimin.
BACA JUGA: Terobosan Arab Saudi Manjakan Jama'ah Haji
Jika bernasib baik, Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkan kitab-kitab karya Syeikh Utsaimin. Saking seringnya saya datang ke gerai tersebut, membuat Ibrahim, si penjaga gerai, mengenali saya. Lalu dia mewawancarai saya.
Salah satu kitab karya Syeikh Utsaimin yang saya dapatkan secara gratis. (FOTO: Ramly Syahir)
Awalnya saya tidak pernah terpikir buat apa dia bertanya soal kegiatan saya di Indonesia. Saya jawab saja seadanya kalau saya mengasuh lembaga pendidikan pesantren dan pegiat dakwah.
Begitu mendengar jawaban saya, ustadz Ibrahim langsung mempersilahkan saya untuk memilih kitab-kitab karya Syeikh Utsaimin dengan gratis.
BACA JUGA: Kesigapan Petugas Arab Saudi Melayani Jama'ah Tersesat
Pernah saya hanya minta dua judul kitab saja, namun ustadz Ibrahim malah menyuruh saya bebas mengambil berapa pun kitab yang saya mau. Jadilah saya senang dengan tawaran tersebut.
Syeikh Utsaimin termasuk ulama’ Saudi yang moderat. Dari karya-karyanya kita bisa paham kalau beliau justru lebih senang mensyarahi (menjelaskan) karya ulama’ klasik yang biasa diajarkan di pesantren-pesantren di Indonesia.
Salah satu karya Syeikh Utsaimin yang saya pilih adalah At-ta’liq ‘alaa nuril Yaqin fi sirah sayyidil mursalin dan puluhan kitab lain yang saya dapatkan secara gratis.(*)