COWASJP.COM – TIDAK banyak yang tahu kalau ternyata dr. Ika Alimawati Sp. N -- salah seorang tenaga kesehatan Tim Petugas Haji Daerah (TPHD) asal Kabupaten Probolinggo -- ternyata rela meninggalkan anaknya yang masih berusia 9 bulan.
Sebenarnya terasa berat baginya. Tapi, demi tugas ia rela harus berpisah dengan putera ketiganya yang bernama Mohamad HaFidz Giffari. Balita yang masih memerlukan asupan ASI darinya.
Karena ditugaskan H. Ugas Irwanto sebagai pimpinan daerah, ia tidak bisa menolak untuk menjadi petugas kesehatan haji daerah.
Mengapa dr Ika Alimawati Sp. N yang ditunjuk untuk mengemban tugas itu? Sebab ia tercatat sebagai dokter spesialis saraf (neurologi) handal yang dimiliki oleh Rumah Sakit Waluyo Jati Kraksaan di mana ia bekerja.
BACA JUGA: Cerita Pilu Toko-Toko Kitab di Mekkah yang Tak Serenyah Toko Coklat
Dokter lulusan Unversitas Brawijaya ini sudah terbiasa menghadapi pasien dengan keluhan saraf. Dan benar saja, salah satu penyakit yang sering diderita oleh jama’ah haji adalah penyakit yang berkaitan dengan saraf. Seperti stroke dan penyumbatan pembuluh darah.
Kepakarannya sebagai ahli saraf sudah tidak diragukan lagi, dan ternyata keahliannya turut menekan gejala saraf yang diderita oleh jama’ah haji asal Kabupaten Probolinggo.
dr Ika -- demikian ia biasa dipanggil -- mempunyai trik khusus saat menghadapi jama’ah yang mengeluh kepadanya. Ia selalu mengembangkan senyuman yang menjadi ciri khasnya. Banyak pasien terhibur oleh cara dr. Ika saat mendiagnosis pasiennya dengan senyuman. Memang, tidak ada kaitannya antara kebiasaan tersenyum kepada pasien dengan kesembuhan yang diderita pasien. Namun dengan merendah ia mengakui kalau senyuman tersebut paling tidak ia telah bersedekah kepada orang lain dengan senyum manisnya.
BACA JUGA: Pantang Tidur Sebelum Jama'ah Hilang Ditemukan
Saat pertama ia ditunjuk sebagai petugas haji daerah oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo, ia merasa berat untuk meninggalkan putera bungsunya (ketiga) yang sedang lucu-lucunya dan memerlukan perhatian khusus darinya. Namun setelah mendapat support dari semua pihak, akhirnya ia terima penugasan tersebut. Walaupun tanpa uang saku dari pemerintah daerah.
Awalnya memang terasa berat yang ia rasakan, namun setelah menyadari banyaknya pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan darinya, beban pikiran kepada anaknya yang masih balita hilang begitu saja. Dan ia beruntung punya suami yang memahami kondisinya sebagai dokter yang harus siap saat ditugaskan oleh pihak yang memerlukan keahliannya.
dr. Ika (kanan) saat piket di klinik satelit di maktab 51 Mekah. (FOTO: Ramly Syahir)
Untuk menipiskan rasa rindunya selama 41 hari berpisah dengan puteranya, ia sering melakukan visitasi ke kamar-kamar jama’ah. Dengan berbekal senyuman dan sikap ramah kepada jama’ah, hampir semua jama’ah merasa terhibur oleh trik yang ia lakukan. Bahkan, pemilik KBIHU Safara H. Saiful Bahri yang jama’ahnya berada di kloter 33 SUB, merasa senang saat dikunjungi oleh dr. Ika.
Sikap bersahabat dr Ika ternyata membuat jama’ah kloter 33 SUB tidak ada yang menderita penyakit serius. Paling-paling jamaah terkena batuk dan pilek saja.
BACA JUGA: Tunda Tawaf Ifadhah demi Keselamatan Jama'ah
Ada kepuasan tersendiri baginya saat berinteraksi dengan jama’ah haji. Ia yang bertugas di kloter 33 SUB dengan cepat berkolaborasi dengan Tim Kesehatan Haji Kloter (TKHK) bentukan kementerian agama dan kementerian kesehatan.
Ia tidak merasa risih dengan latar belakang penugasan yang dibebankan kepadanya. Saban hari ia juga mendapat giliran piket yang sama dengan rekan sejawatnya dari TKHK, yaitu dr. Islah Harwityastika yang sama-sama berdinas di Rumah Sakit Waluyo Jati Kraksaan.
Ia tetap berterima kasih kepada pimpinan daerah yang telah mempercayakan kepada dirinya untuk bisa berbuat terbaik untuk jama’ah haji asal Probolinggo di kloter 34 SUB. Alhamdulih, tidak ada seorang pun yang meninggal dunia di tahun haji 2024 ini. Dari 371 jama’ah haji, semua bisa melaksanakan haji dengan sempurna dan kembali ke daerah dengan jumlah yang utuh.
Kini dokter yang murah senyum itu bisa meluapkan rasa kangennya dan bisa memeluk lagi putera ketiganya yang ia tinggalkan demi penugasan dari pemerintah daerah.(*)